Kelainan bentuk penis tidak selalu berupa penis yang bengkok saat ereksi. Namun, kondisi ini dapat diartikan ketika bentuk penis tidak normal, sehingga menyebabkan fungsi penis untuk buang air kecil atau berhubungan seksual menjadi terganggu.

Setiap pria memiliki bentuk penis yang berbeda. Saat ereksi, lazimnya bentuk penis normal terlihat tegak lurus. Namun, bentuk penis sedikit bengkok ke kanan atau ke kiri, maupun ke atas atau ke bawah, saat mengalami ereksi sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan. Pasalnya, kondisi ini merupakan variasi bentuk penis dan masih tergolong normal.

 

6 Kelainan Bentuk Penis dan Penanganannya - Alodokter

Namun, jika mengalami kelainan bentuk penis, seperti ketika penis terlalu bengkok, terlalu kecil, atau lubang penis tidak berada di tempat yang semestinya, kondisi ini memerlukan penanganan dari dokter.

Beragam Kelainan Bentuk Penis

Kendati tak selalu berbahaya, kelainan bentuk penis tetap perlu mendapatkan perhatian. Pasalnya, kondisi ini bisa mengganggu fungsi berkemih maupun seksual. Kelainan bisa terjadi karena cedera maupun bawaan lahir.

Berikut adalah beragam kelainan bentuk penis yang mungkin terjadi:

1. Penyakit Peyronie

Penyakit Peyronie merupakan kondisi yang menyebabkan penis melengkung saat ereksi. Kondisi penyebab kelainan bentuk penis ini bisa disertai gejala lain, seperti nyeri saat ereksi, terdapat area yang menebal atau benjolan keras di batang penis, serta penis tampak seperti jam pasir.

Pada kasus yang lebih parah, bentuk penis dapat melengkung tajam dan menyebabkan kesulitan berhubungan seksual hingga disfungsi ereksi.

Walaupun penyebabnya belum diketahui secara pasti, penyakit ini biasanya muncul setelah penis mengalami cedera lalu terbentuk jaringan parut. Jaringan parut ini kemudian membentuk plak atau benjolan keras pada penis.

Penyakit Peyronie ini bisa dialami oleh pria usia berapa pun, tetapi biasanya lebih sering terjadi pada pria yang berumur lebih dari 40 tahun.

2. Mikropenis

Mikropenis merupakan istilah untuk kondisi penis lebih kecil dari ukuran penis pada umumnya. Ukuran penis dikatakan lebih kecil daripada ukuran normal bila panjangnya kurang dari 1,9 cm pada bayi, kurang dari 3,8 cm pada anak usia 9–10 tahun, dan kurang dari 9,3 cm pada orang dewasa.

Mikropenis merupakan kelainan bentuk penis yang jarang terjadi. Ada beberapa faktor yang diketahui menyebabkan kondisi ini, di antaranya adalah rendahnya produksi human chorionic gonadotropin (hCG) selama awal kehamilan.

Salah satu fungsi hormon hCG adalah memicu produksi hormon testosteron yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan penis.

Selain itu, mikropenis juga bisa disebabkan oleh kelainan kromosom, seperti sindrom insensitivitas androgen, sindrom Klinefelter, dan sindrom Down.

3. Fimosis

Fimosis adalah kelainan bentuk penis yang belum disunat berupa kulup atau kulit kepala penis yang melekat erat pada kepala penis. Kondisi ini merupakan hal yang normal terjadi pada bayi dan anak-anak, serta umumnya tidak menimbulkan nyeri.

Namun, fimosis yang terjadi pada pria dewasa dapat menimbulkan gejala, seperti perih saat buang air kecil dan nyeri saat berhubungan seksual. Fimosis pada pria dewasa umumnya dipicu oleh infeksi di bawah kulup penis (balanitis), kurang menjaga kebersihan penis, atau komplikasi dari diabetes.

Fimosis dapat mempersulit pria untuk membersihkan bagian bawah kulup. Kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi penis.

4. Parafimosis

Kelainan bentuk penis yang disebut parafimosis masih terkait dengan fimosis. Parafimosis terjadi ketika kulup yang ditarik malah tersangkut dan tidak dapat kembali ke posisi semula.

Kondisi tersebut harus segera ditangani karena dapat menyebabkan nyeri, bengkak, dan menyumbat aliran darah ke kepala penis. Tersumbatnya aliran darah tersebut dapat menyebabkan kerusakan jaringan (iskemia) atau kematian jaringan (nekrosis).

5. Epispadia

Epispadia adalah suatu kelainan bawaan yang menyebabkan letak lubang kencing (uretra) bayi laki-laki menjadi tidak normal. Pada kondisi yang termasuk cacat lahir langka ini, ujung uretra berada di bagian atas penis dan bukan di ujungnya.

Penderitanya juga mungkin mengalami kelainan bentuk penis berupa penis yang lebar, pendek, dan melengkung ke atas. Kelainan bentuk penis serta posisi uretra yang tidak normal inilah yang berpengaruh pada fungsi berkemih, misalnya kesulitan menahan buang air kecil.

6. Hipospadia

Sama halnya dengan epispadia, hipospadia juga berupa kelainan bawaan pada letak lubang kencing. Bedanya, lubang kencing tersebut berada di bagian bawah penis.

Akibat letak lubang kencing yang tidak normal, bayi dengan hipospadia akan mengalami percikan urine tidak normal saat buang air kecil, kulup hanya menutupi bagian atas kepala penis, dan bentuk penis melengkung ke bawah.

Jika tidak ditangani, penderitanya bisa kesulitan buang air kecil atau masalah ejakulasi saat berhubungan seksual.

Penanganan Kelainan Bentuk Penis

Secara umum, ada 2 cara penanganan untuk mengatasi kelainan bentuk penis, yaitu dengan dan tanpa operasi. Penanganan kelainan bentuk penis pun disesuaikan dengan penyebabnya, antara lain:

  • Injeksi atau suntikan obat ke penis, untuk melunakkan jaringan parut, mengurangi rasa nyeri, serta memperbaiki bentuk penis pada penyakit Peyronie
  • Terapi peregangan menggunakan alat yang dipasang di penis, untuk memperbaiki ukuran dan bentuk pada penis yang mengalami penyakit Peyronie
  • Terapi hormon melalui suntikan atau salep testosteron, untuk merangsang pertumbuhan penis yang berukuran sangat kecil (mikropenis)
  • Salep kortikosteroid, untuk melenturkan kulup yang mengalami fimosis, sehingga memudahkan untuk ditarik
  • Sunat, jika penis mengalami radang (balanitis), kulup menempel dengan sangat ketat, atau jika penis telah mengalami parafimosis.
  • Operasi, untuk mengatasi kelainan penis bawaan, atau ketika penanganan tanpa operasi tidak efektif memperbaiki kondisi

Kelainan bentuk penis sebaiknya tidak dianggap sepele. Jika Anda merasa mengalami kelainan bentuk penis atau melihat ada perubahan pada bentuk penis Anda, jangan malu untuk berkonsultasi ke dokter. Makin cepat diagnosis dilakukan, makin cepat Anda mendapatkan penanganan.