Tirotoksikosis adalah kondisi ketika kadar hormon tiroid di dalam darah meningkat. Kondisi ini dapat menyebabkan tremor, jantung berdebar, hingga berat badan turun. Tirotoksikosis dapat terjadi akibat konsumsi obat hormon tiroid secara berlebihan.

Tirotoksikosis berbeda dengan hipertiroidisme. Hipertiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara berlebihan. Sedangkan istilah tirotoksikosis mengacu kepada segala gejala klinis yang muncul akibat peningkatan kadar hormon tiroid. Tirotoksikosis bisa terjadi akibat hipertiroidisme atau akibat efek samping obat tiroid.

Tirotoksikosis

Tirotoksikosis ditandai dengan peningkatan kadar hormon tiroksin (T4) dan triodotironin (T3) dalam darah, serta penurunan kadar thyroid-stimulating hormone (TSH). Tirotoksikosis dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering dialami oleh wanita.

Penyebab Tirotoksikosis

Tirotoksikosis umumnya disebabkan oleh hipertiroidisme. Beberapa kondisi yang menyebabkan hipertiroidisme adalah:

1. Penyakit Graves

Penyakit Graves merupakan penyebab tirotoksikosis yang paling sering terjadi. Gangguan autoimun pada penyakit Graves menyebabkan kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid terlalu banyak. Akibatnya, kadar hormon tiroid dalam tubuh meningkat.

2. Thyrotropin-secreting pituitary adenoma

Thyrotropin-secreting pituitary adenoma adalah tumor di kelenjar pituitari yang melepaskan thyroid stimulating hormon (TSH), yaitu hormon yang memicu produksi hormon tiroid. Kondisi ini mengakibatkan kelenjar tiroid memproduksi lebih banyak hormon tiroid di dalam tubuh.

3. Nodul tiroid

Nodul atau benjolan dapat terbentuk di kelenjar tiroid dan memengaruhi jumlah hormon tiroid yang diproduksi. Benjolan ini dapat tumbuh tunggal (toxic nodular adenoma) atau lebih dari satu (toxic multinodular goiter).

4. Struma ovarii

Struma ovarii adalah tumor rahim yang sangat jarang terjadi. Sel tumor pada struma ovarii paling banyak terbentuk dari jaringan tiroid. Dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat menyebabkan produksi hormon tiroid secara berlebihan.

5. Obat hormon tiroid dan yodium

Obat tiroid dan yodium dibutuhkan bagi penderita hipotiroidisme. Namun, bila dosisnya terlalu berlebihan, penderita hipotiroidisme malah dapat terserang tirotoksikosis.

Selain beberapa penyebab di atas, peningkatan kadar hormon tiroid berlebih bisa terjadi akibat:

  • Kanker tiroid folikuler yang telah menyebar
  • Tumor sel germinal jenis teratoma ovarium
  • Efek samping obat amiodarone, lithium, dan obat yang mengandung iodine
  • Hamil anggur

Tirotoksikosis juga dapat disebabkan oleh kondisi lain yang tidak terkait dengan hipertiroidisme, yaitu peradangan kelenjar tiroid (tiroiditis), yang bisa terjadi secara akut atau subakut. Pada salah satu jenis tiroiditis, yaitu subakut tiroiditis, peradangan bisa menyebabkan kelenjar tiroid melepaskan terlalu banyak hormon tiroid ke aliran darah.

Faktor risiko tirotoksikosis

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami tirotoksikosis, yaitu:

  • Berjenis kelamin wanita
  • Berusia di atas 60 tahun
  • Sedang hamil atau baru saja melahirkan
  • Menderita penyakit autoimun, seperti diabetes tipe 1 atau penyakit Addison
  • Memiliki riwayat penyakit tiroid, terutama penyakit Graves, dalam keluarga
  • Pernah mengalami cedera pada kelenjar tiroid
  • Merokok
  • Mengalami stres
  • Mengonsumsi obat-obatan dalam dosis tinggi, seperti lithium atau iodine

Gejala Tirotoksikosis

Hormon tiroid memiliki banyak fungsi penting bagi tubuh, antara lain mengatur metabolisme, suhu tubuh, detak jantung, dan siklus menstruasi. Namun, jika kadar hormon tiroid dalam tubuh berlebihan, dapat timbul gejala berupa:

  • Tremor di tangan
  • Kulit terasa hangat dan lembab
  • Berat badan menurun meski nafsu makan meningkat
  • Sering berkeringat dan merasa kepanasan
  • Jantung berdebar (palpitasi)
  • Denyut jantung lebih cepat (takikardia)
  • Mudah cemas
  • Lemah otot
  • Gangguan siklus menstruasi
  • Bola mata terlihat menonjol (eksoftalmus)

Kapan harus ke dokter

Segera ke dokter jika mengalami gejala di atas atau gejala lain yang berhubungan dengan hipertiroidisme dan tiroiditis. Penting bagi Anda untuk mendeskripsikan dengan jelas gejala yang dialami kepada dokter, karena gejala tirotoksikosis bisa mirip dengan gejala pada kondisi lain.

Jika Anda telah didiagnosis menderita hipertiroidisme atau tiroiditis, lakukanlah pemeriksaan secara rutin ke dokter. Dengan begitu, dokter dapat memantau perkembangan kondisi Anda.

Diagnosis Tirotoksikosis

Dokter akan bertanya kepada pasien terkait gejala yang dialami dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi. Setelah itu, dokter akan memeriksa denyut nadi pasien, serta melakukan pemeriksaan fisik dengan mengamati dan meraba kelenjar tiroid.

Guna memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Tes darah, untuk mengukur kadar T3, T4, thyroid-stimulating hormone (TSH), serta untuk melihat kadar antibodi tertentu pada tiroiditis atau penyakit Graves
  • USG tiroid, untuk mendapatkan gambaran kelenjar tiroid secara lebih jelas
  • Tes iodium radioaktif, untuk memeriksa seberapa banyak hormon tiroid yang diproduksi kelenjar tiroid

Pengobatan Tirotoksikosis

Pengobatan tirotoksikosis bertujuan untuk meredakan gejala dan menormalkan produksi hormon tiroid. Beberapa metode penanganannya adalah:

Obat-obatan

Jenis obat-obatan yang dapat diresepkan dokter untuk mengatasi tirotoksikosis antara lain:

  • Antitiroid, seperti methimazole dan propylthiouracil, untuk menghambat produksi hormon tiroid
  • Iodium radioaktif dalam bentuk kapsul atau cair, untuk menurunkan produksi hormon tiroid dengan merusak sel kelenjar tiroid
  • Penghambat beta, seperti propranolol atau atenolol, untuk meredakan gejala tirotoksikosis, seperti jantung berdebar dan tremor

Operasi

Pada beberapa kondisi, dokter dapat menjalankan operasi tiroidektomi. Prosedur ini bertujuan untuk untuk mempertahankan fungsi tiroid, dengan mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar tiroid.

Tiroidektomi dilakukan pada pasien anak-anak yang menderita hipertiroidisme berat. Selain itu, operasi ini juga dapat dilakukan pada pasien dengan kondisi berikut:

  • Memiliki gondok dengan ukuran sangat besar
  • Mengalami gangguan di mata
  • Menolak menjalani terapi radioaktif iodine
  • Tidak bisa mengonsumsi obat antitiroid
  • Memerlukan penurunan hormon tiroid ke kadar normal dalam waktu cepat, misalnya karena sedang hamil, merencanakan kehamilan, atau menderita gangguan jantung yang tidak stabil

Komplikasi Tirotoksikosis

Tirotoksikosis yang tidak ditangani dapat menimbulkan komplikasi, terutama jika disebabkan oleh penyakit Graves. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi adalah:

  • Penyakit jantung, terutama fibrilasi atrium
  • Osteoporosis, akibat kelebihan hormon tiroid yang menghambat penyerapan kalsium
  • Penyakit mata Graves
  • Krisis tiroid

Tirotoksikosis yang sudah ditangani dengan operasi dan pemberian radioaktif iodine bisa memicu hipotiroidisme. Selain itu, peningkatan kadar hormon tiroid selama kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kehamilan, seperti bayi lahir prematur, berat badan lahir rendah, hingga keguguran.

Pencegahan Tirotoksikosis

Tirotoksikosis sulit dicegah. Akan tetapi, jika Anda menderita penyakit yang dapat menimbulkan hipertiroidisme, pengobatan dan kontrol secara rutin ke dokter bisa mencegah terjadinya tirotoksikosis.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, tirotoksikosis juga dapat disebabkan oleh tiroiditis. Oleh karena itu, jika Anda menderita penyakit yang membutuhkan pengobatan dengan terapi iodine radioaktif atau radioterapi, bicarakan dengan dokter mengenai kemungkinan risiko terserang tiroiditis.