Keracunan makanan biasanya ditandai dengan mual, muntah, dan diare, yang dapat sembuh dalam beberapa hari dengan pengobatan yang tepat. Namun, pada sebagian orang, keracunan makanan bisa menyebabkan komplikasi berbahaya bila terlambat ditangani.
Berbagai Komplikasi Keracunan Makanan yang Perlu Diwaspadai
Sejumlah komplikasi keracunan makanan yang bisa terjadi meliputi:
1. Dehidrasi berat
Salah satu komplikasi keracunan makanan yang umum terjadi adalah dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi karena muntah dan diare terus-menerus, yang membuat tubuh kehilangan banyak cairan serta elektrolit.
Orang dewasa yang sehat masih bisa mencegah dehidrasi dengan minum banyak cairan. Sebaliknya, anak-anak, lansia, ibu hamil, atau penderita penyakit kronis tertentu sering kali kesulitan untuk mencukupi kebutuhan cairan sehingga lebih berisiko mengalami dehidrasi.
Gejala dehidrasi berat dapat meliputi mulut kering, sangat haus, jarang buang air kecil, pusing, hingga pingsan. Jika kondisi ini terjadi, penderita perlu segera mendapatkan perawatan di rumah sakit untuk mencegah kerusakan organ atau komplikasi serius lainnya.
2. Gangguan fungsi ginjal
Beberapa bakteri penyebab keracunan makanan, seperti Escherichia coli (E. coli), dapat merusak ginjal. Infeksi bakteri E. coli bisa memicu terbentuknya gumpalan darah di ginjal sehingga organ ini tidak mampu membuang racun dari dalam tubuh. Komplikasi keracunan makanan ini disebut sebagai sindrom hemolitik uremik.
Sindrom hemolitik uremik merupakan kondisi serius yang dapat menyebabkan gagal ginjal mendadak. Komplikasi keracunan makanan ini lebih berisiko tinggi terjadi pada anak-anak dan lansia. Jika tidak segera ditangani, gagal ginjal bisa bersifat permanen dan berakibat fatal.
3. Penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain
Dalam kasus yang jarang terjadi, infeksi penyebab keracunan makanan bisa menyebar ke bagian tubuh lain, seperti tulang, sendi, atau selaput otak dan sumsum tulang belakang (meninges). Komplikasi ini lebih mungkin terjadi bila keracunan disebabkan oleh bakteri Salmonella.
Penyebaran infeksi ini dapat menimbulkan gejala serius, seperti nyeri sendi, demam tinggi, sakit kepala hebat, atau leher kaku. Meski jarang terjadi, komplikasi keracunan makanan ini bisa mengancam nyawa sehingga perlu segera mendapat penanganan medis.
4. Sindrom Guillain-Barré
Dalam kasus yang jarang terjadi, keracunan makanan akibat infeksi bakteri Campylobacter dapat memicu terjadinya sindrom Guillain-Barré (GBS). Kondisi ini menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelemahan otot serta gangguan sensorik pada tubuh maupun anggota gerak.
Penderita GBS biasanya mulai merasakan gejala, seperti kesemutan, mati rasa, atau kelemahan otot, yang berkembang secara bertahap. Pada sebagian orang, kelemahan ini bisa bertambah parah hingga mengganggu kemampuan berjalan atau bahkan pernapasan.
Meskipun jarang terjadi, GBS termasuk komplikasi serius yang membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit. Dengan penanganan cepat dan tepat, sebagian besar penderita bisa sembuh, meski proses pemulihannya bisa memakan waktu cukup lama.
Pada ibu hamil, keracunan makanan yang tergolong berat dan tidak tertangani dapat menyebabkan gangguan kehamilan, seperti keguguran, persalinan prematur, atau bayi lahir dengan berat badan rendah.
Pada kondisi yang jarang terjadi, beberapa orang dapat mengalami gangguan kesehatan berikut setelah keracunan makanan:
- Reactive arthritis, yaitu radang sendi yang dipicu oleh infeksi
- Sindrom iritasi usus besar
- Botulisme akibat bakteri Clostridium botulinum
Itulah beberapa komplikasi keracunan makanan yang perlu diketahui. Jika Anda atau keluarga mengalami keluhan keracunan makanan yang tidak membaik, disertai tanda serius, jangan ragu untuk segera ke dokter agar mendapatkan penanganan dengan cepat.
Apabila masih memiliki pertanyaan seputar keracunan makanan dan komplikasi yang mungkin terjadi, Anda bisa berkonsultasi lewat Chat Bersama Dokter.