Leukemia limfositik kronis adalah jenis kanker darah yang terjadi akibat kelainan pada sumsum tulang. Istilah ‘kronis’ pada leukemia limfositik ini menandakan bahwa penyakit ini berkembang secara perlahan dalam jangka panjang.

Sumsum tulang merupakan jaringan yang terletak di tengah tulang dan berfungsi untuk memproduksi sel darah, salah satunya limfosit. Limfosit sendiri merupakan salah satu jenis sel darah putih yang bertugas membantu tubuh melawan infeksi.

Leukemia Limfositik Kronis - Alodokter

Pada penderita leukemia limfositik kronis, fungsi sumsum tulangnya mengalami gangguan. Hal tersebut menyebabkan sumsum tulang memproduksi terlalu banyak limfosit yang tidak matang dan tidak normal. Akibatnya, penderita kondisi ini rentan terkena infeksi.

Meski berkembang secara perlahan, gejala dapat muncul ketika kanker mulai menyebar ke hati, limpa, atau kelenjar getah bening. Jika gejala telah muncul, pasien perlu segera mendapat penanganan yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi serius.

Penyebab Leukemia Limfositik Kronis

Leukemia limfositik kronis disebabkan oleh perubahan atau mutasi DNA pada sel di sumsum tulang. Mutasi ini menyebabkan sumsum tulang memproduksi terlalu banyak limfosit yang tidak normal dan belum matang. Meski demikian, belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya mutasi DNA tersebut.

Faktor risiko leukemia limfositik kronis

Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita leukemia limfositik kronis, yaitu:

  • Berusia lebih dari 50 tahun
  • Berjenis kelamin laki-laki
  • Memiliki keluarga yang menderita kanker darah
  • Sering terpapar bahan kimia tertentu, seperti herbisida atau insektisida
  • Menderita penyakit yang mengakibatkan kadar limfosit tinggi, seperti monoclonal B-cell lymphocytosis

Gejala Leukemia Limfositik Kronis

Pada awalnya, leukemia limfositik kronis umumnya tidak menimbulkan gejala. Penderita baru mengalami gejala setelah lama menderita kondisi ini, atau ketika kanker sudah mulai menyebar ke hati, limpa, atau kelenjar getah bening.

Berikut ini adalah beberapa gejala leukemia limfositik kronis:

  • Kelelahan
  • Berat badan menurun
  • Hilang nafsu makan
  • Pembengkakan pada kelenjar getah bening di ketiak, leher, perut, selangkangan, atau bagian tubuh lain
  • Menggigil
  • Demam
  • Infeksi yang sering terjadi
  • Keringat berlebihan di malam hari
  • Perut terasa nyeri atau seperti penuh
  • Sesak napas

Kapan harus ke dokter

Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala di bawah ini secara terus-menerus dan tidak kunjung membaik:

  • Kulit pucat
  • Kelelahan ekstrem
  • Demam tinggi
  • Bintik-bintik merah atau ungu di kulit
  • Mudah memar atau berdarah
  • Pembesaran limpa atau hati

Diagnosis Leukemia Limfositik Kronis

Untuk mendiagnosis leukemia limfositik kronis, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala dan keluhan yang dialami pasien, riwayat kesehatan pasien dan keluarga, serta pola hidup yang dijalani oleh pasien.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, antara lain dengan mendeteksi pembengkakan kelenjar getah bening atau pembesaran pada limpa dan hati.

Untuk menetapkan diagnosis, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan lanjutan, yaitu:

  • Tes darah, termasuk hitung darah lengkap, untuk mengetahui jumlah sel darah putih (khususnya limfosit), sel darah merah, trombosit, serta hemoglobin
  • Aspirasi sumsum tulang dan biopsi, untuk mencari tahu penyebab leukemia limfositik kronis, dengan mengambil sampel darah dan jaringan di sumsum tulang
  • Tes genetik, untuk mendeteksi perubahan pada gen TP53 atau IgVH
  • Pemindaian, seperti foto Rontgen, USG, dan CT scan, untuk mengetahui penyebaran sel kanker

Stadium Leukemia Limfositik Kronis

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dijalani pasien, dokter akan menentukan tingkat keparahan penyakit yang terbagi dalam 4 tingkatan stadium, yaitu:

  • Stadium 0
    Pasien memiliki terlalu banyak limfosit dalam darah, tetapi tidak mengalami gejala atau keluhan fisik tertentu.
  • Stadium 1
    Pasien memiliki terlalu banyak limfosit dalam darah dan mengalami pembengkakan pada kelenjar getah bening.
  • Stadium 2
    Stadium 2 ditandai dengan terlalu banyak limfosit dalam darah, pembengkakan pada kelenjar getah bening, serta pembesaran pada limpa dan hati.
  • Stadium 3
    Pasien memiliki terlalu banyak limfosit dalam darah dan sel darah merah yang terlalu sedikit. Pasien juga mengalami pembengkakan kelenjar getah bening, serta pembesaran limpa dan hati.
  • Stadium 4
    Stadium 4 ditandai dengan terlalu banyak limfosit dalam darah, trombosit dan sel darah merah yang terlalu sedikit (trombositopenia dan anemia), pembengkakan kelenjar getah bening, serta pembesaran hati dan limpa

Pengobatan Leukemia Limfositik Kronis

Pengobatan leukemia limfositik kronis akan disesuaikan dengan hasil pemeriksaan. Jika masih tergolong ringan dan tidak menimbulkan gejala, penanganan intensif tidak diperlukan. Namun, pasien tetap harus memeriksakan diri secara berkala ke dokter onkologi dan menjalani tes darah agar kondisinya selalu terpantau.

Penanganan intensif akan diberikan ketika muncul gejala atau kondisi pasien sudah memburuk. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah:

  • Kemoterapi
    Kemoterapi adalah pemberian obat, baik melalui suntikan maupun diminum, untuk membunuh sel kanker. Obat yang diberikan dapat berupa obat tunggal, seperti ibrutinib, chlorambucil, acalabrutinib, atau fludarabin, atau kombinasi dari beberapa obat.
  • Terapi target
    Terapi target juga dilakukan dengan pemberian obat-obatan. Namun, obat yang diberikan dalam terapi ini berfungsi untuk menghambat protein yang digunakan sel kanker untuk bertahan dan berkembang. Contoh obat yang digunakan pada terapi ini yakni rituximab.
  • Transplantasi sumsum tulang
    Metode ini dilakukan dengan mengganti sel sumsum tulang yang rusak dengan sumsum tulang sehat sendiri atau dari pendonor. Sebelum transplantasi sumsum tulang atau sel induk, pasien harus menjalani kemoterapi terlebih dahulu 1–2 minggu sebelumnya.

Perlu diketahui, metode di atas dapat menimbulkan beragam efek samping yang berbeda. Oleh sebab itu, jalani pemeriksaan rutin dan konsultasikan dengan dokter terkait langkah yang dapat diambil untuk menurunkan risiko efek samping.

Komplikasi Leukemia Limfositik Kronis

Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, leukemia limfositik kronis dapat menimbulkan komplikasi, antara lain:

  • Infeksi yang terjadi secara berulang, umumnya pada saluran pernapasan
  • Gangguan sistem kekebalan tubuh sehingga sistem kekebalan malah menyerang sel darah yang sehat
  • Kanker yang lebih agresif, yaitu limfoma sel B atau sindrom Richter
  • Kanker tipe lain, seperti kanker kulit, kanker paru-paru, dan kanker saluran pencernaan

Pencegahan Leukemia Limfositik Kronis

Leukemia limfositik kronis dapat dicegah dengan mengubah faktor risiko yang dapat dikendalikan, seperti kebiasaan merokok, paparan zat kimia berbahaya, stres, dan pola hidup tidak sehat. Caranya adalah dengan:

  • Mengonsumsi makanan bergizi yang seimbang, termasuk sayur-sayuran dan buah-buahan
  • Berolahraga secara rutin
  • Menjaga berat badan agar tetap ideal
  • Mengelola stres dengan baik
  • Tidur dan beristirahat yang cukup