RR normal merupakan angka normal pada frekuensi pernapasan yang dihitung selama 1 menit ketika tubuh dalam keadaan istirahat. Angka RR (respiratory rate) berbeda-beda pada setiap orang dan dapat dipengaruhi oleh usia hingga aktivitas yang dilakukan. Adanya perubahan angka RR bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan. 

RR atau frekuensi napas termasuk salah satu indikator penting yang digunakan untuk mendeteksi atau memantau kesehatan seseorang. Kecepatan pernapasan memberikan petunjuk apakah sel-sel tubuh mendapatkan cukup oksigen untuk mendukung fungsi-fungsi tubuh.

RR Normal pada Anak-Anak dan Dewasa, serta Gangguan yang Bisa Terjadi - Alodokter

Angka frekuensi napas juga menjadi sinyal seberapa sering tubuh membutuhkan oksigen. Jika angka RR berada di luar rentang normal RR, baik itu lebih rendah atau lebih tinggi, bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang memerlukanan penaganan dan pengobatan.

Angka RR Normal Sesuai Usia 

Angka RR normal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, indeks massa tubuh, jenis kelamin, dan intensitas aktivitas. Frekuensi pernapasan bayi, anak-anak, dan lansia umumnya akan cenderung tinggi karena otot-otot dan fungsi paru-paru yang lebih lemah. 

Berikut ini adalah angka RR normal berdasarkan usia:

  • Usia 0–6 bulan: 30–60 kali per menit
  • Usia 6 bulan–1 tahun: 30–50 kali per menit
  • Usia 1–3 tahun: 24–30 kali per menit
  • Usia 3–5 tahun: 22–34 kali per menit
  • Usia 5–12 tahun: 16–30 kali per menit
  • Usia 12–18 tahun: 12–18 kali menit
  • Orang dewasa: 12–20 kali per menit
  • Usia di atas 60 tahun: 12–28 kali per menit

Frekuensi pernapasan juga akan meningkat hingga 40–60 kali per menit ketika sedang melakukan aktivitas berat, misalnya olahraga. Soalnya, otot-otot tubuh membutuhkan oksigen lebih banyak untuk diubah menjadi energi saat beraktivitas berat. Jadi, tubuh akan berusaha untuk bernapas lebih sering. 

Angka RR (respiratory rate) sebaiknya dihitung oleh dokter, perawat, atau petugas kesehatan hasilnya akurat. Berikut ini adalah langkah menghitung angka RR:

  • Pastikan kondisi sedang tenang. Beri jarak beberapa saat dari aktivitas berat sebelum pemeriksaan.
  • Posisikan tubuh dengan nyaman, seperti sambil berbaring atau duduk.
  • Siapkan jam atau stopwatch untuk menghitung.
  • Hitung banyaknya tarikan napas selama 1 menit, dapat diamati dari gerakan dada atau perut yang naik dan turun. 

Kondisi yang Memengaruhi Angka RR 

Selain mengacu pada angka RR normal, gangguan pada pernapasan juga bisa dilihat dari laju pernapasan maupun keluhan yang menyertainya. Misalnya, laju pernapasan lebih lambat (bradipnea) atau lebih cepat (takipnea), tarikan napas lebih dalam (hiperpnea), terasa sesak (dyspnea), atau sering henti napas sementara (apnea). 

Perubahan pada frekuensi dan laju pernapasan bisa disebabkan oleh beberapa kondisi, antara lain:

1. Demam

Ketika sedang sakit, otot-otot di seluruh tubuh termasuk otot pernapasan menjadi lebih lemah. Otot yang lemah membutuhkan jumlah oksigen yang lebih banyak untuk bekerja. Kondisi ini dapat membuat frekuensi napas tidak normal bahkan sesak.

Pada saat mengalami demam, tubuh juga akan merespons dengan bernapas lebih sering untuk menurunkan suhu tubuh secara alami. 

2. Cemas

Saat sedang stres, takut, atau cemas serta mengalami serangan panik, tubuh akan merespons dengan mode fight or flight. Respons ini menjadi mekanisme pertahanan tubuh terhadap situasi yang dianggap berbahaya. Salah satunya adalah frekuensi napas yang lebih cepat dari angka RR normal.

3. Konsumsi obat tertentu

Beberapa obat-obatan dapat memengaruhi sistem saraf pusat yang juga berperan mengatur frekuensi pernapasan. Obat antidepresan, seperti benzodiazepin dan barbiturat, dan obat tidur tertentu, diketahui dapat membuat frekuensi napas lebih lambat dari angka RR normal.

3. Hipotiroid

Gangguan metabolik hipotiroid dapat melemahkan otot-otot pernapasan serta mengganggu fungsi organ paru-paru. Akibatnya, frekuensi pernapasan menjadi lebih rendah dari angka RR normal. Selain itu, kondisi ini juga disertai keluhan sesak napas atau bisa berkembang menjadi sleep apnea

4. Gangguan fungsi paru

Iritasi, peradangan, atau cedera pada organ paru-paru dapat mengganggu aliran udara. Akibatnya, oksigen tidak bisa masuk dan keluar tubuh dengan maksimal. Beberapa penyakit paru, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis, ditandai dengan frekuensi napas lebih tinggi dari angka RR normal. 

Tanda ini juga akan disertai ciri-ciri sakit paru-paru yang mendasarinya, misalnya mengi atau batuk kronis.

5. Gangguan pada jantung

Jantung bertugas memompa darah untuk mengalirkan oksigen ke organ-organ tubuh. Ketika fungsi jantung terganggu, tubuh akan kekurangan oksigen. Akibatnya, frekuensi napas bisa meningkat sebagai usaha untuk mencukupi asupan oksigen.

Perubahan frekuensi napas juga bisa terjadi sebagai gejala keracunan atau kelebihan dosis obat. Bila hal ini terjadi, segera bawa ke instalasi gawat darurat (IGD) untuk dapat pertolongan sesegera mungkin. 

Jika frekuensi pernapasan lebih rendah atau tinggi dari angka RR normal, bahkan sampai sulit bernapas normal, nyeri dada, sakit kepala, sulit konsentrasi, atau kulit membiru, konsultasikan dengan dokter untuk memastikan penyebabnya. Dengan begitu, penanganan yang tepat bisa diberikan sesuai kondisi yang mendasarinya.