Gejala utama epilepsi adalah kejang yang terjadi secara berulang. Namun, kejang yang terjadi pada penderita epilepsi terbagi dalam beberapa jenis dengan gejala yang berbeda-beda. Jenis kejang yang terjadi tergantung pada bagian otak mana dan seberapa banyak bagian otak yang terpengaruh. 

Berbagai Gejala Epilepsi

Umumnya, kejang pada penderita epilepsi terbagi menjadi dua jenis, yaitu kejang total dan kejang sebagian (parsial). Berikut ini adalah penjelasannya beserta gejala yang terjadi: 

Kejang Total

Kejang total terjadi ketika aktivitas listrik yang tidak normal memengaruhi seluruh bagian otak sehingga gejalanya muncul di hampir seluruh tubuh. Kejang total terdiri dari beberapa tipe, yaitu:

  • Kejang tonik-klonik
    Kejang ini ditandai dengan tegang di seluruh tubuh, hilang kesadaran, dan gerakan menghentak. Kejang tonik-klonik juga ditandai dengan tergigitnya lidah dan sulit bernapas. 
  • Kejang absans (petit mal)
    Kejang yang lebih sering terjadi pada anak-anak ini ditandai dengan tatapan mata yang kosong. Kejang absans juga membuat penderitanya tidak sadar, tidak responsif, dan tidak bisa mengingat kejadian di sekitarnya.
  • Kejang atonik
    Kejang atonik menyebabkan penderitanya lemas serta mengalami penurunan kesadaran dan pingsan, tetapi hanya sesaat.
  • Kejang mioklonik
    Kejang mioklonik disebabkan oleh kontraksi otot yang terjadi tiba-tiba. Tipe kejang ini dapat memengaruhi seluruh tubuh, tetapi lebih sering terjadi pada salah satu atau kedua lengan.

Kejang Parsial 

Sementara pada kejang parsial, aktivitas listrik yang tidak normal di otak hanya memengaruhi satu bagian otak. Kejang ini terbagi dua, yaitu:

  • Kejang parsial sederhana
    Kejang ini ditandai dengan kejang dan kesemutan di satu bagian tubuh, tetapi tidak membuat penderitanya mengalami penurunan kesadaran.
  • Kejang parsial kompleks
    Kejang parsial kompleks menyebabkan penderitanya mengalami penurunan kesadaran. Tipe kejang ini bisa membuat penderitanya memandang dengan tatapan kosong, tidak merespons sekitar, dan melakukan gerakan berulang, seperti menggosok-gosok tangan, mengunyah, atau berjalan berputar.

Kapan Harus ke Dokter

Makin cepat epilepsi ditangani, makin efektif pula penanganan yang diberikan. Oleh sebab itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter agar dapat dipastikan bahwa kejang yang terjadi disebabkan oleh epilepsi. Untuk konsultasi yang lebih nyaman, Anda bisa berdiskusi dengan dokter secara online.

Orang yang menderita kejang disertai demam tinggi atau berlangsung lebih dari 5 menit harus segera dibawa ke IGD rumah sakit terdekat. Pertolongan juga harus segera diberikan pada penderita epilepsi yang memiliki kondisi berikut ini:

  • Diabetes
  • Kejang kedua muncul tidak lama setelah kejang pertama
  • Cedera saat kejang
  • Hamil
  • Frekuensi kejang tidak berkurang setelah mengonsumsi obat antikejang secara rutin

Itulah beberapa gejala epilepsi yang umum terjadi. Bila tidak cepat ditangani, epilepsi berisiko menyebabkan komplikasi serius, seperti kejang berulang pada waktu yang tidak terduga. 

Selain itu, frekuensi kejang yang tidak terkendali dapat meningkatkan risiko cedera serius, seperti jatuh, terbentur, atau tenggelam. Oleh sebab itu, pemeriksaan sejak dini perlu dilakukan agar gejala epilepsi dapat dikendalikan dan risiko terjadinya komplikasi serius bisa dicegah.