Hipotensi dan hipertensi adalah dua kondisi yang ditandai dengan nilai tekanan darah yang tidak normal. Kedua gangguan pada tekanan darah ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari yang ringan hingga berat. Namun, antara hipotensi dan hipertensi, manakah yang lebih berbahaya?

Tekanan darah adalah salah satu dari empat tanda vital di tubuh yang digunakan sebagai tolak ukur kondisi kesehatan seseorang secara umum. Nilai tekanan darah bisa diketahui melalui pemeriksaan tekanan darah. Nilai tekanan darah normal pada orang dewasa berkisar antara 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg.

Hipotensi dan Hipertensi, Mana yang Lebih Berbahaya? - Alodokter

Hipotensi dan hipertensi merupakan dua kondisi yang saling berseberangan. Hipotensi atau darah rendah adalah kondisi ketika tekanan darah berada di bawah 90/60 mmHg. Sebaliknya, hipertensi adalah kondisi meningkatnya tekanan darah hingga melebihi angka 140/80 mmHg atau lebih.

Meski saling berseberangan, hipotensi dan hipertensi adalah dua kondisi yang sama-sama dapat mengganggu kesehatan.

Gejala Hipertensi Sering Kali Tidak Terdeteksi

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak diderita oleh masyarakat di seluruh dunia.

Data WHO tahun 2019 menunjukkan bahwa sekitar 1,1 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi. Di Indonesia sendiri, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa sekitar 25,8% penduduk Indonesia menderita hipertensi.

Hipertensi dapat disebabkan oleh banyak hal, mulai dari faktor keturunan atau genetik, kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes dan obesitas, hingga gaya hidup tidak sehat, misalnya jarang berolahraga, terlalu sering mengonsumsi makanan tinggi garam dan lemak jenuh, stres berlebihan, serta sering merokok atau mengonsumsi alkohol.

Hipertensi bisa dikatakan penyakit yang berbahaya karena sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun. Gejala hipertensi biasanya baru muncul ketika tekanan darah sudah sangat tinggi dan menimbulkan gangguan fungsi organ tertentu. Ketika hal tersebut terjadi, hipertensi dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala, seperti:

  • Pusing
  • Sakit kepala
  • Pandangan kabur
  • Lemas
  • Nyeri dada
  • Sesak napas
  • Jantung berdebar-debar
  • Sering mimisan
  • Mual dan muntah

Jika tidak terkontrol, tekanan darah tinggi atau hipertensi bisa berkembang menjadi hipertensi maligna. Kondisi ini berisiko tinggi menimbulkan berbagai komplikasi berbahaya seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit ginjal.

Hipertensi bisa ditangani dengan perubahan gaya hidup, misalnya lebih banyak berolahraga, membatasi makanan tinggi garam, hingga menggunakan obat-obatan antihipertensi sesuai resep dokter.

Hipotensi Bisa Menjadi Pertanda Penyakit Tertentu

Dibandingkan dengan hipertensi, kasus hipotensi lebih jarang terjadi. Kondisi hipotensi lebih sering terjadi pada orang yang memiliki aktivitas fisik yang tinggi atau sering olahraga berat dan hal ini normal terjadi.

Namun, hipotensi juga bisa disebabkan oleh beberapa hal lain, misalnya efek samping obat-obatan, hipotensi ortostatik, hingga kondisi medis tertentu, seperti dehidrasi, perdarahan, gangguan hormon, malnutrisi, hingga masalah jantung, termasuk aritmia dan gagal jantung.

Sama seperti hipertensi, hipotensi juga sering kali tidak menimbulkan gejala yang khas. Namun, ada beberapa gejala yang kerap muncul ketika seseorang mengalami hipotensi, di antaranya:

  • Pusing
  • Mual dan muntah
  • Lemas
  • Pandangan buram
  • Kehilangan keseimbangan
  • Jantung berdebar-debar
  • Sesak napas
  • Pingsan
  • Susah konsentrasi
  • Kulit pucat dan dingin

Hipotensi tidak dapat dianggap remeh karena berisiko menimbulkan kondisi yang berbahaya, yaitu syok. Hal ini terjadi ketika tekanan darah sangat rendah atau berkurang secara drastis, sehingga tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup.

Kondisi ini bisa berdampak pada terganggunya fungsi berbagai organ, seperti otak, ginjal, dan jantung. Apabila dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi dan bahkan kematian.

Hipotensi bisa diatasi dengan cara memperbanyak asupan cairan, baik melalui makanan dan minuman atau terapi cairan melalui infus, menghentikan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan hipotensi, hingga menangani kondisi yang mendasari terjadinya hipotensi, misalnya perdarahan atau gangguan jantung.

Jika sudah menimbulkan syok atau hipotensi berat, kondisi ini perlu ditangani oleh dokter. Untuk mengatasi hipotensi berat, dokter mungkin akan memberikan terapi oksigen dan obat-obatan, seperti suntikan adrenalin atau epinefrin.

Cegah Hipotensi dan Hipertensi dengan Cara Ini

Hipotensi dan hipertensi sama-sama berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, Anda dianjurkan untuk menjaga tekanan darah agar tetap normal guna mencegah terjadinya kedua kondisi tersebut. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat Anda lakukan:

  • Atur pola makan sehat dan pilih asupan bergizi seimbang setiap harinya, misalnya membatasi atau mengurangi asupan garam dan lemak jenuh, gula, serta perbanyak konsumsi makanan sehat seperti buah dan sayuran.
  • Minum air yang cukup minimal 8 gelas (sekitar 1,5–2 liter) air setiap harinya.
  • Rutin berolahraga setidaknya selama 20–30 menit setiap hari. `
  • Kurangi berat badan dan jaga agar tetap ideal
  • Kelola stres dengan baik, misalnya dengan melakukan yoga dan istirahat yang cukup.
  • Hindari merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.

Selain itu, Anda juga perlu rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah ke dokter atau menggunakan tensimeter sendiri di rumah. Bila tekanan darah Anda tidak normal, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut dan mendapatkan pengobatan yang tepat. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah komplikasi akibat hipotensi atau hipertensi.