Epoetin alfa adalah obat untuk mengobati anemia pada pasien gagal ginjal kronis, pasien HIV/AIDS yang mengonsumsi zidovudine, atau pasien yang sedang menjalani kemoterapi.

Epoetin alfa termasuk dalam obat golongan erythropoiesis-stimulating agents (ESA). Obat ini bekerja dengan cara memicu sumsum tulang belakang untuk memproduksi sel darah. Cara kerja ini mirip dengan hormon erytropoietin alami yang ada di dalam tubuh.

Epoetin alfa - Alodokter

Dengan meningkatnya jumlah sel darah yang diproduksi, anemia bisa teratasi dan kebutuhan akan transfusi darah juga bisa berkurang.

Merek dagang epoetin alfa: Epodion, Eprex 2000, Eprex 4000, Eprex 10000, Hemapo, Prrex 40000, Renogen, Recormon 5000

Apa Itu Epoetin Alfa

Golongan Obat resep
Kategori Erythropoiesis-stimulating agents (ESA)
Manfaat Mengobati anemia pada pasien gagal ginjal kronis, pasien HIV/AIDS yang mengonsumsi zidovudine, atau yang sedang menjalani kemoterapi
Digunakan oleh Dewasa
Epoetin alfa untuk ibu hamil dan menyusui Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Epoetin alfa belum diketahui dapat diserap melalui ASI atau tidak. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa memberi tahu dokter.

Bentuk obat Suntik

Peringatan Sebelum Menggunakan Epoetin Alfa

Epoetin alfa hanya boleh digunakan sesuai resep dokter. Berikut adalah beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum menggunakan epoetin alfa:

  • Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Epoetin alfa tidak boleh digunakan oleh pasien yang alergi terhadap obat ini.
  • Beri tahu dokter jika Anda mengalami hipertensi yang belum terkontrol atau berisiko mengalami serangan jantung, stroke, atau gagal jantung. Epoetin alfa sebaiknya tidak digunakan oleh pasien tersebut, karena bisa meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang serius.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah pure red cell aplasia (PRCA) setelah menjalani pengobatan dengan obat yang mirip dengan eritropoietin. Epoetin alfa tidak boleh digunakan oleh pasien tersebut.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit jantung, kejang, fenilketonuria (PKU), penyakit ginjal, kanker, atau sedang menjalani cuci darah.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat-obatan lain, termasuk suplemen, atau produk herbal.
  • Segera ke dokter jika Anda mengalami overdosis, reaksi alergi obat, atau efek samping yang lebih serius setelah menggunakan epoetin alfa.

Dosis dan Aturan Pakai Epoetin Alfa

Suntikan epoetin alfa diberikan ke pembuluh darah (intravena/IV) atau ke bawah kulit (subkutan/SC) oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter.

Dosis epoetin alfa akan ditentukan oleh dokter sesuai dengan kondisi yang dialami pasien. Berikut adalah pembagian dosis epoetin alfa:

  • Tujuan: Mengobati anemia pada pasien gagal ginjal kronis
    Dosis awal 50 IU/kgBB, 3 kali seminggu. Pengobatan diberikan melalui suntikan IV selama setidaknya 1–5 menit. Dosis dapat ditingkatkan dengan penambahan 25 IU/kgBB tiap 4 minggu.
  • Tujuan: Mengobati anemia pada pasien HIV yang sedang mengonsumsi zidovudine
    Dosis awal 100 IU/kgBB, 3 kali seminggu. Pengobatam diberikan melalui suntikan SC/IV selama 8 minggu. Dosis dapat ditingkatkan 50–100 IU/kgBB, 3 kali seminggu dengan interval pengobatan 4–8 minggu sesuai respons pasien.
  • Tujuan: Mengobati anemia pada pasien yang menjalani kemoterapi
    Dosis awal 150 IU/kgBB, 3 kali seminggu atau 450 IU/kgBB, 1 kali seminggu. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 60.000 IU, 1 kali seminggu setelah 4 minggu pengobatan.
  • Tujuan: Mengurangi kebutuhan transfusi darah pada operasi tertentu
    Dosis 600 IU/kgBB, 1 kali seminggu. Pengobatan dimulai 3 minggu sebelum operasi dengan dosis ke-4 diberikan pada hari operasi. Atau 300 IU/kgBB tiap hari. Pengobatan dimulai 10 hari sebelum operasi dan 4 hari pascaoperasi.

Cara Menggunakan Epoetin Alfa dengan Benar

Epoetin alfa hanya boleh disuntikkan oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter di rumah sakit. Ikuti saran dan anjuran selama menjalani terapi dengan menggunakan epoetin alfa.

Pastikan untuk melakukan kontrol sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh dokter. Selama menjalani pengobatan dengan epoetin alfa, Anda perlu melakukan pemeriksaan kesehatan dan laboratorium secara rutin.

Jangan berhenti menjalani pengobatan dengan epoetin alfa tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Menghentikan penggunaan obat secara tiba-tiba dapat membuat kondisi lebih sulit untuk ditangani.

Interaksi Epoetin Alfa dengan Obat Lain

Ada beberapa efek interaksi obat yang dapat terjadi bila epoetin alfa digunakan bersama obat-obatan tertentu, yaitu:

  • Peningkatan risiko terjadinya pembekuan darah yang bisa menyumbat pembuluh darah jika digunakan carfilzomib, lenlidomide, pomalidomide, atau thalidomide
  • Peningkatan efektivitas epoetin alfa jika digunakan bersama methyltestosterone
  • Peningkatan kadar ciclosporin di dalam darah

Efek Samping dan Bahaya Epoetin Alfa

Efek samping yang mungkin timbul setelah menggunakan epoetin alfa adalah:

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping di atas terus berlanjut atau makin memberat. Obat ini juga bisa meningkatkan risiko terbentuknya bekuan darah yang bisa menyumbat pembuluh darah, segera ke dokter jika Anda mengalami kondisi berikut:

  • Serangan jantung yang bisa ditandai dengan gejala berupa nyeri dada yang memberat, sesak napas, keringat dingin, atau pingsan
  • Sumbatan di pembuluh darah kaki yang bisa ditandai dengan gejala berupa nyeri, bengkak, atau rasa hangat di paha atau betis
  • Stroke yang bisa ditandai dengan gejala berupa kelemahan pada satu sisi tubuh, bicara tiba-tiba menjadi tidak jelas, sakit kepala yang sangat berat

Selain itu, Anda juga harus segera ke dokter jika mengalami reaksi alergi obat atau gejala gagal jantung, antara lain rasa lelah yang tidak biasa, sesak napas yang berat, dan bengkak pada tangan atau kaki.