Teratozoospermia adalah kondisi ketika sperma memiliki bentuk dan ukuran yang tidak normal. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab gangguan kesuburan pada pria.

Sperma normal memiliki kepala berbentuk oval, leher, dan ekor yang panjang. Bentuk sperma yang demikian dibutuhkan untuk mendukung pergerakan sperma menuju sel telur dan proses pembuahan.

Teratozoospermia

Pada teratozoospermia, ada satu atau lebih bagian yang cacat pada sperma. Hal ini dapat menurunkan kemampuan sperma untuk bergerak dan menembus permukaan sel telur. Itulah sebabnya penderita teratozoospermia lebih sulit untuk mendapatkan keturunan.

Penyebab Teratozoospermia

Teratozoospermia disebabkan oleh faktor genetik. Selain itu, kelainan bentuk dan ukuran sperma juga dapat disebabkan oleh tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh. Beberapa faktor yang berkontribusi dalam pembentukan radikal bebas ini adalah:

  • Kebiasaan merokok
  • Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
  • Stres psikologis yang berkelanjutan
  • Paparan suhu tinggi, terutama pada area kelamin, yang terus menerus
  • Paparan logam dan bahan kimia pembuat plastik, seperti phtalate
  • Paparan sinar UV, radiasi, dan polusi yang berlebihan
  • Cedera pada testis
  • Peradangan dan infeksi pada organ reproduksi, seperti orchitis
  • Varikokel atau pembengkakan pembuluh darah di sekitar testis
  • Diabetes atau obesitas
  • Penggunaan obat keras, seperti kemoterapi atau radioterapi

Gejala Teratozoospermia

Teratozoospermia umumnya tidak menunjukkan gejala atau tanda apa pun. Kondisi ini biasanya baru diketahui ketika penderita menjalani pemeriksaan karena sulit untuk mendapatkan keturunan. Beberapa penderita teratozoospermia juga memiliki varikokel.

Dari hasil pemeriksaan sperma, teratozoospermia dapat ditandai dengan kondisi berikut:

  • Cacat kepala, misalnya bentuk kepala lebih besar atau lebih kecil dari normal, kepala tidak berbentuk oval, atau kepala meruncing
  • Cacat leher, misalnya leher bengkok, tidak simetris, atau tipis
  • Cacat ekor, misalnya ekor pendek, bengkok, melingkar, atau ganda

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami kondisi berikut:

  • Tidak kunjung hamil setelah rutin berhubungan seks selama 1 tahun tanpa menggunakan kondom
  • Timbul rasa nyeri dan tidak nyaman, atau adanya benjolan maupun bengkak di area testis (varikokel)
  • Mengalami masalah ereksi atau ejakulasi, rendahnya gairah seks, atau gejala lain disfungsi seksual
  • Pernah mengalami gangguan pada testis atau prostat
  • Pernah menjalani operasi pada selangkangan, testis, penis, atau skrotum

Diagnosis Teratozoospermia

Untuk mendiagnosis teratozoospermia, dokter akan terlebih dahulu bertanya terkait:

  • Keluhan
  • Aktivitas seksual
  • Riwayat kesehatan dan paparan terhadap tembakau, alkohol, suhu tinggi, bahan kimia, atau radiasi
  • Penggunaan obat tertentu
  • Penyakit yang menurun pada keluarga

Setelah itu, dokter akan melakukan analisis sperma untuk melihat kelainan pada sperma. Teratozoospermia dapat didiagnosis jika jumlah sperma dengan bentuk normal kurang dari 4%.

Selain bentuknya, beberapa hal berikut juga diuji untuk melihat kualitas sperma:

  • Jumlah sperma
  • Volume
  • Pergerakan sperma

Pengobatan Teratozoospermia

Pengobatan teratozoospermia adalah dengan menangani penyebabnya. Beberapa hal yang akan disarankan dokter yaitu:

  • Mengonsumsi makanan yang kaya akan antioksidan dan dapat membantu meningkatkan kesehatan sperma
  • Mengonsumsi suplemen vitamin C dan vitamin E sebagai sumber antioksidan untuk melawan efek negatif radikal bebas pada tubuh
  • Mengonsumsi suplemen zinc yang dapat meningkatkan kualitas sperma
  • Berolahraga secara rutin untuk meningkatkan kadar antioksidan yang dapat membantu melindungi sperma dari kerusakan
  • Menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan atau obesitas
  • Mengonsumsi obat penurun gula darah jika menderita diabetes
  • Mengurangi paparan suhu tinggi pada area kelamin
  • Menjalani operasi jika mengalami varikokel

Selain itu, untuk mengatasi masalah infertilitas atau kemandulan, beberapa program hamil (teknologi reproduksi berbantu) sudah tersedia untuk membantu pria dengan teratozoospermia. Salah satu contohnya adalah injeksi sperma intrasitoplasma.

Pada teknik ini, setiap sel telur disuntik dengan satu sperma menggunakan jarum khusus. Telur yang telah dibuahi akan berkembang menjadi embrio. Setelah itu, embrio tersebut akan dipindahkan ke dalam rahim.

Komplikasi Teratozoospermia

Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat teratozoospermia adalah:

  • Sulit mendapatkan keturunan
  • Stres dan depresi karena sulit memiliki anak
  • Perlu menjalani teknologi reproduksi berbantu yang mahal dan rumit

Pencegahan Teratozoospermia

Risiko terjadinya teratozoospermia dapat diminimalkan melalui penerapan gaya hidup sehat. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah:

  • Menjaga berat badan yang ideal
  • Tidak merokok, mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, atau menggunakan narkoba
  • Berolahraga secara rutin
  • Mengonsumsi buah dan sayur untuk mendapatkan banyak nutrisi dan antioksidan
  • Mengelola stres yang dapat menurunkan fungsi seksual dan mengganggu hormon yang dibutuhkan untuk produksi sperma
  • Berhati-hati terhadap paparan pestisida, timbal, dan bahan kimia
  • Memakai pakaian dalam yang longgar
  • Menjauhkan testis dari paparan benda panas, misalnya dengan tidak memangku laptop saat bekerja