Oligospermia adalah kondisi ketika jumlah sel sperma yang terkandung di dalam air mani sangat sedikit. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab gangguan kesuburan pada pria.

Normalnya, terdapat lebih dari 15 juta per 1 mL air mani yang dikeluarkan ketika pria dewasa berejakulasi. Namun, pada penderita oligospermia, banyaknya sel sperma yang dikeluarkan kurang dari jumlah tersebut.

Oligospermia - Alodokter

Oligospermia berbeda dengan azoospermia dalam masalah jumlah sel sperma. Pada oligospermia, jumlah sel sperma masih terdeteksi walaupun jumlahnya di bawah normal. Sedangkan azoospermia, atau disebut juga sebagai sperma kosong, ditandai dengan tidak adanya sel sperma di dalam air mani.

Penyebab Oligospermia

Oligospermia dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan jumlah sel sperma yang dikeluarkan dalam sekali ejakulasi. Jenis-jenis tersebut antara lain:

  • Oligospermia ringan: jumlah sel sperma berkisar antara 10–15 juta/mL
  • Oligospermia sedang: jumlah sel sperma berkisar antara 5–10 juta/mL
  • Oligospermia berat: jumlah sel sperma kurang dari 5 juta/mL

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya oligospermia, yaitu:

Faktor medis

Oligospermia dapat disebabkan oleh penyakit atau kondisi tertentu. Beberapa penyakit atau kondisi medis tersebut adalah:

  • Varikokel
  • Infeksi yang dapat mengganggu saluran dan produksi sperma, contohnya peradangan pada epididimis (epididimitis) atau protat (prostatitis)
  • Penyakit menular seksual, seperti gonore atau HIV/AIDS
  • Gangguan ejakulasi, seperti ejakulasi dini atau ejakulasi retrograde
  • Antibodi yang menyerang sperma
  • Testis tidak turun (kriptorkismus)
  • Tumor jinak atau ganas pada testis dan saluran sperma
  • Kerusakan pada saluran sperma
  • Ketidakseimbangan hormon, seperti hipogonadisme
  • Kelainan genetik, seperti sindrom Klinefelter, cystic fibrosis, sindrom Kallmann, dan sindrom Kartagener
  • Efek samping penggunaan obat-obatan tertentu, seperti kemoterapi, terapi pengganti testosteron, atau penggunaan steroid jangka panjang
  • Efek samping setelah menjalani operasi tertentu, seperti vasektomi

Faktor lingkungan

Lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya oligospermia. Beberapa faktor lingkungan tersebut meliputi:

  • Paparan logam berat dan zat kimia industri, seperti timbal, benzena, toluena, atau pestisida
  • Paparan radiasi atau sinar X yang berlebihan

Faktor risiko oligospermia

Selain faktor penyebab di atas, beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya penurunan jumlah kandungan sel sperma dalam air mani adalah:

  • Menyalahgunakan NAPZA, seperti ganja dan kokain
  • Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
  • Merokok
  • Mengalami stres atau depresi
  • Menderita kelebihan berat badan atau obesitas
  • Memiliki kebiasaan tertentu, seperti duduk terlalu lama

Gejala Oligospermia

Oligospermia umumnya tidak menimbulkan keluhan. Namun, gejala utama yang dapat dialami oleh penderita oligospermia yaitu sulit memiliki anak. Selain itu, jika oligospermia disebabkan oleh kondisi tertentu, penderita juga dapat mengalami gejala lain, seperti:

  • Disfungsi ereksi
  • Gairah seksual yang rendah
  • Nyeri, pembengkakan, atau benjolan pada testis
  • Berkurangnya rambut-rambut wajah dan tubuh sebagai tanda adanya kelainan kromosom atau hormon

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika pasangan Anda tidak kunjung hamil meskipun sudah berhubungan seksual secara aktif dan tanpa kontrasepsi selama 1 tahun, terlebih jika Anda memiliki atau mengalami kondisi berikut:

  • Disfungsi seksual, seperti gangguan ejakulasi atau kehilangan gairah seksual
  • Nyeri pada testis
  • Benjolan atau pembengkakan di area testis
  • Riwayat gangguan pada testis dan prostat
  • Riwayat penyakit menular seksual
  • Riwayat operasi di selangkangan, testis, penis, atau skrotum

Diagnosis Oligospermia

Untuk mendiagnosis oligospermia, dokter akan terlebih dahulu menanyakan terkait riwayat kesehatan pasien yang bisa memengaruhi faktor kesuburan. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik di area kelamin pasien.

Selanjutnya, dokter akan melakukan beberapa tes penunjang lainnya, seperti:

  • Tes sperma, untuk menganalisis jumlah dan kualitas sel sperma di dalam air mani
  • Tes urine, untuk mendeteksi ejakulasi retrograde dengan mendeteksi sel sperma di dalam urine
  • Tes darah, untuk memeriksa kadar hormon
  • Tes genetik, untuk mencari tahu apakah pasien menderita kelainan genetik yang menyebabkan oligospermia

Dokter juga akan melakukan pemindaian pada organ reproduksi pasien dengan USG transrektal dan skrotum. Jika dicurigai oligospermia disebabkan oleh tumor, dokter akan melakukan MRI guna mendeteksi tumor tersebut.

Pengobatan Oligospermia

Pengobatan oligospermia akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan oleh dokter antara lain:

Operasi

Prosedur operasi akan dilakukan oleh dokter jika oligospermia disebabkan oleh varikokel, tumor, atau sumbatan pada saluran sperma.

Terapi hormon

Terapi hormon direkomendasikan oleh dokter jika oligospermia disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon. Tujuan dari terapi ini adalah untuk meningkatkan kadar hormon testosteron yang berperan dalam proses pembentukan sperma.

Antibiotik

Dokter akan memberikan obat antibiotik guna menyembuhkan infeksi yang terjadi di saluran reproduksi pasien.

Meski pada umumnya pasien oligospermia sulit untuk memiliki anak, perkembangan teknologi di bidang reproduksi saat ini sudah dapat membantu mengatasi hal tersebut. Beberapa teknologi bantuan reproduksi yang bisa dokter rekomendasikan yakni inseminasi buatan dan program bayi tabung.

Komplikasi Oligospermia

Oligospermia berisiko menyebabkan penderitanya mengalami mandul. Hal tersebut dapat mengakibatkan penderita oligospermia atau pasangannya mengalami stres dan depresi.

Pencegahan Oligospermia

Oligospermia dapat dicegah dengan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya oligospermia yaitu:

  • Hindari kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol.
  • Jangan menyalahgunakan NAPZA.
  • Lakukan olahraga secara teratur.
  • Jaga berat badan ideal.
  • Kelola stres dengan baik.
  • Hindari paparan pestisida, logam berat, dan zat beracun lainnya.
  • Lakukan konsultasi dengan dokter jika mengonsumsi obat-obatan yang bisa memengaruhi jumlah sel sperma.