Xalkori adalah obat kemoterapi untuk mengobati kanker paru jenis non-small cell yang sudah menyebar ke area tubuh lain. Selain mengobati kanker paru, Xalkori juga dapat mengobati limfoma jenis tertentu yang tidak bisa diatasi dengan obat lain.

Xalkori mengandung crizotinib yang bekerja dengan menghambat protein kinase, yakni protein yang berperan dalam pertumbuhan sel kanker. Xalkori mencegah kanker berkembang dan menyebar sehingga keluhan yang muncul akibat pertumbuhan kanker juga dapat berkurang.

Xalkori

Xalkori merupakan obat kemoterapi yang tersedia dalam bentuk kapsul. Obat ini hanya boleh dikonsumsi berdasarkan anjuran dokter.

Apa Itu Xalkori

Bahan aktif Crizotinib
Golongan Obat resep
Kategori Penghambat protein kinase
Manfaat Mengobati kanker paru jenis non-small cell yang sudah menyebar ke organ lain dan limfoma jenis anaplastic large cell lymphoma yang kambuh
Dikonsumsi oleh Dewasa
Xalkori untuk ibu hamil Kategori D: Ada bukti bahwa kandungan obat berisiko terhadap janin manusia. Namun, obat dalam kategori ini masih mungkin digunakan ketika manfaat yang diperoleh lebih besar daripada risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam nyawa.
Xalkori untuk ibu menyusui Obat ini tidak dianjurkan untuk digunakan oleh ibu menyusui. Jangan menyusui selama menjalani terapi dengan obat ini hingga 45 hari setelah dosis terakhir.
Bentuk obat Kapsul

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Xalkori

Berikut beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum mengonsumsi Xalkori:

  • Jangan gunakan Xalkori jika Anda alergi terhadap obat ini. Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit ginjal, penyakit liver, atau gangguan pernapasan.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang mengalami infeksi yang aktif, seperti flu, cacar air, atau campak.
  • Informasikan kepada dokter jika memiliki anggota keluarga Anda yang terkena henti jantung mendadak pada usia muda.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit jantung, seperti penyakit jantung koroner, serangan jantung, gagal jantung, kelainan pada hasil EKG, atau gangguan irama jantung (aritmia).
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, mungkin hamil, atau merencanakan kehamilan.
  • Gunakan alat kontrasepsi selama 45 hari setelah dosis terakhir bagi wanita dan 90 hari setelah dosis terakhir bagi pria. Konsultasikan dengan dokter mengenai alat kontrasepsi yang tepat untuk Anda.
  • Konsultasikan ke dokter mengenai penggunaan Xalkori jika Anda berencana memiliki keturunan. Kandungan obat ini dapat menurunkan kesuburan.
  • Informasikan kepada dokter bahwa Anda sedang mengonsumsi Xalkori jika direncanakan untuk menjalani tindakan medis apa pun, termasuk operasi gigi.
  • Beri tahu dokter jika Anda mengalami kondisi yang meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi, seperti muntah-muntah atau diare, selama menjalani pengobatan dengan Xalkori.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang atau berencana mengonsumsi obat lain, termasuk suplemen atau produk herbal. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya interaksi obat.
  • Diskusikan dengan dokter perihal penggunaan Xalkori pada lansia untuk mengantisipasi risiko terjadinya efek samping.
  • Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter jika Anda direncanakan menjalani imunisasi dengan vaksin hidup. Hindari kontak dengan orang yang baru saja menerima vaksin hidup.
  • Jangan terlalu lama terpapar sinar matahari selama mengonsumsi Xalkori. Gunakan tabir surya dan baju yang tertutup jika hendak beraktivitas di luar ruangan pada siang hari.
  • Jangan langsung mengemudi atau melakukan aktivitas lain yang memerlukan kewaspadaan setelah minum Xalkori. Obat ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan, pusing, dan lelah.
  • Segera ke dokter jika mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius setelah mengonsumsi Xalkori.

Dosis dan Aturan Pakai Xalkori

Dosis Xalkori tergantung pada kondisi, respons pasien terhadap obat, serta obat lain yang diminum.

Guna mengobati kanker paru jenis non-small cell yang sudah menyebar ke organ lain dan limfoma jenis anaplastic large cell lymphoma yang kambuh, dosis Xalkori adalah 250 mg, diminum 2 kali sehari. Untuk dosis lanjutan, dosis dapat dikurangi menjadi 200 mg, 2 kali sehari, hingga 250 mg, 1 kali sehari.

Cara Mengonsumsi Xalkori dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca petunjuk pada kemasan sebelum mengonsumsi Xalkori. Jangan menambah atau mengurangi dosis tanpa persetujuan dokter.

Agar hasil pengobatan maksimal, perhatikan hal-hal berikut dalam mengonsumsi Xalkori:

  • Telan tablet Xalkori secara utuh dengan bantuan air putih. Jangan mengunyah, membelah, atau menghancurkan kapsul obat.
  • Konsumsilah Xalkori sebelum atau setelah makan pada jam yang sama setiap harinya. Jika Anda muntah setelah meminum Xalkori, segera hubungi dokter. Anda mungkin perlu kembali mengonsumsi Xalkori.
  • Komunikasikan dengan dokter mengenai efek samping yang Anda alami selama mengonsumsi obat agar dokter dapat menyesuaikan dosis.
  • Hindari konsumsi grapefruit selama mengonsumsi Xalkori. Grapefruit dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping.
  • Simpan Xalkori di tempat bersuhu ruangan, kering, dan terhindar dari sinar matahari langsung. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Xalkori dengan Obat Lain

Kandungan crizotinib dalam Xalkori dapat menimbulkan efek interaksi obat jika digunakan bersama dengan obat lain. Interaksi tersebut antara lain:

Agar aman, konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan obat apa pun bersama Xalkori.

Efek Samping dan Bahaya Xalkori

Ada beberapa efek samping yang bisa timbul setelah mengonsumsi obat dengan kandungan crizotinib, seperti Xalkori, yaitu:

  • Pusing
  • Mual atau muntah
  • Sakit maag
  • Hilang nafsu makan
  • Sariawan
  • Sembelit atau justru diare
  • Gangguan indra pengecap
  • Nyeri otot atau sendi
  • Susah tidur

Periksakan diri ke dokter jika keluhan di atas tidak kunjung reda atau malah memburuk. Segera cari pertolongan medis bila mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius di bawah ini:

  • Sesak napas atau batuk
  • Nyeri mata, mata bengkak atau merah
  • Bengkak pada kaki dan tangan
  • Jantung berdetak cepat, lambat, atau tidak beraturan
  • Memar atau perdarahan yang tidak kunjung berhenti
  • Gangguan penglihatan, seperti rabun, floaters, atau mudah silau
  • Pingsan
  • Mata dan kulit menguning (penyakit kuning)
  • Urine berwarna gelap