Ketoprofen adalah obat untuk meredakan nyeri pada berbagai kondisi, seperti cedera atau nyeri haid. Obat ini juga sering digunakan untuk mengatasi sakit, bengkak, dan kaku akibat radang sendi. Ketoprofen hanya boleh digunakan sesuai resep dokter.

Ketoprofen bekerja dengan menghambat enzim cyclooxygenase (COX), yang bertugas memproduksi prostaglandin. Prostaglandin adalah zat kimia yang terbentuk saat terjadi cedera. Zat ini menyebabkan rasa sakit dan peradangan. Oleh karena itu, berkurangnya jumlah prostaglandin dapat mengurangi nyeri dan radang.

Ketoprofen - alodokter

Merek dagang ketoprofen: Retrofen 100, Sanbeflam, Kenfetech, Kaltrofen, Ketoprofen, Pronalges, Rematof, Fetik, Ketoprofen Lysine, Profenid, Nazovel

Apa Itu Ketoprofen

Golongan Obat resep
Kategori Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
Manfaat Meredakan radang dan nyeri
Digunakan oleh Dewasa
Ketoprofen untuk ibu hamil dan menyusui Kategori C untuk masa kehamilan ≤30 minggu: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.Obat hanya boleh digunakan dalam dosis terendah dan jika dokter menilai besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Kategori D untuk masa kehamilan >30 minggu: Ada bukti bahwa kandungan obat berisiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar daripada risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam nyawa.

Belum diketahui ketoprofen dapat terserap ke dalam ASI atau tidak. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi dengan dokter.

Bentuk obat Tablet, kapsul lepas lambat, suppositoria, plester, gel, dan cairan suntik

Peringatan Sebelum Menggunakan Ketoprofen

Ketoprofen tidak boleh digunakan sembarangan. Sebelum menggunakan obat ini, Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

  • Jangan menggunakan ketoprofen jika Anda alergi terhadap obat ini atau OAINS lain, seperti aspirin, celecoxib, naproxen, atau ibuprofen.
  • Beri tahu dokter jika Anda menderita dehidrasi, asma, kelainan darah, penyakit liver, penyakit jantung, hipertensi, stroke, penyakit ginjal, polip hidung, penyakit asam lambung, perdarahan di saluran cerna, tukak lambung, atau bengkak pada tangan atau kaki.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal, untuk mengantisipasi interaksi obat.
  • Beri tahu dokter bahwa Anda sedang menggunakan ketoprofen jika Anda direncanakan untuk menjalani operasi, termasuk operasi gigi.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau sedang merencanakan kehamilan.
  • Hindari mengemudikan kendaraan atau melakukan aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan setelah menggunakan ketoprofen, karena obat ini dapat menyebabkan kantuk dan pusing.
  • Hindari paparan sinar matahari yang terlalu lama selama menjalani pengobatan dengan ketoprofen dan gunakan tabir surya jika beraktivitas di luar ruangan pada siang hari, karena obat ini dapat menyebabkan kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari.
  • Jangan mengonsumsi minuman beralkohol atau merokok selama menjalani pengobatan dengan ketoprofen karena bisa meningkatkan risiko terjadinya perdarahan saluran cerna.
  • Periksa tekanan darah secara teratur selama menggunakan ketoprofen, karena obat ini dapat meningkatkan tekanan darah. Konsultasikan dengan dokter jika tekanan darah Anda meningkat.
  • Jangan menggunakan NSAID lebih dari 10 hari, kecuali atas saran dari dokter.
  • Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius setelah menggunakan ketoprofen.

Dosis dan Aturan Pakai Ketoprofen

Di bawah ini adalah rincian dosis umum ketoprofen untuk orang dewasa berdasarkan kondisi yang ingin ditangani:

Kondisi: Radang pada persendian, seperti tendinitis, rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, osteoarthritis, bursitis; nyeri pada tulang atau otot, atau nyeri setelah operasi

  • Tablet biasa
    50 mg, 4 kali sehari; atau 75 mg, 3 kali sehari. Dosis maksimal 300 mg per hari.
  • Kapsul pelepasan lambat
    100–200 mg, 1 kali sehari. Dosis maksimal 200 mg per hari.
  • Suntikan
    Dosis dan aturan pakai akan ditentukan oleh dokter, sesuai dengan kondisi pasien.
  • Suppositoria
    100 mg 1–2 kali sehari. Dosis maksimal 200 mg per hari.

Kondisi: Dismenore ringan hingga sedang

  • Tablet biasa
    25–60 mg, 3–4 kali sehari, sesuai dengan kebutuhan.
  • Kapsul pelepasan lambat
    100–200 mg, 1 kali sehari.

Kondisi: Nyeri pada bagian tubuh tertentu

  • Gel 2,5%
    Dioleskan sebanyak 2–4 kali sehari, selama maksimal 7 hari. Dosis maksimal 15 gr per hari.
  • Plester obat 30 mg
    Tempelkan 1 plester ke area yang membutuhkan sebanyak 2 kali sehari.

Cara Menggunakan Ketoprofen dengan Benar

Ketoprofen yang disuntikkan hanya boleh diberikan oleh dokter atau petugas medis lain di bawah pengawasan dokter.

Ketoprofen sediaan lain dapat digunakan secara mandiri. Pastikan untuk membaca petunjuk pada kemasan obat dan mengikuti anjuran dokter dalam menggunakan ketoprofen.

Ketoprofen gel digunakan dengan cara dioleskan ke bagian yang sakit atau meradang, lalu dipijat hingga meresap. Sementara itu, ketoprofen dalam bentuk plester perlu ditempelkan ke bagian tubuh yang membutuhkan.

Ketoprofen tablet dan kapsul perlu dikonsumsi dengan segelas air. Untuk mencegah timbulnya sakit perut, konsumsi obat dengan makanan atau susu. Telan tablet atau kapsul ketoprofen dengan utuh.

Sementara itu, ketoprofen dalam bentuk suppositoria perlu dimasukkan ke dalam dubur. Bila hanya digunakan 1 kali sehari, gunakan saat malam sebelum tidur. Namun, bila Anda juga menggunakannya di siang hari, gunakan obat ini setelah Anda buang air besar.

Anda bisa memasukkan suppositoria dengan posisi berbaring di sisi kiri badan dan mengangkat lutut kanan ke dada. Masukkan bagian yang lebih lancip terlebih dahulu ke dalam anus. Setelah obat masuk, duduk atau berbaring selama 10–15 menit agar obat larut.

Jika keluhan tidak kunjung mereda dalam waktu 10 hari setelah penggunaan obat, hentikan penggunaan dan konsultasikan kondisi Anda ke dokter.

Simpan ketoprofen di tempat sejuk dan kering yang terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Ketoprofen dengan Obat Lain

Interaksi yang dapat terjadi jika ketoprofen digunakan bersama obat-obatan tertentu antara lain:

  • Penurunan efektivitas obat antihipertensi
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping ketoprofen jika digunakan dengan probenecid
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping obat lithium atau methotrexate
  • Peningkatan risiko terjadinya perdarahan pada saluran pencernaan jika digunakan bersama OAINS lain, kortikosteroid, antidepresan jenis SSRI, atau antikoagulan, seperti warfarin dan heparin
  • Peningkatan risiko terjadinya gagal jantung jika digunakan dengan obat glikosida jantung, seperti digoxin
  • Peningkatan risiko terjadinya hiperkalemia dan gagal ginjal jika digunakan dengan ACE inhibitor, diuretik, ciclosporin, tacrolimus, ARB, atau trimethoprim

Efek Samping dan Bahaya Ketoprofen

Efek samping yang mungkin timbul setelah menggunakan ketoprofen adalah:

  • Maag atau sakit perut
  • Konstipasi atau sebaliknya diare
  • Sakit kepala atau pusing seperti melayang
  • Kantuk
  • Kehilangan selera makan

Konsultasikan dengan dokter jika efek samping tersebut tidak kunjung membaik atau malah memburuk. Segera temui dokter jika muncul reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti:

  • Jantung berdebar
  • Telinga berdenging (tinnitus)
  • Perubahan suasana hati, kebingungan, atau depresi
  • Sakit kepala yang terus-menerus atau sakit kepala berat
  • Penglihatan buram
  • Pingsan
  • Gejala gagal jantung, yang ditandai dengan pergelangan kaki atau kaki yang bengkak, mudah sesak napas, peningkatan berat badan yang cepat, tubuh mudah memar atau berdarah.
  • Gejala gagal ginjal, yang ditandai dengan jarang buang air kecil atau urine yang keluar hanya sedikit
  • Gejala infeksi, yang ditandai dengan demam, menggigil, atau sakit tenggorokan
  • Gejala meningitis, seperti demam dan leher kaku tanpa sebab
  • Gejala kerusakan liver, seperti urine berwarna gelap, nyeri perut atau abdomen, mual dan muntah terus-menerus, atau mata dan kulit berwarna kekuningan (penyakit kuning)