Trimethoprim adalah obat antibiotik untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri, seperti infeksi saluran kemih dan infeksi telinga tengah (otitis media). Untuk meningkatkan efektivitasnya, penggunaan trimethoprim biasanya dikombinasikan dengan sulfamethoxazole.

Trimethoprim bekerja dengan cara mengganggu proses pembentukan asam dihidrofolat. Asam dihidrofolat merupakan salah satu zat yang diperlukan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Tanpa asam dihidrofolat, pertumbuhan bakteri akan terhambat.

Young asian business woman with stomachache in office

Perlu diketahui, trimethoprim tidak dapat digunakan untuk mengatasi infeksi akibat virus, seperti flu. Obat ini juga hanya bisa didapatkan atas rekomendasi dokter.

Merek dagang trimethoprim: Bactoprim, Cotrimoxazole, Erphatrim, Etamoxul, Fatibact, Miratrim, Moxalas, Mesaprim, Novatrim, Primavon, Sanprima, Zultrop, Zultrop Forte

Apa Itu Trimethoprim

Golongan Obat resep
Kategori Antibiotik
Manfaat Mengatasi infeksi saluran kemih dan otitis media
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Trimethoprim untuk ibu hamil dan menyusui Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil.
Obat ini hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Trimethoprim dapat terserap ke dalam ASI. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi dahulu dengan dokter.
Bentuk obat Kaplet, tablet, dan suspensi

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Trimethoprim

Trimethoprim hanya boleh digunakan sesuai resep dokter. Berikut adalah beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum mengonsumsi trimethoprim:

  • Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Trimethoprim tidak boleh dikonsumsi oleh orang yang alergi terhadap obat ini.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit ginjal, penyakit hati, kelainan darah (seperti anemia akibat kekurangan asam folat, trombositopenia, pofiria), defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD), gangguan elektrolit, atau diabetes.
  • Hindari paparan sinar matahari secara langsung dalam jangka waktu lama, karena trimethoprim dapat menyebabkan kulit menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari. Gunakan pakaian yang menutup seluruh tubuh, kacamata, dan tabir surya saat beraktivitas di luar ruangan pada siang hari.
  • Beri tahu dokter jika Anda ingin melakukan imunisasi atau vaksinasi dengan vaksin hidup, seperti vaksin tifoid, selama mengonsumsi trimethoprim. Hal ini karena trimethoprim bisa mengurangi efektivitas vaksin.
  • Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan trimethoprim pada lansia, karena lansia lebih berisiko mengalami efek samping obat ini.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, mungkin hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan. Gunakan alat kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan selama mengonsumsi trimethoprim.
  • Informasikan kepada dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal, untuk mengantisipasi terjadinya interaksi obat.
  • Beri tahu dokter bahwa Anda sedang menjalani pengobatan dengan trimethoprim sebelum menjalani operasi.
  • Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau efek samping yang serius setelah mengonsumsi trimethoprim.

Dosis dan Aturan Pakai Trimethoprim

Dosis dan aturan pakai trimethoprim berbeda-beda pada tiap pasien. Dokter akan memberikan dosis dan menentukan lama pengobatan sesuai kondisi dan usia pasien. Berikut adalah penjelasannya:

Tujuan: Mengatasi infeksi saluran kemih

  • Dewasa dan anak usia >12 tahun: 100 mg, 2 kali sehari atau 200 mg 1 kali sehari. Durasi pengobatan selama 10 hari.
  • Anak usia 6 minggu–5 bulan: 25 mg per hari. Lama pengobatan 10 hari.
  • Anak usia 6 bulan–5 tahun: 50 mg, 2 kali sehari. Durasi pengobatan 10 hari.
  • Anak usia 6–12 tahun: 100 mg, 2 kali sehari. Lama pengobatan 10 hari.

Tujuan: Mencegah kambuhnya infeksi saluran kemih yang berulang

  • Dewasa: 100 mg, 1 kali sehari yang dikonsumsi pada malam hari.
  • Anak usia 6 bulan–5 tahun: 25 mg, 1 kali sehari yang diminum pada malam hari.
  • Anak usia 6–12 tahun: 50 mg, 1 kali sehari yang dikonsumsi pada malam hari.

Tujuan: Mengatasi otitis media akut

  • Anak usia ≥6 bulan: 10 mg/kgBB per hari yang terbagi dalam 2 jadwal konsumsi, selama 10 hari.

Cara Mengonsumsi Trimethoprim dengan Benar

Pastikan untuk mengikuti anjuran dokter dan membaca petunjuk pada kemasan obat sebelum mengonsumsi trimethoprim. Jangan menambahkan atau mengurangi dosis, serta jangan menggunakan obat melebihi waktu yang dianjurkan.

Trimethoprim tablet dan kaplet dapat diminum sesudah makan. Telan obat dengan bantuan air putih. Jangan mengunyah atau menghancurkan obat.

Sebelum meminum trimethoprim jenis suspensi, kocok obat terlebih dahulu agar tercampur sempurna. Gunakan sendok takar yang tersedia dalam kemasan obat agar dosisnya sesuai.

Konsumsilah trimethoprim secara teratur pada waktu yang sama setiap harinya. Jika lupa mengonsumsinya, segera minum begitu teringat. Namun, bila jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis selanjutnya.

Pastikan untuk menghabiskan trimethoprim yang diberikan dokter. Jangan berhenti menggunakan trimethoprim sebelum obat habis meski gejala yang dirasakan sudah mereda. Tindakan ini dapat menyebabkan bakteri kebal terhadap trimethoprim dan makin sulit untuk diobati.

Lakukan kontrol sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh dokter sehingga kondisi dan respons terapi dapat terpantau. Jika menggunakan trimethoprim dalam jangka panjang, Anda mungkin akan diminta untuk menjalani tes darah, tes fungsi hati atau ginjal, dan kadar elektrolit secara rutin.

Simpan trimethoprim di tempat bersuhu ruangan dalam wadah tertutup dan tidak terpapar sinar matahari secara langsung. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Trimethoprim dengan Obat Lain

Ada beberapa efek interaksi obat yang dapat terjadi bila trimethoprim digunakan secara bersamaan dengan obat-obatan lain, yaitu:

  • Peningkatan risiko terjadinya hiperkalemia jika digunakan dengan obat diuretik hemat kalium (seperti amiloride, spironolactone, atau eplerenone), suplemen kalium, angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor (seperti captopril)
  • Peningkatan risiko terjadinya kekurangan asam folat jika digunakan dengan obat antagonis asam folat, pyrimethamine, atau obat antikonvulsan
  • Peningkatan risiko terjadinya gangguan fungsi sumsum tulang belakang yang mengakibatkan rendahnya jumlah sel darah jika digunakan bersama methotrexate
  • Peningkatan risiko terjadinya trombositopenia dan memar yang besar jika digunakan dengan obat diuretik, terutama thiazide
  • Peningkatan risiko terjadinya kerusakan ginjal jika digunakan dengan ciclosporin
  • Peningkatan risiko terjadinya hipoglikemia jika digunakan dengan repaglinide
  • Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan bersama warfarin
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping dari lamivudine, phenytoin, digoxin, atau zidovudine
  • Penurunan kadar trimethoprim dalam darah jika digunakan dengan rifampicin

Untuk mencegah terjadinya interaksi di atas, selalu konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi trimethoprim bersama dengan obat lain.

Efek Samping dan Bahaya Trimethoprim

Beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah menggunakan trimethoprim adalah:

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping di atas tidak kunjung mereda atau malah memburuk. Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat yang bisa ditandai gejala tertentu, seperti ruam gatal, bengkak di mata dan bibir, atau sulit bernapas.

Anda juga harus segera ke dokter jika mengalami efek samping yang lebih serius, seperti:

  • Infeksi baru, yang dapat ditandai dengan sakit tenggorokan yang tidak kunjung sembuh atau demam
  • Mudah memar atau terjadi perdarahan yang tidak wajar
  • Kulit pucat
  • Kelelahan yang tidak biasa
  • Perubahan suasana hati
  • Gangguan hati, yang dapat ditandai dengan nyeri perut, urine berwarna gelap, atau kulit dan mata menguning (penyakit kuning)
  • Leher kaku
  • Sakit kepala berat
  • Lemah otot
  • Kantuk
  • Hipoglikemia, yang bisa ditandai dengan berkeringat tiba-tiba, gemetar, detak jantung terasa cepat, sering lapar, penglihatan kabur, pusing, atau kesemutan
  • Kejang