Komponen penyusun darah terdiri dari plasma, sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah. Empat komponen penyusun darah ini memiliki fungsi masing-masing untuk membuat seluruh tubuh bekerja dengan baik.

Darah mengalir dalam sistem peredaran darah. Sel-sel penyusun darah dibentuk dari protein di sumsum tulang belakang. Empat komponen penyusun darah bekerja sama untuk menjalankan fungsi, mulai dari mengangkut dan mengantarkan oksigen, membantu proses penyembuhan luka, hingga melindungi tubuh dari infeksi.

4 Komponen Penyusun Darah, Fungsi, dan Kelainannya - Alodokter

Jika salah satu dari komponen penyusun darah tersebut mengalami gangguan, fungsi tersebut dapat terganggu dan memunculkan masalah kesehatan.

Komponen penyusun darah dan fungsinya

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ada 4 komponen penyusun darah, yaitu plasma, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Jika diuraikan lebih lanjut, berikut ini adalah fungsi dari masing-masing komponen penyusun darah tersebut:

1. Plasma

Plasma adalah bagian paling cair dalam komponen penyusun darah. Komponen ini berupa cairan kekuningan yang menyumbang 55% dari volume darah. Plasma mengandung beberapa komponen penting, seperti air, garam, enzim, albumin, dan fibrinogen.

Fungsi utama plasma adalah untuk mengangkut dan mengalirkan nutrisi, hormon, dan protein ke sel dan jaringan tubuh yang membutuhkan. Plasma juga berperan untuk membuang sisa metabolisme dari tubuh.

Selain itu plasma juga berperan dalam:

  • Menjaga tekanan darah
  • Mengatur suhu tubuh dengan menyerap dan melepaskan panas
  • Mengangkut limbah dari sel dan membawanya ke hati, paru-paru, dan ginjal untuk kemudian dibuang
  • Membantu keping darah dalam proses pembekuan darah
  • Membantu sel darah putih untuk melindungi tubuh dari infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasit

2. Sel darah merah

Sel darah merah atau eritrosit adalah komponen penyusun darah terbesar kedua setelah plasma. Sel darah merah menyumbang 45% dari volume darah. Sel darah merah tidak punya inti sel sehingga memudahkan pergerakan dan perubahan bentuk saat mengalir dalam pembuluh darah.

Sel darah merah memiliki diameter sekitar 6µm dan jumlah normalnya pada orang dewasa sesuai dengan jenis kelamin, yaitu:

  • Pria :           5 – 5.9 juta sel/mcL
  • Wanita: 1 – 5.1 juta sel/mcL

Di dalam sel darah merah terdapat hemoglobin, yaitu protein yang bertugas untuk mengikat oksigen untuk selanjutnya dialirkan ke seluruh tubuh.

Selain itu, sel darah merah juga berfungsi mengangkut karbon dioksida dan sisa metabolisme lain untuk dikeluarkan dari tubuh. Sel darah merah punya masa hidup sekitar 120 hari dan selanjutnya akan dipecah di hati dan limpa.

3. Sel darah putih

Berbeda dengan komponen penyusun darah sebelumnya, sel darah putih (leukosit) hanya berjumlah kurang 1% dari volume darah. Komponen penyusun darah satu ini berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh, termasuk untuk melindungi tubuh dari infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasit. Adapun jumlah normal leukosit pada orang dewasa adalah 4.500–11.000 sel/mcL.

Tidak hanya itu, sel darah putih juga bertugas melindungi tubuh dari pertumbuhan sel-sel kanker yang memiliki sifat merusak. Sel darah putih terdiri dari 5 jenis yang memiliki fungsi tersendiri, yaitu:

  • Neutrofil, yakni jenis sel darah putih dengan jumlah paling banyak, yaitu sekitar 55–70% yang berfungsi untuk membunuh kuman secara langsung.
  • Limfosit yang terdiri dari sel T dan sel B, yaitu sel darah putih yang akan membentuk antibodi untuk melawan kuman, seperti bakteri, virus, atau zat lain, yang berpotensi merusak sel dan jaringan tubuh.
  • Basofil, yaitu sel darah putih yang berperan dalam reaksi alergi.
  • Eosinofil, yaitu sel darah putih yang bertugas untuk membasmi parasit, sel-sel kanker, dan ikut berperan dalam reaksi alergi.
  • Monosit, yaitu sel darah putih yang bertugas untuk membersihkan sel-sel yang rusak.

4. Keping darah

Keping darah (trombosit) dikenal juga dengan nama platelet merupakan komponen penyusun darah yang jumlahnya kurang dari 1% dari volume darah. Jumlah normalnya di dalam tubuh adalah sekitar 150.000–450.000/mcL.

Komponen penyusun darah ini memiliki fungsi untuk membentuk bekuan darah pada saat terjadinya pendarahan. Bekuan darah ini dapat menutup pembuluh darah yang rusak sehingga tubuh tidak kehilangan banyak darah.

Kelainan pada Komponen Darah

Pada kondisi tertentu, komponen penyusun darah bisa mengalami kelainan baik dalam segi bentuk, jumlah, dan fungsinya. Kelainan pada komponen darah dapat menyebabkan terganggunya fungsi darah dan menyebabkan penyakit tertentu, seperti berikut:

  • Anemia, merupakan kondisi saat jumlah sel darah merah dan hemoglobin rendah. Hal ini selanjutnya akan menyebabkan tubuh kekurangan asupan oksigen dan menyebabkan munculnya gejala tertentu, seperti lelah, lemas, letih, lesu, dan tidak bertenaga.
  • Polisitemia vera, merupakan kondisi saat jumlah sel darah terlalu banyak sehingga sel-sel darah tersebut tidak bisa berfungsi dengan normal dan akhirnya justru membuatnya lebih kental. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya sumbatan pada pembuluh darah. Akibatnya, risiko terjadinya stroke dan serangan jantung juga meningkat.
  • Leukopenia, merupakan kondisi saat jumlah sel darah putih kurang dari normal. Hal ini bisa menyebabkan tubuh tidak mampu melawan infeksi yang terjadi.
  • Leukositosis, merupakan kondisi saat jumlah sel darah putih lebih dari normal. Peningkatan ini bisa menjadi tanda terjadinya infeksi di dalam tubuh.
  • Trombositopenia, merupakan kondisi saat jumlah trombosit dalam darah kurang dari normal. Salah satu pemicunya adalah demam berdarah dengue.
  • Trombositosis, merupakan kondisi saat jumlah trombosit dalam darah sangat tinggi. Hal ini dapat meningkatkan risiko terbentuknya bekuan darah yang berisiko menyebabkan stroke dan serangan jantung

Selain itu, beberapa jenis kanker juga bisa membuat gangguan pada komponen penyusun darah, misalnya limfoma, yaitu kanker yang menyerang kelenjar getah bening termasuk sel darah putih, serta leukimia, yaitu kanker sel darah putih.

Demikian penjelasan mengenai komponen penyusun sel darah. Gangguan pada setiap komponen bisa menyebabkan beragam gejala yang memerlukan pemeriksaan dan penanganan oleh dokter.