Bell’s palsy adalah kelumpuhan yang terjadi secara tiba-tiba pada salah satu sisi otot wajah, sehingga menyebabkan salah satu bagian wajah tampak melorot. Kondisi ini muncul akibat gangguan pada saraf yang mengendalikan otot-otot wajah, termasuk otot untuk tersenyum, mengedipkan mata, atau mengernyitkan dahi.
Bell’s palsy bisa terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, kondisi ini paling sering terjadi pada ibu hamil, penderita diabetes, dan penderita infeksi saluran pernapasan atas, seperti flu. Bell’s palsy umumnya tidak permanen dan kebanyakan penderitanya dapat pulih sepenuhnya dalam beberapa bulan.

Banyak orang mengira Bell’s palsy sama dengan stroke karena sama-sama menyebabkan kelumpuhan. Namun, Bell’s palsy hanya memengaruhi otot wajah, sedangkan stroke disertai kelumpuhan pada bagian tubuh lain.
Perlu diketahui bahwa Bell’s palsy juga berbeda dengan sindrom Ramsay-Hunt. Sindrom ini merupakan komplikasi dari herpes zoster yang menyerang saraf wajah.
Penyebab Bell’s Palsy
Penyebab pasti Bell’s palsy hingga saat ini masih diteliti lebih lanjut. Namun, kondisi ini diduga kuat terjadi akibat peradangan atau pembengkakan pada saraf wajah sehingga sinyal dari otak ke otot wajah terganggu. Akibatnya, otot wajah menjadi lemah atau lumpuh pada satu sisi.
Peradangan saraf wajah tersebut dipicu oleh infeksi virus tertentu. Beberapa virus yang sering dikaitkan dengan Bell’s palsy antara lain:
- Virus herpes simplex, penyebab herpes di mulut dan bibir
- Virus varicella zoster, penyebab cacar air dan cacar ular (herpes zoster)
- Virus influenza, penyebab flu
- Virus Epstein-Barr, penyebab mononukleosis
- Cytomegalovirus (CMV), yang dapat menyerang berbagai organ tubuh
- Virus pernapasan lain yang bisa memicu peradangan saraf
Faktor Risiko Bell’s Palsy
Terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami Bell’s palsy, antara lain:
- Berusia 15–60 tahun
- Memiliki riwayat keluarga dengan Bell’s palsy
- Sedang hamil, terutama pada trimester ketiga
- Mengalami infeksi saluran pernapasan, seperti flu
- Menderita diabetes
- Mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi
Gejala Bell’s Palsy
Berikut adalah gejala yang bisa dialami penderita Bell’s palsy:
- Kelumpuhan atau kelemahan tiba-tiba di satu sisi wajah
- Wajah tampak melorot dan sulit tersenyum secara simetris
- Mata pada sisi yang terdampak sulit menutup atau berkedip, atau menjadi lebih sering berair
- Wajah dan bibir kedutan atau kesemutan
- Mengiler tanpa disadari, terutama pada sudut mulut
- Gangguan mengecap karena indra perasa ikut terpengaruh
Jika Anda mengalami kelumpuhan wajah secara tiba-tiba, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Gunakan layanan Chat Bersama Dokter untuk mendapatkan saran medis yang cepat dan tepat.
Kapan harus ke dokter
Segera periksakan diri ke dokter bila kelumpuhan wajah disertai dengan:
- Kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan
- Lumpuh atau lemah pada lengan dan tungkai
- Hilang keseimbangan atau pusing berat
- Gangguan penglihatan, seperti pandangan ganda atau kabur
- Nyeri kepala hebat yang muncul tiba-tiba
Keluhan di atas bisa menjadi tanda stroke atau kondisi saraf lain yang lebih serius sehingga perlu segera ditangani. Jangan menunda untuk memeriksakan diri ke dokter, jika Anda mengalami gejala di atas.
Agar lebih praktis, gunakan booking dokter online agar lebih mudah memilih dokter. Dengan fitur ini, Anda dapat memilih jadwal sesuai kebutuhan dan berkonsultasi langsung dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Diagnosis Bell’s Palsy
Diagnosis Bell’s palsy biasanya dimulai dengan tanya jawab mengenai kondisi pasien. Dokter akan menanyakan kepada pasien tentang:
- Gejala yang muncul, termasuk waktu awal keluhan
- Riwayat penyakit sebelumnya, seperti diabetes atau hipertensi
- Riwayat infeksi saluran pernapasan atau infeksi virus
- Riwayat keluarga dengan kelumpuhan wajah
Setelah sesi tanya jawab, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada wajah untuk menilai kemampuan otot, misalnya mengangkat alis, menutup mata, atau tersenyum. Pemeriksaan tambahan mungkin diperlukan jika ditemukan tanda kelumpuhan berat atau dicurigai penyebab lain, misalnya:
- Pemeriksaan darah, untuk mengetahui adanya infeksi atau penyakit penyerta
- Elektromiografi (EMG), untuk menilai aktivitas listrik otot wajah dan tingkat kerusakan saraf
- CT scan atau MRI, dilakukan bila dicurigai adanya tumor, stroke, atau kelainan pada struktur otak dan saraf
Pengobatan Bell’s Palsy
Sebagian besar kasus Bell’s palsy bisa pulih dengan sendirinya dalam beberapa minggu hingga bulan. Namun, pengobatan tetap diperlukan untuk mempercepat pemulihan dan mencegah komplikasi. Pengobatan Bell’s palsy biasanya meliputi:
- Obat kortikosteroid, seperti methylprednisolone dalam Cormetison, untuk mengurangi peradangan pada saraf wajah
- Obat antivirus, misalnya acyclovir dalam Acivar, diberikan bila Bell’s palsy diduga terkait infeksi virus
- Obat pereda nyeri, seperti paracetamol dalam Sanmol atau ibuprofen dalam Bufect, untuk meredakan nyeri di sekitar telinga atau wajah
- Tetes atau salep mata, misalnya hydroxypropyl methylcellulose dalam Braito Tears, untuk membantu melindungi mata yang sulit menutup agar tidak kering atau iritasi
- Fisioterapi, berupa latihan otot wajah agar otot tidak kaku dan fungsi wajah cepat kembali
- Operasi dekompresi saraf, hanya dilakukan bila kondisi sangat berat dan tidak membaik dengan terapi lain
Selain itu, pasien dianjurkan menutup mata dengan kacamata atau kain saat tidur agar mata tidak kering, serta rutin melakukan latihan wajah sederhana di rumah.
Komplikasi Bell’s Palsy
Sebagian besar penderita Bell’s palsy dapat pulih sepenuhnya dalam beberapa minggu hingga bulan. Namun, pada sebagian kasus, terutama jika kelumpuhan cukup berat atau penanganan terlambat, kondisi ini bisa menimbulkan komplikasi, seperti:
- Kelemahan otot wajah yang menetap
- Perubahan bentuk wajah permanen akibat otot yang tidak memulih sempurna
- Mata kering kronis yang dapat menyebabkan iritasi atau luka pada kornea
- Air mata keluar saat makan atau berbicara
- Gerakan otot wajah yang tidak terkoordinasi, misalnya saat tersenyum, mata tiba-tiba bergerak atau menutup
Pencegahan Bell’s Palsy
Hingga kini, belum ada cara khusus untuk mencegah Bell’s palsy karena penyebab pastinya masih diteliti. Namun, menjaga kesehatan tubuh secara umum dapat membantu menurunkan risiko terjadinya gangguan saraf wajah ini.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
- Menjaga daya tahan tubuh dengan pola makan bergizi seimbang
- Berolahraga secara teratur untuk meningkatkan sirkulasi darah dan kebugaran
- Mengelola stres dengan baik melalui relaksasi, tidur cukup, atau aktivitas yang menyenangkan
- Mengontrol penyakit yang dapat meningkatkan risiko, seperti diabetes dan hipertensi
- Menghindari kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebihan