SIRS adalah sekumpulan gangguan yang muncul ketika tubuh mengalami peradangan berat. Peradangan ini bisa terjadi akibat perburukan penyakit, cedera, atau komplikasi operasi. Jika tidak ditangani dengan baik, SIRS (systemic inflammatory response syndrome) bisa merusak banyak organ tubuh dan berakibat fatal.

Ketika tubuh terinfeksi kuman, seperti bakteri atau virus, sistem kekebalan tubuh akan berusaha membunuhnya agar tidak menyebabkan penyakit. Caranya adalah dengan menimbulkan reaksi peradangan.

SIRS - Alodokter

Di samping infeksi, peradangan di tubuh juga bisa terjadi ketika tubuh terluka atau cedera. Tujuannya adalah agar luka sembuh dan terbentuk jaringan baru (jaringan parut) yang akan menutup luka tersebut.

Peradangan yang normal umumnya menimbulkan gejala ringan, seperti demam, nyeri, bengkak, dan ruam. Pada SIRS, reaksi peradangan yang muncul bisa begitu hebat dan tidak terkendali. Akibatnya, jaringan dan organ tubuh bisa rusak.

Penyebab SIRS

Penyebab SIRS adalah reaksi peradangan berat yang mengakibatkan kerusakan pada banyak sel, jaringan, maupun organ tubuh. Kondisi ini dapat terjadi karena cedera parah, perburukan penyakit yang sedang diderita, hingga komplikasi dari prosedur medis, termasuk operasi.

Beberapa penyebab SIRS adalah:

Selain kondisi di atas, faktor-faktor berikut juga dapat meningkatkan risiko terjadinya SIRS:

  • Usia di bawah 1 tahun atau lanjut usia
  • Daya tahan tubuh lemah, misalnya akibat kemoterapi, HIV/AIDS, atau transplantasi organ
  • Komplikasi operasi, khususnya operasi besar, dan efek samping obat anestesi
  • Penyakit kronis, seperti diabetes, sirosis, penyakit tiroid, gagal ginjal kronis, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

Gejala SIRS

Gejala SIRS bisa sangat parah dan memburuk dalam waktu cepat. Keluhan-keluhan yang muncul akibat kondisi ini antara lain:

  • Demam lebih dari 38°C
  • Menggigil
  • Suhu tubuh turun drastis hingga di bawah 35°C (hipotermia)
  • Jantung berdetak sangat cepat (takikardia)
  • Nyeri yang parah
  • Sesak napas
  • Kulit tampak pucat dan keringat dingin
  • Jumlah urine sedikit atau jarang buang air kecil
  • Tubuh terasa lemas
  • Penurunan kesadaran, misalnya linglung hingga koma
  • Kemerahan dan pembengkakan pada area tubuh yang terkena

Kapan harus ke dokter

Segera ke dokter atau rumah sakit terdekat jika Anda atau ada orang di sekitar Anda mengalami gejala-gejala di atas. Penanganan sedini mungkin perlu dilakukan untuk mencegah kerusakan banyak organ.

Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter jika Anda memiliki faktor risiko SIRS. Melalui pemeriksaan dan penanganan sejak dini, risiko terjadinya komplikasi dapat dicegah.

Diagnosis SIRS

Untuk mendiagnosis SIRS, dokter pertama-tama akan bertanya kepada pasien atau orang yang mengantar pasien. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan antara lain:

  • Gejala yang dialami pasien dan durasinya
  • Penyebab munculnya gejala jika diketahui
  • Penyakit yang pernah atau sedang diderita pasien
  • Pengobatan yang pernah dijalani pasien, termasuk konsumsi obat atau operasi

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk tanda-tanda vital seperti suhu tubuh, detak jantung, laju pernapasan, dan tekanan darah. Untuk memastikan diagnosis SIRS, dokter juga dapat melakukan beberapa tes penunjang berikut:

  • Tes darah, untuk menghitung jumlah sel darah putih, mengukur kadar asam laktat, serta menilai fungsi liver dan ginjal
  • Blood oxygen level test, untuk mengukur kadar oksigen dalam darah
  • Urinalisis, untuk mendeteksi diabetes
  • Kultur bakteri, untuk melihat jenis bakteri yang menginfeksi, dari sampel luka, cairan, atau nanah
  • Foto Rontgen atau CT scan, untuk mencari tanda kerusakan atau gangguan pada organ

Pasien dapat dinyatakan mengalami SIRS jika terdapat salah satu atau beberapa kriteria berikut:

  • Suhu tubuh lebih dari 38°C atau di bawah 35°C
  • Denyut jantung lebih dari 90 kali per menit
  • Laju pernapasan lebih dari 20 kali per menit
  • Tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2) di bawah 32 mmHg
  • Jumlah sel darah putih (leukosit) lebih dari 12.000/mm3 atau kurang dari 4.000/mm3

Pengobatan SIRS

Pengobatan SIRS umumnya akan dilakukan di unit perawatan intensif atau ICU. Hal ini karena keluhan yang muncul sudah tergolong berat sehingga kondisi pasien perlu dipantau secara ketat oleh dokter.

Penanganan SIRS yang diberikan dokter akan disesuaikan dengan penyebabnya dan tingkat keparahan kondisi pasien. Tindakan yang dilakukan dokter antara lain:

  • Pemberian cairan infus, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dan mencegah tekanan darah turun terlalu rendah
  • Pemberian antibiotik bila SIRS disebabkan oleh infeksi bakteri
  • Pemberian obat untuk meningkatkan tekanan darah (vasopresor)
  • Pemberian kortikosteroid untuk mengatasi peradangan
  • Pemberian insulin melalui infus, untuk mengontrol kadar gula darah bila diperlukan
  • Operasi, misalnya untuk mengeringkan luka infeksi, atau mengangkat jaringan maupun memperbaiki organ yang rusak

Jika terjadi gagal organ, dokter akan menyarankan penanganan sesuai kondisi yang dialami pasien. Penanganan tersebut misalnya cuci darah untuk mengatasi gagal ginjal dan pemasangan alat bantu napas (ventilator) untuk menangani gagal napas.

Komplikasi SIRS

Jika disebabkan oleh infeksi, SIRS yang tidak tertangani dapat menyebabkan sepsis berat hingga syok sepsis. Tidak hanya itu, komplikasi lain yang bisa terjadi akibat SIRS meliputi:

  • Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
  • Ensefalopati akut
  • Kerusakan ginjal akibat nekrosis tubular akut
  • Deep vein thrombosis (DVT)
  • Pembekuan darah yang tidak normal di seluruh tubuh (DIC)
  • Kerusakan pada banyak sel darah merah (hemolisis)
  • Asidosis metabolik
  • Trombositosis atau trombositopenia
  • Insufisiensi adrenal akut, yaitu ketika kelenjar adrenal tidak menghasilkan hormon tertentu dalam jumlah yang cukup, misalnya hormon kortisol
  • Transaminitis, yaitu tingginya kadar enzim transaminase di dalam hati
  • Pneumonia
  • Kematian

Pencegahan SIRS

Pencegahan SIRS adalah dengan menurunkan risiko terjadinya kondisi ini. Caranya bisa dengan:

  • Mencuci tangan dengan air dan sabun setelah beraktivitas, menggunakan toilet, serta sebelum maupun sesudah mengolah makanan
  • Menghindari berbagi barang pribadi, seperti handuk atau pakaian
  • Menjaga luka atau jahitan operasi agar selalu bersih dan kering
  • Menjalani pengobatan dan kontrol rutin ke dokter jika menderita penyakit kronis, misalnya diabetes
  • Menerapkan pola hidup sehat, misalnya mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga rutin, dan tidak merokok
  • Mencari pertolongan medis bila mengalami cedera parah atau timbul tanda-tanda infeksi berat
  • Menjalani vaksinasi sesuai jadwal yang ditentukan oleh dokter