Pengobatan utama untuk HIV adalah penggunaan obat antiretroviral (ARV). Obat ini bekerja dengan menekan jumlah virus HIV dalam tubuh sehingga sistem kekebalan tidak makin melemah. Dengan jumlah virus rendah, daya tahan tubuh pasien dapat terjaga, dan risiko timbulnya gejala maupun komplikasi juga menurun.
Selain memperkuat daya tahan tubuh, terapi ARV juga dapat memperpanjang harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Itulah sebabnya, obat ini perlu dikonsumsi secara rutin dan seumur hidup, sesuai petunjuk dokter.
Jenis Obat ARV untuk HIV
Obat antiretroviral bekerja dengan menghambat kemampuan virus untuk berkembang biak serta mencegah kerusakan pada sel CD4, yaitu bagian sel darah putih yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.
Berikut adalah beberapa jenis obat ARV yang umum digunakan untuk pengobatan HIV di Indonesia:
- Dolutegravir
- Etravirine
- Efavirenz
- Lamivudin, misalnya Heplav
- Nevirapine
- Zidovudin
- Emtricitabine-tenofovir
Selain ARV, terkadang dokter juga dapat memberikan obat antivirus tambahan, seperti lopinavir-ritonavir, untuk meningkatkan efektivitas terapi. Penggunaan kombinasi obat ini bertujuan agar virus lebih sulit berkembang dan meminimalkan risiko resistensi obat.
Selama menjalani terapi antivirus HIV, dokter akan memantau viral load dan sel CD4 untuk menilai respons pasien terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 biasanya dilakukan setiap 3–6 bulan, sedangkan pemeriksaan viral load dijalankan sejak awal pengobatan dan dilanjutkan tiap 3–4 bulan.
Pengobatan ARV umumnya dimulai segera begitu pasien didiagnosis HIV. Perlu diketahui bahwa menunda pengobatan dapat membuat virus terus merusak sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi berkembang menjadi AIDS.
Selain itu, pasien harus disiplin minum obat ARV sesuai jadwal yang ditetapkan dokter. Melewatkan jadwal konsumsi obat bisa membuat virus lebih cepat berkembang dan memperburuk kondisi kesehatan pasien.
Bila pasien lupa minum ARV, segera konsumsi obat ini begitu teringat dan tetap ikuti jadwal konsumsi berikutnya. Namun, jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera konsultasikan dengan dokter agar penanganan dapat disesuaikan.
Efek Samping ARV
Penggunaan ARV bisa menimbulkan efek samping, antara lain:
- Pusing
- Sakit kepala
- Mual dan muntah
- Diare
- Mulut kering
- Kadar kolesterol tinggi
- Mudah lelah
- Ruam kulit
- Sulit tidur
- Berat badan naik
Efek samping di atas biasanya bersifat sementara atau akan hilang ketika tubuh pasien sudah terbiasa dengan obat-obatan tersebut. Namun, efek samping berupa kolesterol tinggi yang berkepanjangan bisa berdampak pada kesehatan.
Jika timbul efek samping yang mengganggu atau parah, segera konsultasikan ke dokter agar pengobatan bisa disesuaikan. Untuk mendapatkan jawaban yang cepat dan tepat, konsultasi bisa dilakukan lewat Chat Bersama Dokter. Dokter akan memberikan saran pengobatan sesuai dengan kondisi Anda.