Sunitinib adalah obat untuk mengobati gastrointestinal stromal tumors (GIST), yaitu tumor yang tumbuh di lambung, usus, atau kerongkongan. Obat ini biasanya diberikan jika pasien tidak bisa ditangani dengan obat antikanker lainnya, seperti imatinib.

Sunitinib merupakan obat antikanker golongan inhibitor kinase atau penghambat protein kinase. Obat ini bekerja dengan cara menghambat kinerja protein tirosin kinase, sehingga pertumbuhan dan penyebaran sel kanker bisa dihambat.

Sunitinib - Alodokter

Sunitinib juga digunakan untuk mengobati kanker pankreas, kanker ginjal jenis metastatic renal cell carcinoma (MRCC), serta sebagai terapi tambahan untuk mencegah kekambuhan kanker ginjal yang sudah di operasi.

Merek dagang sunitinib: Sutent

Apa Itu Sunitinib

Golongan Obat resep
Kategori Obat antikanker golongan penghambat protein kinase
Manfaat Mengobati  gastrointestinal stromal tumors (GIST), kanker pankreas, dan metastatic renal cell carcinomaserta untuk mencegah kambuhnya kanker ginjal
Dikonsumsi oleh Dewasa
Sunitinib untuk ibu hamil dan menyusui Kategori D: Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar daripada risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.

Sunitinib belum diketahui apakah dapat terserap ke dalam ASI atau tidak. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.

Bentuk obat Kapsul

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Sunitinib

Sunitinib hanya boleh dikonsumsi sesuai resep dokter. Sebelum mengonsumsi sunitinib, Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

  • Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Sunitinib tidak boleh diberikan kepada pasien yang alergi terhadap obat ini.
  • Jangan mengonsumsi grapefruit selama menjalani pengobatan dengan sunitib, karena bisa menyebabkan timbulnya efek samping.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan. Gunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan selama menjalani pengobatan dengan sunitinib.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit hati, penyakit ginjal, hipoglikemia, penyakit jantung, diabetes, hipertensi, aneurisma, gangguan pembekuan darah, osteonekrosis, gangguan irama jantung, atau penyakit tiroid.
  • Beri tahu dokter bahwa Anda sedang menjalani pengobatan dengan sunitinib jika berencana untuk menjalani tindakan medis tertentu, seperti operasi atau operasi gigi.
  • Beri tahu dokter jika Anda berencana untuk melakukan vaksinasi selama mengonsumsi sunitinib. Hindari juga kontak dengan orang yang baru saja menerima vaksin polio oral atau vaksin flu.
  • Jangan memberikan sunitinib pada anak-anak usia kurang dari 18 tahun.
  • Segera ke dokter jika Anda mengalami overdosis, reaksi alergi obat, atau efek samping yang lebih serius setelah mengonsumsi sunitinib.

Dosis dan Aturan Pakai Sunitinib

Dokter akan menentukan dosis dan durasi pengobatan dengan sunitinib berdasarkan usia, kondisi, dan respons tubuh terhadap obat. Berikut ini adalah dosis sunitinib untuk orang dewasa berdasarkan kondisi pasien:

Kondisi: Gastrointestinal stromal tumors (GIST) dan metastatic renal cell carcinoma (MRCC)

  • Dosis 50 mg, 1 kali per hari, selama 4 minggu, yang diikuti dengan periode 2 minggu tanpa pengobatan. Setelah itu, siklus 4 minggu dengan pengobatan diulang kembali.

Kondisi: Kanker pankreas

  • Dosis 37,5 mg, 1 kali per hari. Dosis dapat ditingkatkan atau dikurangi sebanyak 12,5 mg, tergantung pada respons tubuh pasien. Dosis maksimal 87,5 mg per hari.

Cara Mengonsumsi Sunitinib dengan Benar

Pastikan Anda membaca petunjuk pada kemasan obat dan mengikuti anjuran dokter saat akan mengonsumsi sunitinib. Jangan menambah atau mengurangi dosis tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.

Konsumsi sunitinib secara teratur pada waktu yang sama setiap harinya. Sunitinib dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Telan obat secara utuh dengan bantuan segelas air putih, jangan mengunyah atau menghancurkannya.

Jika lupa mengonsumsi sunitinib, segera konsumsi jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.

Pastikan untuk melakukan kontrol sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh dokter. Selama menjalani pengobatan dengan sunitinib, Anda mungkin akan diminta untuk melakukan pemeriksaan mulut dan gigi secara rutin, guna mencegah terjadinya masalah pada tulang rahang, seperti osteonecrosis.

Hindari makan atau minum jus grapefruit selama mengonsumsi sunitinib, karena bisa meningkatkan risiko terjadinya efek samping.

Simpan sunitinib di tempat kering, tertutup, dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Sunitinib dengan Obat Lain

Ada beberapa efek interaksi obat yang dapat terjadi bila sunitinib digunakan secara bersamaan dengan obat-obatan lain, yaitu:

  • Peningkatan kadar sunitinib dalam darah jika digunakan bersama ketoconazole, itraconazole, ritonavir, nelfinavir, eritromisin, atau fluvoxamine 
  • Penurunan kadar sunitinib dalam darah jika digunakan bersama carbamazepine, phenobarbital, atau rifampicin
  • Peningkatan risiko terjadinya agranulositosis jika digunakan bersama clozapine
  • Peningkatan risiko terjadinya gangguan irama jantung jika digunakan bersama amiodarone, dofetilide, dolasetron, klorokuin, pimozide, procainamide, atau quinidine
  • Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan bersama warfarin

Selain itu, jika sunitinib dikonsumsi bersama grapefruit, bisa terjadi peningkatan kadar dan efek sunitinib. Hal ini bisa meningkatkan risiko terjadinya efek samping.

Efek Samping dan Bahaya Sunitinib

Beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah mengonsumsi sunitinib adalah:

  • Gangguan pencernaan, yang ditandai dengan mual, muntah, sakit perut, diare, dan nafsu makan berkurang
  • Lelah atau lemas yang tidak biasa
  • Rambut rontok
  • Perubahan indera perasa
  • Kulit kering dan pecah-pecah
  • Kesemutan atau mati rasa di lengan dan kaki

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping di atas tidak kunjung mereda atau semakin parah. Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat yang bisa ditandai dengan gejala tertentu, seperti ruam yang gatal, mata dan bibir membengkak, atau kesulitan bernapas.

Selain itu, Anda juga harus segera ke dokter jika mengalami efek samping yang lebih serius, seperti:

  • Sakit kepala
  • Sariawan yang parah
  • Mudah memar atau terjadinya perdarahan
  • Bengkak pada tangan dan tungkai
  • Tinja berwarna hitam
  • Batuk berdarah atau muntah yang berwarna hitam
  • Gula darah rendah, yang bisa ditandai dengan lapar, gemetar, detak jantung cepat, dan berkeringat
  • Nyeri sendi
  • Perubahan suasana hati
  • Gangguan penglihatan
  • Nyeri rahang, gusi bengkak, atau gigi copot
  • Pusing hingga ingin pingsan
  • Kesulitan berbicara
  • Kejang 
  • Gagal jantung, yang bisa ditandai dengan sesak napas, bengkak di kaki, kelelahan, berat badan bertambah