Ada banyak jenis pengobatan alternatif yang bisa dilakukan, mulai dari obat-obatan herbal hingga metode akupunktur. Namun, menjalani pengobatan alternatif tidak boleh sembarangan. Jika dilakukan tidak tepat, pengobatan ini justru berisiko membuat kondisi makin memburuk.

Pengobatan alternatif bisa digunakan bersamaan dengan pengobatan medis untuk menangani kondisi tertentu, seperti masalah tulang, tekanan darah tinggi, kolesterol, bahkan penyakit saraf. Pengobatan ini juga bisa menggantikan pengobatan medis untuk meredakan beberapa keluhan, misalnya sakit kepala, mual, atau sembelit.

8 Jenis Pengobatan Alternatif yang Umum di Indonesia dan Faktanya - Alodokter

Pengobatan alternatif bisa berupa produk herbal atau praktik yang melibatkan fisik, contohnya pijat. Namun, tidak semua metode pengobatan ini cocok untuk mengatasi kondisi setiap orang. Oleh karena itu, penting untuk memahami terlebih dulu keamanan dan efektivitas pengobatan alternatif sebelum mencobanya.

Berbagai Jenis Pengobatan Alternatif

Berikut ini adalah berbagai pilihan pengobatan alternatif yang cukup umum dilakukan di Indonesia:

1. Pijat

Saat tubuh terasa pegal, pijat sering menjadi solusi. Selama memijat, terapis akan memberikan sedikit tekanan atau gerakan tertentu pada otot dan persendian tubuh guna meredakan nyeri serta ketegangan. Hasilnya, tubuh pun terasa lebih rileks.

Selain meredakan ketegangan otot, menjalani terapi pijat juga dipercaya dapat mengurangi stres, membuat tidur lebih nyenyak, dan menguatkan imunitas tubuh. Risiko terapi pijat umumnya sangat jarang terjadi, asalkan dilakukan oleh terapis yang telah terlatih dan berpengalaman.

2. Minuman herbal

Minuman herbal, seperti jamu, termasuk pengobatan alternatif yang menggunakan berbagai bagian tumbuhan, seperti daun, bunga, biji, atau akar. Setiap tanaman herbal memiliki khasiat dan efektivitas yang berbeda-beda, tergantung kandungan di dalamnya.

Beberapa minuman herbal yang umum dikonsumsi beserta manfaatnya meliputi:

  • Jahe, untuk mengatasi mual
  • Ginkgo biloba, untuk melancarkan peredaran darah
  • Gingseng, untuk mengurangi tekanan darah dan kadar kolesterol
  • Kunyit, untuk meredakan peradangan dan membantu melawan infeksi
  • Temulawak, untuk menurunkan demam dan mengatasi masalah pencernaan

Meski terbuat dari bahan alami, bukan berarti minuman herbal sudah pasti aman untuk segala kondisi. Penelitian yang membahas efektivitas minuman herbal sebenarnya masih terbatas. Oleh karena itu, beberapa kelompok orang disarankan untuk berhati-hati saat mengonsumsi minuman herbal, yaitu:

  • Orang yang mengonsumsi pil kontrasepsi
  • Penderita penyakit serius, seperti penyakit hati atau ginjal
  • Orang yang akan menjalani operasi
  • Ibu hamil atau menyusui
  • Orang lanjut usia
  • Anak-anak

Jika digunakan tidak tepat atau berlebihan, minuman herbal justru bisa menimbulkan efek samping, seperti reaksi alergi, sakit kepala, mual, muntah, dan diare. Selain itu, pastikan juga produk minuman herbal yang dikonsumsi terdaftar di BPOM untuk menjamin keamanannya.

3. Aromaterapi

Aromaterapi atau minyak esensial umumnya terbuat dari ekstrak tumbuhan tertentu, contohnya lemon, chamomile, dan lavender. Penggunaan aromaterapi ini bisa memberikan banyak manfaat, baik bagi fisik maupun mental, seperti:

  • Meredakan stres, kecemasan, dan depresi
  • Mengatasi sulit tidur
  • Membuat tubuh dan pikiran menjadi lebih tenang dan rileks
  • Meredakan mual

Untuk mendapatkan manfaat aromaterapi, Anda bisa menghirupnya melalui hidung atau mengoleskannya ke kulit. Penggunaan aromaterapi umumnya aman, tetapi beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi terhadap kandungannya.

Jika setelah memakai aromaterapi ke kulit, Anda mengalami gatal, bentol-bentol, muntah, dan sesak napas, segera bersihkan dan berobatlah ke dokter.

4. Refleksologi

Refleksologi atau pijat refleksi adalah sejenis terapi yang memberikan tekanan hanya pada titik tertentu di kaki atau tangan. Beberapa riset menemukan bahwa terapi ini bisa mengurangi stres dan membuat tubuh lebih rileks serta berenergi.

Meski masih perlu diteliti lebih lanjut, pijat refleksi diyakini bisa mengurangi nyeri sendi, nyeri punggung, dan sembelit. Namun, jangan melakukan pijat refleksi jika Anda baru pulih dari cedera sendi, memiliki penyakit kronis yang menyerang sendi, menderita asam urat, atau sedang hamil.

5. Terapi chiropractic

Terapi chiropractic sebaiknya hanya dilakukan oleh seorang chiropractor yang bersertifikat. Terapi ini dilakukan dengan memberikan tekanan pada persendian menggunakan tangan atau alat bantu khusus. Tujuannya adalah untuk mengembalikan posisi tulang yang bergeser dan mengurangi rasa sakit.

Selain itu, terapi chiropractic juga dapat mengatasi sakit leher, nyeri otot, dan sakit kepala. Setelah melakukan terapi ini, beberapa orang bisa merasakan efek samping yang bersifat sementara, yaitu merasa lelah atau sakit kepala ringan.

Sama seperti pengobatan alternatif lainnya, terapi chiropractic juga tidak bisa dijalani oleh semua orang. Bagi Anda yang menderita osteoporosis, gangguan saraf tulang belakang, dan riwayat kanker tidak dianjurkan melakukan terapi chiropractic.

6. Terapi bekam

Terapi bekam adalah pengobatan alternatif yang dapat dijadikan sebagai perawatan pelengkap untuk meredakan nyeri punggung, nyeri leher, sakit kepala, dan gejala rheumatoid arthritis.

Terapi ini dilakukan menggunakan cangkir khusus yang diletakkan di bagian tubuh tertentu, biasanya punggung atau perut. Cangkir tersebut kemudian menghasilkan tekanan yang dapat menarik kulit dan dipercaya mengeluarkan racun atau “darah kotor”. Terapi bekam kadang kala dikombinasikan dengan terapi lintah untuk pengobatan penyakit seperti diabetes, hipertensi, wasir dan varises.

Terapi ini biasanya menimbulkan beberapa efek samping, seperti luka bakar, kulit memar, kelelahan, otot tegang, dan mual. Terapi bekam juga tidak dianjurkan untuk ibu hamil, anak-anak, wanita yang sedang menstruasi, dan orang yang mengonsumsi obat pengencer darah.

Pastikan alat bekam diganti dengan yang baru atau berbeda untuk setiap orang guna mencegah penularan penyakit melalui darah, seperti infeksi hepatitis B, hepatitis C, dan HIV.

7. Terapi sengat lebah

Pengobatan alternatif ini menggunakan sengatan racun lebah yang diyakini bisa mengobati berbagai penyakit, terutama rheumatoid arthritis dan penyakit saraf seperti penyakit Parkinson dan multiple sclerosis.

Meski begitu, bukti dari manfaat terapi sengat lebah hingga saat ini masih terbatas pada hewan dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Terapi ini juga bisa menimbulkan reaksi alergi yang serius pada beberapa orang.

8. Akupunktur

Akupuntur adalah salah satu pengobatan alternatif dari Cina yang digunakan secara turun-menurun untuk meredakan nyeri. Teknik pengobatan yang termasuk terapi holistik ini dilakukan dengan menusukkan jarum tipis ke area tubuh tertentu, seperti punggung dan tungkai.

Penusukan jarum halus di titik-titik tertentu dipercayai dapat merangsang saraf dan otot untuk melepaskan hormon pereda nyeri alami di dalam tubuh. Beberapa penelitian menyatakan bahwa akupuntur efektif meredakan beberapa keluhan, seperti:

  • Mual dan muntah
  • Sakit gigi
  • Sakit kepala atau leher
  • Nyeri punggung
  • Kram menstruasi
  • Sulit tidur

Selain itu, pengobatan alternatif ini juga diyakini dapat meredakan gejala gangguan kecemasan dan depresi. Namun, jika Anda mengalami gangguan perdarahan, mengonsumsi obat pengencer darah, atau sedang hamil, disarankan berkonsultasi dengan dokter lebih dulu sebelum menjalani akupunktur.

Pengobatan alternatif memang bisa dijadikan sebagai obat “pelengkap” dari pengobatan medis yang dapat meredakan berbagai keluhan umum. Namun, pengobatan ini tetap tidak bisa menggantikan pengobatan medis dari dokter untuk mengatasi masalah kesehatan yang lebih serius.

Agar pengobatan alternatif yang Anda jalani bisa efektif dan memberikan manfaat bagi kondisi kesehatan Anda, sebaiknya konsultasikan ke dokter lebih dulu. Perlu diingat, jangan asal mencoba pengobatan alternatif, terlebih di tempat yang belum memiliki izin praktik resmi dan sertifikat kompetensi di bidangnya.