Masa inkubasi HIV merupakan jeda waktu saat pertama kali terinfeksi virus HIV hingga munculnya gejala awal. Lamanya jeda memang bisa berbeda-beda pada setiap penderita HIV, tergantung daya tahan tubuh dan banyaknya virus yang menyerang tubuhnya.

HIV atau human immunodeficiency virus adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menyerang sel darah putih, tepatnya di bagian sel CD4. Virus ini dapat menular dari cairan tubuh penderitanya, baik berupa darah, sperma, atau cairan vagina.

Pahami Masa Inkubasi HIV dalam Tubuh - Alodokter

Berbagai cairan tersebut bisa masuk ke dalam tubuh melalui sentuhan, terutama bila terdapat luka terbuka pada lapisan kulit. Saat virus menginfeksi tubuh, penderitanya akan melewati masa inkubasi HIV hingga gejalanya muncul.

Perjalanan Penyakit pada Masa Inkubasi HIV

Dalam perjalanan penyakit HIV, masa inkubasi HIV masuk ke dalam tahap pertama. Berikut ini adalah penjelasan lebih rinci dari setiap tahapnya:

Tahap I: masa inkubasi HIV

Masa inkubasi HIV bisa berbeda-beda pada setiap orang, tergantung usia, jumlah dan ketahanan virus, serta daya tahan tubuh penderitanya. Fase ini biasanya berlangsung selama 2–4 minggu sejak virus pertama kali menginfeksi tubuh hingga gejala HIV timbul.

Dalam masa inkubasi HIV, tes HIV umumnya belum menunjukkan hasil yang positif atau mengindikasikan adanya infeksi HIV. Kondisi tersebut disebut juga dengan window period, yang bisa saja berlangsung selama 6 bulan atau lebih.

Tahap II: HIV akut

Pada awalnya, penderita HIV mengalami gejala yang mirip dengan infeksi virus pada umumnya, seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri otot, panas dingin, kelelahan, hingga pembengkakan kelenjar getah bening pada ketiak, leher, atau selangkangan. Pada tahap ini juga bisa terjadi ciri-ciri HIV di kulit, berupa ruam.

Berbagai gejala tersebut biasanya hanya bertahan dalam 1–2 minggu, lalu menghilang dan bisa timbul kembali. Kondisi ini biasa disebut juga HIV akut.

Tahap III: HIV laten

Setelah gejala awal hilang, penderita HIV bisa saja tidak menunjukkan gejala lagi, tetapi virus dalam tubuhnya tetap berkembang dan bertahan hingga bertahun-tahun. Tahapan ini disebut infeksi HIV laten.

Pada HIV laten, virus berkembang biak sangat cepat dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Virus HIV juga dapat dengan mudah menular ke orang lain.

Seiring berjalannya waktu, HIV laten dapat menyebabkan gejala, seperti penuruan berat badan drastis tanpa sebab, demam tinggi yang hilang timbul, diare berkepanjangan, dan batuk terus-menerus.

Tahap IV: AIDS

Bila tidak mendapatkan pengobatan, sistem imun tubuh akan makin rusak. Selain itu, penderita HIV juga bisa mengalami tahap lanjutan yang lebih berat, yaitu AIDS atau acquired immunodeficiency syndrome.

Penderita AIDS yang tidak memperoleh pengobatan dengan baik berisiko terkena penyakit infeksi lain atau mengalami kondisi medis yang mengancam nyawa, mulai dari pneumonia, dehidrasi berat akibat muntah dan diare kronis, malnutrisi, hingga radang selaput otak.

Cara Mencegah HIV

Penyakit HIV/AIDS memang penyakit infeksi yang berisiko menyebabkan kematian. Namun ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena penyakit HIV, yaitu:

  • Hindari perilaku seks bebas.
  • Jangan bergonti-ganti pasangan seks.
  • Gunakan kondom saat berhubungan seksual.
  • Hindari penggunaan narkoba, terutama melalui jarum suntik yang digunakan bersamaan.
  • Lakukan pemeriksaan kehamilan selama hamil untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak.
  • Berikan edukasi seputar kesehatan reproduksi, cara penularan, pencegahan, serta pengobatan HIV dan AIDS, terutama pada anak remaja.

Masa inkubasi HIV memang sulit diketahui karena penderitanya belum menunjukkan gejala sama sekali. Hal ini tentu membuat penderita HIV tidak menyadari bahwa ia sudah terinfeksi virus tersebut dan bisa saja menularkannya ke orang lain.

Oleh karena itu, siapapun yang berisiko tinggi terinfeksi HIV sangat dianjurkan untuk mengunjungi layanan konseling dan melakukan tes HIV secara sukarela (VCT) dari dokter. Tujuannya untuk menilai risiko yang ada dan memantau ada atau tidaknya gejala HIV/AIDS agar pengobatan bisa segera diberikan bila memang diperlukan.