HIV atau human immunodeficiency virus adalah virus yang merusak sel-sel sistem kekebalan tubuh yang berguna untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit. Jika sel-sel tersebut rusak dan jumlahnya berkurang, daya tahan tubuh akan melemah dan penderitanya mudah terkena infeksi dan penyakit lainnya.
Jika tidak ditangani dengan tepat, HIV dapat berkembang menjadi AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome dalam kurun waktu sekitar 10 tahun. AIDS merupakan stadium akhir dan paling serius dari infeksi HIV, yang ditandai dengan sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah dan tidak mampu melawan infeksi.

Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh orang dengan HIV, seperti darah, sperma, cairan vagina, cairan anus, dan ASI. Perlu diketahui bahwa HIV tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, gigitan nyamuk, atau sentuhan fisik.
Infeksi HIV merupakan penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, HIV akan menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum ada metode pengobatan untuk mengatasi infeksi HIV, tetapi ada obat yang bisa memperlambat perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita.
HIV dan AIDS di Indonesia
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sampai tahun 2023 tercatat ada sebanyak 57.299 orang positif HIV dari 6.142.136 jiwa yang dites HIV. Persentase kasus HIV tertinggi dilaporkan terjadi pada kelompok usia 25–49 tahun (64%), yang diikuti kelompok usia 20–24 tahun (18,1%).
Sementara itu, dalam rentang Januari sampai Desember 2023, ditemukan sebanyak 17.121 orang terkena AIDS. Dalam data tersebut, individu berusia 30–39 tahun menjadi kelompok dengan persentase AIDS tertinggi (49%), yang disusul penderita berusia 20–29 tahun (39,2%), dan kelompok usia 40–49 tahun (30,7%).
Penyebab HIV dan AIDS
HIV disebabkan oleh infeksi human immunodeficiency virus. Virus ini menyerang dan menghancurkan salah satu jenis sel darah putih yang berperan penting dalam melawan berbagai penyakit. Ketika sel darah putih yang tersisa makin sedikit, sistem kekebalan tubuh akan melemah dan kesulitan melawan penyakit.
Seseorang dapat terinfeksi human immunodeficiency virus melalui beberapa cara berikut:
- Hubungan seksual, baik melalui vaginal, anus, atau mulut, tanpa pengaman dengan penderita HIV
- Penggunaan jarum suntik yang tidak steril secara bergantian
- Transfusi darah yang terkontaminasi HIV
- Kehamilan, persalinan, atau menyusui, pada ibu positif HIV yang menularkan ke bayinya
Faktor Risiko HIV dan AIDS
HIV dan AIDS dapat terjadi pada siapa saja. Beberapa perilaku atau kondisi yang dapat meningkatkan risiko individu tertular penyakit menular seksual ini adalah:
- Memiliki pasangan seksual lebih dari satu
- Berhubungan intim, baik melalui vagina, anus, atau mulut, tanpa mengenakan kondom
- Menderita penyakit menular seksual lainnya, seperti sifilis, klamidia, atau gonore
- Berbagi jarum suntik pada penggunaan obat-obatan terlarang
- Menerima transfusi darah atau transplantasi organ dari pendonor yang terinfeksi HIV
- Menjalani prosedur medis dengan alat yang tidak steril
- Bekerja sebagai tenaga kesehatan, yang melibatkan kontak langsung dengan cairan tubuh manusia
Gejala HIV dan AIDS
HIV mungkin tidak bergejala pada beberapa minggu pertama setelah seseorang terinfeksi. Namun, sebagian orang dengan HIV bisa saja mengalami ciri-ciri HIV stadium awal berupa flu yang berlangsung dalam hitungan hari atau minggu.
Keluhan yang umum terjadi, antara lain:
- Demam
- Batuk-batuk
- Sakit kepala
- Nyeri otot dan sendi
- Ruam kulit
- Sakit tenggorokan
- Sariawan yang terasa sangat sakit
- Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher
- Diare
- Berkeringat pada malam hari
Ketika virus makin berkembang biak dan menghancurkan sel-sel sistem kekebalan tubuh, keluhan di atas bisa bertahan dalam jangka panjang (kronis). Selain itu, penderita juga dapat mengalami penurunan berat badan dan gangguan kesehatan lain, seperti infeksi jamur mulut, herpes zoster (cacar ular), atau radang paru-paru.
Jika tidak diobati, HIV bisa berkembang menjadi AIDS dalam kurun waktu sekitar 8–10 tahun. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah dan menyebabkan penderitanya terkena infeksi oportunistik.
Gejala-gejala yang dapat terjadi pada tahap HIV stadium lanjut ini meliputi:
- Berkeringat terus-menerus
- Demam berulang
- Menggigil
- Diare kronis
- Bercak putih atau luka yang terus-menerus muncul di lidah atau mulut
- Sering kelelahan
- Tubuh terasa lemas
- Berat badan turun drastis (cachexia)
- Ruam atau benjolan di kulit
Kapan harus ke dokter
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas, terutama jika Anda:
- Merasa berisiko tertular HIV, misalnya setelah melakukan hubungan seksual tanpa pengaman dengan pasangan yang terinfeksi HIV atau menggunakan jarum suntik bersama
- Mengalami gejala flu selama 2–6 minggu setelah merasa terpapar HIV
- Mengalami infeksi berat, penurunan berat badan drastis, atau diare kronis tanpa sebab yang jelas
Apabila ragu, Anda bisa berkonsultasi dari rumah dengan mudah lewat Chat Bersama Dokter. Melalui chat, dokter akan menjelaskan lebih lanjut mengenai HIV dan AIDS, mencari tahu penyebab gejala yang muncul, atau merujuk ke rumah sakit bila diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Untuk pemeriksaan dan penanganan langsung, Anda juga dapat membuat janji dengan dokter di sini. Membuat janji dengan dokter bisa menjadi lebih mudah dan Anda tidak perlu antre lama di rumah sakit.
Diagnosis HIV dan AIDS
Untuk mendiagnosis HIV dan AIDS, dokter akan menjalankan tes HIV. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel cairan tubuh pasien, seperti darah atau urine, yang kemudian diteliti di laboratorium. Jenis skrining untuk mendeteksi HIV, antara lain:
- Tes antibodi HIV, seperti rapid HIV test atau ELISA, untuk mendeteksi antibodi HIV dalam darah
- Tes kombinasi antigen-antibodi, untuk mendeteksi protein p24, yang menjadi bagian dari HIV
- Tes asam nukleat, untuk mencari keberadaan HIV di dalam tubuh, yang dilakukan 10 hari setelah pasien terinfeksi
Jika hasil tes di atas menunjukkan pasien positif HIV, dokter akan menyarankan pemeriksaan lanjutan berikut, untuk menentukan keparahan infeksi:
- Tes viral load atau RNA HIV, untuk mengukur jumlah virus HIV dalam tubuh
- Tes CD4, untuk menilai jumlah sel CD4 sebagai indikator kekebalan tubuh
- Tes resistensi obat, untuk menentukan apakah jenis virus yang menyebabkan infeksi kebal terhadap obat-obatan tertentu
Selain itu, pasien akan diminta untuk menjalani pemeriksaan lain guna mendeteksi bila terjadi komplikasi atau infeksi lain, seperti hepatitis atau TBC. Diagnosis sejak awal penting dilakukan agar pengobatan bisa dimulai secepat mungkin dan risiko komplikasi dapat ditekan.
Pengobatan HIV dan AIDS
Terapi utama untuk HIV adalah pemberian antiretroviral (ARV). Kelompok obat ini tidak menghilangkan virus, tetapi dapat menekan perkembangan HIV sehingga sistem imun tetap terjaga.
Pengobatan harus dimulai sesegera mungkin setelah pasien dinyatakan positif HIV dan obat perlu diminum secara teratur seumur hidup. Orang dengan HIV juga membutuhkan pemeriksaan rutin agar dokter dapat memantau kondisi tubuhnya dan efektivitas terapi.
Obat-obatan yang dapat diresepkan dokter untuk mengobati HIV, antara lain:
- Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTIs), seperti efavirenz atau rilpivirine
- Nucleoside or nucleotide reverse transcriptase inhibitors (NRTIs), misalnya Heplav
- Protease inhibitors, seperti darunavir atau lopinavir-ritonavir
- Integrase inhibitors, misalnya dolutegravir
Komplikasi HIV dan AIDS
Jika tidak diobati, HIV dan AIDS dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius akibat lemahnya daya tahan tubuh, antara lain:
- Pneumocystis pneumonia, yaitu infeksi jamur pada paru-paru
- Kandidiasis
- Cytomegalovirus
- TBC
- Meningitis kriptokokus
- Toksoplasmosis
- Kanker tertentu, seperti limfoma, sarkoma kaposi, kanker anus, kanker mulut, atau kanker serviks
- Wasting syndrome, yang ditandai dengan berat badan turun drastis, diare, lemas, dan demam
- Gangguan neurologis, seperti linglung, mudah lupa, depresi, gangguan kecemasan, atau kesulitan berjalan
- Penyakit ginjal atau penyakit liver
Pencegahan HIV dan AIDS
Pencegahan HIV dan AIDS bisa dilakukan dengan melakukan upaya berikut:
- Tidak berganti-ganti pasangan seksual
- Menggunakan kondom setiap berhubungan intim
- Menjalani sunat
- Memastikan pasangan tidak menderita penyakit menular seksual, termasuk HIV
- Tidak berbagi penggunaan jarum suntik atau alat tajam lain
- Melakukan pemeriksaan HIV secara rutin, terutama untuk individu yang berisiko terkena penyakit ini