Belum ada pemeriksaan yang dapat mendiagnosis rabies sesaat setelah seseorang digigit hewan yang diduga membawa virus rabies. Penyakit ini hanya dapat dideteksi ketika gejalanya sudah muncul.

Untuk menegakkan diagnosis rabies, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala yang dialami, jenis hewan yang menggigit atau mencakar pasien, dan apakah pasien sudah pernah menerima vaksin rabies.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan melihat luka gigitan atau cakaran. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan seberapa besar risiko terjadinya infeksi rabies pada pasien, seperti dijelaskan di bawah ini:

  • Kategori luka risiko rendah, jika kontak hanya berupa sentuhan atau jilatan di kulit yang tidak memiliki luka terbuka
  • Kategori luka risiko sedang, jika kontak berupa gigitan kecil yang tidak dalam, serta cakaran atau lecet yang tidak menyebabkan perdarahan
  • Kategori luka risiko tinggi, jika kontak berupa gigitan atau cakaran ke mata, mulut, atau luka terbuka yang sampai menembus kulit dan menyebabkan perdarahan

Pada pasien yang telah menunjukkan gejala, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti:

  • Tes PCR, dengan menggunakan sampel air liur hingga cairan serebrospinal
  • Tes antibodi, untuk mendeteksi antibodi yang melawan virus rabies dengan mengambil sampel air liur atau darah pasien
  • Biopsi kulit

Jika memungkinkan, pemantauan tanda-tanda rabies perlu dilakukan selama 10 hari pada hewan yang menggigit.