Hipersomnia adalah rasa kantuk yang berlebihan di siang hari meskipun telah tidur cukup pada malam sebelumnya. Hipersomnia bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala yang disebabkan oleh kondisi tertentu.

Waktu tidur yang ideal bagi orang dewasa adalah sekitar 7–9 jam setiap malamnya. Bila waktu tidurnya cukup dan kualitas tidurnya baik, seseorang akan merasa segar ketika bangun pagi dan bisa beraktivitas dengan baik di siang hari.

Hipersomnia - Alodokter

Pada penderita hipersomnia atau excessive daytime sleepiness (EDS), rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari masih muncul meski sudah tidur cukup pada malam harinya. Kantuk tersebut juga tidak membaik dengan tidur siang. Jika tidak ditangani, gangguan tidur ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti berkendara.

Walaupun menyebabkan rasa kantuk yang parah di siang hari, hipersomnia berbeda dengan narkolepsi. Narkolepsi adalah gangguan sistem saraf yang menyebabkan penderitanya tidur secara tiba-tiba tanpa bisa dicegah. Sementara itu, penderita hipersomnia masih bisa menahan rasa kantuk meski merasa sangat lelah.

Penyebab Hipersomnia

Berdasarkan penyebabnya, hipersomnia dapat dibagi menjadi dua jenis. Berikut ini adalah jenis hipersomnia dan penyebabnya:

Hipersomnia primer

Penyebab hipersomnia primer belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, kondisi ini diduga terjadi akibat mutasi (perubahan) genetik yang membuat produksi histamin di dalam otak berkurang.

Meski disebabkan oleh mutasi genetik, hipersomnia primer tidak menurun dari orang tua ke anaknya.

Hipersomnia sekunder

Hipersomnia sekunder terjadi akibat penyakit atau kondisi tertentu yang membuat seseorang kurang tidur atau kelelahan. Beberapa penyakit atau kondisi tersebut adalah:

Gejala Hipersomnia

Gejala utama hipersomnia adalah rasa kantuk dan lelah sepanjang hari meski telah tidur cukup pada malam hari sebelumnya. Keluhan lain yang dapat muncul akibat hipersomnia adalah:

  • Mudah marah, gelisah, dan tersinggung
  • Tidak nafsu makan
  • Sakit kepala
  • Sulit berkonsentrasi dan mengingat
  • Sulit berpikir dan berbicara cepat
  • Lelah ekstrem yang berlangsung secara terus-menerus
  • Kantuk yang tidak mereda walaupun telah tidur siang

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala yang telah disebutkan di atas. Anda juga dianjurkan untuk segera mencari pertolongan medis bila melihat keluhan tersebut pada keluarga. Pemeriksaan diperlukan karena gejala hipersomnia sering disalahartikan sebagai rasa malas.

Pemeriksaan lebih awal dapat membantu dokter menentukan penyebab gejala yang dialami. Dengan begitu, dokter dapat memberikan pengobatan yang sesuai.

Diagnosis Hipersomnia

Pertama-tama, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan, gejala yang dialami, dan jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi. Pasien juga akan diminta menulis buku harian tidur (sleep diary) selama beberapa minggu agar dokter dapat mengetahui pola tidur pasien.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan tes fisik dan pemeriksaan lanjutan, meliputi:

  • Epworth sleepiness scale, untuk mendiagnosis dan mengukur keparahan kondisi pasien dengan menggunakan kuesioner
  • Multiple sleep latency test, untuk mengukur lama waktu yang diperlukan pasien untuk mulai tertidur dan menilai fase tidurnya
  • Polisomnografi, untuk mendeteksi aktivitas listrik otak, gerakan mata, denyut jantung, kadar oksigen, dan fungsi pernapasan saat pasien tidur

Bila diperlukan, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui kondisi lain yang menyebabkan hipersomnia. Jenis pemeriksaan tersebut antara lain:

  • Tes darah, untuk memeriksa kadar hormon tiroid
  • Pemindaian dengan CT scan atau MRI, untuk memeriksa kelainan di otak
  • Elektroensefalografi (EEG), untuk mendeteksi epilesi dengan menempelkan elektroda di kulit kepala

Pengobatan Hipersomnia

Pengobatan hipersomnia tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Beberapa pilihan pengobatan yang dapat diberikan oleh dokter untuk mengatasi hipersomnia adalah:

  • Terapi perilaku kognitif, untuk mengurangi kecemasan karena tidak bisa tidur dengan cara mengontrol napas
  • Obat-obatan, seperti modafinil, armodafinil, flumazenil, atau sodium oxybate

Selain pengobatan di atas, dokter juga akan menyarankan pasien untuk mengubah dan mengatur pola tidur. Sebagai contoh, pasien akan diminta untuk tidur malam dan bangun tidur pada waktu yang sama setiap hari. Pasien juga akan diminta untuk tidak mengonsumsi minuman berkafein dekat dengan waktu sebelum tidur.

Komplikasi Hipersomnia

Hipersomnia yang tidak tertangani dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. Jika terjadi terus-menerus, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup penderitanya.

Akibatnya, penderita bisa tertidur saat bersekolah, bekerja, atau bahkan ketika berkendara. Jika hipersomnia sudah cukup parah, penderitanya dapat berisiko mengalami kecelakaan lalu lintas.

Pencegahan Hipersomnia

Hipersomnia bisa dicegah dengan menjalani pola hidup sehat yang teratur dan kebiasaan tidur yang baik (sleep hygiene). Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam sleep hygiene adalah:

  • Membuat jadwal tidur dan bangun tidur pada jam yang sama setiap harinya agar tubuh terbiasa dengan waktu tidur yang dibutuhkan
  • Tidak mengonsumsi minuman berkafein dan beralkohol pada sore dan malam hari
  • Membatasi waktu tidur siang
  • Menciptakan suasana tidur yang nyaman, misalnya membuat kamar tidur yang bersuhu sejuk, menggunakan aroma terapi, serta memilih bantal dan selimut yang nyaman
  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan rutin berolahraga agar dapat tidur lebih nyenyak
  • Menjaga berat badan agar selalu ideal, karena obesitas dapat menyebabkan sleep apnea sehingga mengganggu kualitas tidur
  • Tidak minum obat-obatan yang dapat menyebabkan kantuk pada siang hari
  • Tidak bekerja atau belajar hingga larut malam
  • Rutin berobat dan kontrol ke dokter jika menderita kondisi medis yang dapat menyebabkan hipersomnia, seperti depresi, penyakit tiroid, atau epilepsi