Gejala HIV pada wanita umumnya tidak jauh berbeda dengan gejala HIV pada pria. Namun, ada beberapa gejala HIV yang memang hanya ditemukan pada pasien wanita, misalnya gangguan menstruasi, keputihan, atau luka di organ intim yang sering kambuh dan sukar disembuhkan.

Menurut data UNAIDS tahun 2020, terdapat sekitar 190.000 kasus HIV pada wanita di Indonesia. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita terinfeksi HIV, misalnya melakukan hubungan seks tanpa kondom dan memiliki lebih dari satu pasangan seksual.

Gejala HIV pada Wanita yang Tidak Boleh Diabaikan - Alodokter

HIV pada wanita bisa menular ke pasangan seksualnya, janin di dalam kandungannya, dan bayi yang disusuinya. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui apa saja gejala HIV pada wanita agar penyakit ini bisa terdeteksi dan ditangani dengan tepat, sehingga risiko penularan pun dapat ditekan.

Beberapa Gejala HIV pada Wanita

Gejala HIV pada setiap wanita tidak selalu sama, tergantung kondisi tubuh dan tahapan infeksinya.

Gejala dan tanda HIV tahap awal biasanya muncul 2–6 minggu setelah terinfeksi. Pada tahap ini, wanita yang terinfeksi HIV mungkin belum menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi karena gejala awal yang muncul serupa dengan gejala penyakit flu.

Tahap awal ini dikenal juga dengan istilah window period. Jika seorang wanita masih berada pada masa window period atau masa inkubasi, maka hasil tes HIV yang dilakukan kemungkinan besar negatif, walau sebetulnya virus HIV sudah berada di dalam darah dan dapat menular.

Gejala HIV pada wanita biasanya baru akan muncul ketika infeksi HIV memasuki tahap lanjut. Dari masuknya virus ke dalam tubuh hingga menyebabkan gejala bisa memakan waktu hingga 10 tahun.

Berikut ini adalah gejala HIV pada wanita yang tidak boleh diabaikan:

1. Infeksi vagina berulang

Infeksi vagina sebagai gejala atau ciri-ciri HIV pada wanita umumnya disebabkan oleh kandidiasis vagina. Meski dapat dialami oleh semua wanita, infeksi vagina pada wanita yang terinfeksi HIV biasanya akan lebih sering kambuh dan sulit diobati. Ini merupakan tanda bahwa sistem kekebalan tubuh mulai melemah.

Infeksi vagina dapat menimbulkan beberapa gejala berikut:

  • Keputihan dengan tekstur tebal berwarna putih
  • Gatal dan muncul ruam di vagina
  • Sensasi perih di area vagina
  • Nyeri saat buang air kecil dan berhubungan seks

2. Nyeri di panggul atau perut bagian bawah

Gejala HIV pada wanita lainnya adalah muncul rasa nyeri di bagian bawah perut atau panggul (radang panggul). Kondisi ini disebabkan oleh infeksi pada rahim, indung telur, atau tuba fallopi.

Seperti halnya infeksi jamur vagina, keluhan radang panggul pada penderita HIV biasanya lebih sulit diobati dan lebih sering kambuh.

Selain rasa sakit di bagian bawah perut, gejala radang panggul lain yang perlu diperhatikan adalah keputihan yang berbau tidak sedap, gangguan menstruasi, demam, dan nyeri ketika berhubungan seks atau buang air kecil.

3. Gangguan menstruasi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan menstruasi banyak terjadi pada wanita yang terinfeksi HIV, khususnya ketika infeksi HIV sudah memasuki tahap lanjut.

Gangguan menstruasi bisa berupa siklus haid tidak teratur, darah haid menjadi lebih banyak atau lebih sedikit, dan munculnya keluhan PMS yang lebih berat dari sebelumnya. Namun, gangguan menstruasi baru patut dicurigai apabila kemunculannya disertai beberapa gejala HIV lainnya.

4. Sering sakit atau terkena infeksi

Virus HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh dapat membuat penderitanya sering sakit atau rentan infeksi. Ketika terserang infeksi, penderita HIV bisa mengalami beberapa gejala berikut ini:

Kemunculan gejala HIV pada wanita di atas, terlebih jika berlangsung cukup lama atau sangat sering kambuh, kemungkinan menandakan bahwa infeksi HIV sudah berkembang menjadi AIDS.

Saat daya tahan tubuh melemah, beberapa penyakit infeksi lain, seperti pneumonia, tuberkulosis (TB), toksoplasmosis, dan meningitis (infeksi selaput otak), akan sangat rentan terjadi. Selain itu, orang yang menderita HIV, baik pria maupun wanita, juga akan rentan terkena kanker, seperti limfoma dan sarkoma Kaposi.

Waktu yang Tepat untuk Memeriksakan Diri ke Dokter

Wanita dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan dan tes HIV ke dokter apabila berisiko tinggi terkena infeksi HIV, misalnya melakukan seks bebas tanpa kondom, menggunakan narkoba suntik dengan jarum yang dipakai bersama orang lain, atau memiliki pasangan seksual yang menderita HIV.

Anda tidak perlu takut atau malu untuk berkonsultasi dengan dokter jika merasa berisiko atau sudah terinfeksi HIV. Saat ini, ada program khusus untuk konseling dan pengobatan HIV yang dikenal dengan VCT (Voluntary Counselling and Testing).

VCT dilakukan oleh tim dokter, konselor, dan ahli medis lain yang akan membantu Anda untuk mendapatkan informasi dan penanganan tentang HIV secara komprehensif. Kerahasiaan dalam konseling dan pengobatan HIV adalah salah satu tujuan utama dari program VCT.

Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS. Namun, dengan pengobatan antiretroviral seumur hidup, orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap bisa menjalani hidup normal.

Oleh karena itu, penting untuk menjalani pemeriksaan kesehatan ke dokter, terutama bila merasakan gejala HIV pada wanita, guna mendeteksi dini HIV dan mendapatkan pengobatan HIV seawal mungkin. Dengan demikian, risiko terjadinya AIDS dan komplikasi lain yang berbahaya akibat infeksi HIV pun dapat dikurangi.