Cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi penting untuk dipahami setiap orang tua, karena kemarahan yang berulang bisa meninggalkan luka emosional yang mendalam. Anak yang sering dimarahi berisiko merasa tidak dicintai, takut melakukan kesalahan, atau kehilangan rasa percaya diri. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menghambat tumbuh kembang anak dan memengaruhi hubungan emosionalnya dengan orang tua.
Setiap orang tua tentu pernah kehilangan kesabaran ketika menghadapi perilaku anak. Namun, yang terpenting adalah bagaimana Bunda dan Ayah memperbaiki hubungan setelah emosi mereda. Cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi bukan hanya tentang menenangkan perasaan, tetapi juga memulihkan kepercayaan dan menciptakan rasa aman di hati anak.

Dampak Anak yang Sering Dimarahi terhadap Perkembangan Mental
Sebelum mengetahui cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi, penting untuk memahami terlebih dahulu dampaknya. Anak yang sering dimarahi dapat mengalami berbagai perubahan perilaku dan emosional, antara lain:
- Menurunnya rasa percaya diri, karena anak merasa tidak pernah benar di mata orang tua.
- Munculnya rasa takut dan kecemasan, terutama ketika harus berbicara atau mengambil keputusan.
- Kesulitan mengungkapkan emosi, akibat takut dimarahi kembali saat mencoba berbicara jujur.
- Gangguan tidur atau nafsu makan, yang sering kali merupakan tanda stres pada anak.
- Perilaku agresif atau menarik diri, sebagai bentuk reaksi terhadap tekanan emosional.
Jika kondisi ini dibiarkan, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang sulit percaya pada orang lain dan memiliki pandangan negatif terhadap dirinya sendiri. Karena itu, memahami dan menerapkan cara memperbaiki mental anak sangatlah penting untuk mencegah dampak jangka panjang.
Begini Cara Memperbaiki Mental Anak yang Sering Dimarahi
Agar proses pemulihan berjalan lebih baik, berikut beberapa cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi, yang bisa Bunda dan Ayah lakukan di rumah dengan penuh kasih sayang dan dukungan:
1. Bangun komunikasi penuh empati
Salah satu cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi adalah dengan membangun komunikasi yang hangat dan empatik. Cobalah untuk lebih banyak mendengar daripada berbicara. Ajak anak berbicara dengan lembut tanpa menghakimi, dan beri ruang bagi mereka untuk mengekspresikan perasaannya.
Gunakan kalimat seperti “Bunda ingin tahu apa yang kamu rasakan waktu itu” agar anak merasa dihargai. Proses ini memang tidak instan, tetapi komunikasi penuh empati adalah fondasi utama untuk memperbaiki luka emosional.
2. Berikan pelukan dan sentuhan penuh kasih
Sentuhan adalah bahasa cinta yang universal. Pelukan hangat, belaian di kepala, atau genggaman tangan dapat memberikan rasa aman dan mengurangi hormon stres pada anak. Cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi ini membantu menumbuhkan hormon oksitosin, yaitu hormon yang menenangkan dan mempererat hubungan emosional antara anak dan orang tua.
Jadi, jangan ragu memeluk Si Kecil setiap hari, terutama setelah terjadi konflik atau kesalahpahaman.
3. Tunjukkan keteladanan dengan meminta maaf
Anak belajar dari apa yang mereka lihat, bukan dari apa yang mereka dengar. Bila Bunda atau Ayah pernah marah berlebihan, meminta maaf kepada anak secara tulus justru menjadi contoh luar biasa bagi anak.
Langkah sederhana ini mengajarkan bahwa setiap orang bisa melakukan kesalahan, tetapi yang penting adalah bertanggung jawab dan memperbaikinya. Anak yang sering melihat orang tuanya minta maaf akan tumbuh menjadi pribadi yang rendah hati dan mudah berempati terhadap orang lain.
4. Kendalikan emosi sebelum berbicara
Mengendalikan amarah bukan hal mudah, terutama di tengah rutinitas yang melelahkan. Namun, penting untuk menahan diri sebelum menegur anak. Luangkan waktu sejenak untuk menarik napas dalam, beristirahat sebentar, atau minum air putih sebelum berbicara.
Dengan cara ini, pesan yang ingin disampaikan akan diterima anak dengan lebih baik tanpa meninggalkan rasa takut. Ingat, kata-kata orang tua sangat berpengaruh terhadap pembentukan harga diri anak.
5. Libatkan anak dalam mencari solusi
Cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi juga melibatkan proses belajar bersama. Ajak anak berdiskusi mengenai apa yang terjadi dan bagaimana cara memperbaikinya.
Misalnya, jika anak memecahkan barang, ajak dia mencari cara untuk memperbaikinya atau menggantinya. Pendekatan ini membuat anak merasa dipercaya dan belajar bertanggung jawab tanpa merasa bersalah berlebihan.
6. Berikan pujian dan dukungan yang konsisten
Setiap usaha anak untuk berubah perlu diapresiasi. Pujian seperti, “Bunda bangga kamu sudah berani bilang maaf” atau “Ayah senang kamu mau bantu beresin mainan” bisa memperkuat rasa percaya dirinya.
Dukungan verbal dan nonverbal yang konsisten dapat membantu anak merasa dihargai, sehingga perlahan mentalnya pulih dan ia belajar bahwa cinta orang tua tidak tergantung pada kesempurnaan.
7. Hindari mengulang pola marah tanpa penjelasan
Teguran tetap boleh dilakukan, namun hindari membentak atau memberi hukuman tanpa penjelasan. Gunakan kalimat yang membangun, seperti “Bunda tidak suka kamu berteriak, karena itu membuat adik kaget. Yuk, kita bicara pelan-pelan.”
Penjelasan yang logis membantu anak memahami sebab-akibat dari tindakannya dan mendorong perilaku positif tanpa rasa takut.
8. Dukung kegiatan yang meningkatkan kepercayaan diri anak
Selain komunikasi, dukunglah anak mengikuti kegiatan yang bisa memperkuat harga dirinya, seperti menggambar, bermain musik, menulis, atau olahraga ringan. Aktivitas ini memberi ruang bagi anak untuk menyalurkan emosi dan mengekspresikan diri secara sehat.
Cara ini tidak hanya memperbaiki mental anak yang sering dimarahi, tetapi juga membantu mereka menemukan potensi diri dan membangun rasa bangga terhadap kemampuan sendiri.
9. Konsultasi dengan psikolog anak bila diperlukan
Jika anak masih menunjukkan tanda cemas, sulit tidur, atau kerap menangis tanpa alasan meski berbagai upaya sudah dilakukan, segera konsultasikan dengan psikolog anak. Profesional akan membantu menggali akar masalah dan memberikan strategi pemulihan sesuai usia dan kondisi psikologis anak.
Langkah ini tidak menandakan kegagalan sebagai orang tua, melainkan bukti kepedulian dan tanggung jawab terhadap kesehatan mental Si Kecil.
10. Luangkan waktu berkualitas bersama anak
Salah satu cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi adalah dengan meluangkan waktu khusus untuk beraktivitas bersama, tanpa distraksi pekerjaan atau gawai. Ajak anak bermain, membaca buku, atau sekadar berjalan sore.
Waktu berkualitas membantu anak merasa diperhatikan dan dicintai bukan hanya saat berbuat baik, tetapi setiap waktu. Konsistensi kebersamaan ini akan memperkuat ikatan emosional dan menumbuhkan rasa aman pada anak.
11. Validasi perasaan anak
Setelah anak dimarahi, ia sering kali merasa bingung atau malu dengan emosinya. Karena itu, penting untuk mengajarkan validasi emosi, misalnya dengan mengatakan, “Bunda tahu kamu sedih karena dimarahi, itu wajar kok.”
Dengan begitu, anak belajar mengenali dan mengelola perasaannya dengan sehat. Ini merupakan pondasi penting dalam pemulihan mental dan perkembangan emosional anak.
12. Gunakan gaya disiplin positif
Alih-alih menghukum, gunakan disiplin positif yang menekankan pemahaman dan tanggung jawab. Misalnya, daripada berkata “Kamu nakal!”, ubah menjadi “Kamu lupa membereskan mainan ya, yuk kita bereskan bersama.”
Gaya ini membuat anak belajar konsekuensi tanpa merasa disalahkan. Dalam jangka panjang, anak akan lebih terbuka, kooperatif, dan memiliki kontrol diri yang baik.
13. Ceritakan kisah atau dongeng bermakna
Dongeng bisa menjadi sarana lembut untuk memperbaiki mental anak yang sering dimarahi. Pilih cerita dengan pesan moral tentang memaafkan, berbuat baik, atau mengendalikan emosi. Melalui kisah, anak bisa belajar memahami nilai-nilai tanpa merasa digurui, sekaligus merasa lebih dekat dengan orang tuanya.
14. Bangun rutinitas harian yang menenangkan
Rutinitas yang teratur memberi rasa aman pada anak. Ciptakan kebiasaan seperti waktu makan bersama, membaca sebelum tidur, atau bermain di jam tertentu. Konsistensi aktivitas membantu anak merasa lingkungan keluarganya stabil dan bisa dipercaya, sehingga mempercepat pemulihan mental setelah sering dimarahi.
15. Hindari label negatif pada anak
Ucapan seperti “kamu nakal”, “kamu bandel”, atau “kamu bikin Bunda capek” dapat melekat di benak anak dan membentuk citra diri yang buruk. Sebagai gantinya, fokuslah pada perilakunya, bukan kepribadiannya, misalnya, “Bunda tidak suka kalau kamu melempar barang.”
Cara ini menjaga harga diri anak dan membuatnya lebih mudah menerima koreksi tanpa merasa dirinya “buruk”.
16. Dengarkan bahasa tubuh anak
Anak kecil sering belum mampu mengungkapkan perasaan lewat kata-kata. Karena itu, perhatikan ekspresi wajah, gerakan tubuh, atau perubahan perilakunya setelah dimarahi.
Bahasa tubuh seperti enggan menatap mata, lebih diam dari biasanya, atau sering menangis bisa menjadi sinyal bahwa anak masih terluka. Dengan memahami tanda-tanda ini, Bunda dan Ayah bisa lebih cepat merespons kebutuhan emosional anak sebelum masalah membesar.
17. Ajak anak mengenal dan menamai emosinya
Mengajarkan anak mengenali emosi adalah bagian penting dalam memperbaiki mentalnya. Gunakan bahasa sederhana seperti, “Kamu sedang marah ya?” atau “Kamu sedih karena mainanmu rusak?”
Ketika anak bisa menamai perasaannya, ia akan lebih mudah menyalurkan emosi tanpa meledak atau menutup diri. Langkah ini membantu membentuk regulasi emosi yang sehat sejak dini.
18. Jadilah role model dalam mengelola emosi
Anak belajar paling efektif dari contoh nyata. Maka, jadilah teladan dalam mengendalikan amarah, berbicara sopan, dan menyelesaikan masalah dengan tenang.
Jika orang tua mampu menunjukkan reaksi positif saat marah atau kecewa, anak pun akan meniru pola tersebut dalam kehidupannya. Cara ini tak hanya memperbaiki mental anak yang sering dimarahi, tapi juga menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dan penuh pengertian.
Proses cara memperbaiki mental anak yang sering dimarahi memang membutuhkan waktu, kesabaran, dan dukungan. Tunjukkan bahwa Anda siap mendengarkan, memeluk, dan mencintai mereka apa adanya. Dengan komunikasi yang hangat dan dukungan konsisten, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat, percaya diri, dan bahagia.
Jika Anda merasa bingung atau membutuhkan panduan profesional, Anda bisa berkonsultasi langsung dengan psikolog anak melalui fitur Chat Bersama Dokter di aplikasi ALODOKTER.
Dengan bantuan ahli, Anda bisa memahami karakter anak dengan lebih baik dan mendapatkan strategi komunikasi yang paling sesuai agar proses pemulihan berjalan optimal.