Atrial septal defect (ASD) adalah kelainan bawaan berupa lubang atau celah pada dinding pemisah antara dua atrium jantung. Kondisi ini merupakan salah satu jenis kelainan jantung bawaan yang sering terjadi.

Atrium adalah ruang bagian atas jantung yang terletak di sisi kanan dan sisi kiri jantung. Atrium kiri berfungsi untuk menerima darah kaya oksigen dari paru-paru, sedangkan atrium kanan berfungsi untuk mengalirkan darah dengan kandungan oksigen yang lebih rendah dari seluruh tubuh ke paru-paru.

ASD - Alodokter

Kedua sisi atrium jantung sendiri dipisahkan oleh dinding pembatas yang disebut septum. Normalnya, septum menutup dengan sempurna. Namun, pada atrial septal defect (ASD) atau defek septum atrium, septum tidak terbentuk dengan sempurna sehingga meninggalkan lubang atau celah.

Adanya lubang di septum menyebabkan sejumlah darah di atrium kiri berpindah ke atrium kanan. Akibatnya, darah kaya oksigen yang seharusnya dipompa ke seluruh tubuh malah kembali ke paru-paru dan bercampur dengan darah yang miskin oksigen.

Penyebab Atrial Septal Defect

Penyebab atrial septal defect adalah gangguan dalam proses pembentukan jantung selama di dalam kandungan, tepatnya pada usia kehamilan 3–7 minggu. Gangguan ini menyebabkan septum antara kedua atrium jantung tidak terbentuk sempurna.

Belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya gangguan pembentukan jantung tersebut, tetapi diduga terkait dengan faktor genetik dan lingkungan.

Janin lebih berisiko terkena atrial septal defect jika ibunya mengalami kondisi atau melakukan hal berikut ketika hamil:

Gejala Atrial Septal Defect

Gejala atrial septal defect tergantung pada ukuran lubang di septum. Pada sebagian besar kasus, bayi yang lahir dengan ASD umumnya tidak mengalami gejala apa pun, terlebih jika ukuran lubangnya sangat kecil. Gejala biasanya akan muncul ketika bayi telah memasuki masa kanak-kanak.

Beberapa gejala ASD pada bayi dan anak-anak yaitu:

  • Mudah lelah setelah beraktivitas, misalnya setelah bermain
  • Berat badan kurang
  • Detak jantung cepat (aritmia)
  • Sesak napas
  • Bengkak di tungkai, jari tangan, atau perut
  • Hilang nafsu makan
  • Pertumbuhan yang lambat
  • Jantung berdebar

Kapan harus ke dokter

Kelainan jantung bawaan pada bayi dan anak-anak sering kali ditandai dengan:

  • Berat badan sulit naik
  • Bertubuh kurus dan pendek
  • Tidak nafsu makan
  • Perkembangan yang terhambat
  • Sering terkena infeksi, contohnya sering flu atau diare

Oleh karena itu, lakukan pemeriksaan ke dokter jika bayi atau anak mengalami tanda-tanda tersebut.

Segera bawa anak ke IGD jika ia mengalami gejala berikut:

  • Sesak napas
  • Mudah lelah
  • Pembengkakan di kaki atau perut
  • Detak jantung cepat dan tidak beraturan (palpitasi)
  • Kulit membiru

Diagnosis Atrial Septal Defect

Diagnosis atrial septal defect akan diawali dengan tanya jawab terkait gejala yang dialami anak, riwayat kehamilan, riwayat penyakit ibu ketika hamil, serta riwayat vaksinasi ibu.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop untuk mendeteksi suara bising (murmur) pada jantung. Dokter juga akan memeriksa tinggi dan berat badan anak, kemudian menilainya dengan kurva pertumbuhan.

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, yaitu:

Pengobatan Atrial Septal Defect

Pengobatan atrial septal defect (ASD) tergantung pada ukuran lubang atau celah yang terbentuk. Bayi yang lahir dengan ASD berukuran kecil dan tidak bergejala umumnya tidak memerlukan tindakan khusus. Meski begitu, dokter akan memeriksa kondisi bayi secara rutin untuk melihat apakah lubang akan menutup dengan sendirinya.

Sementara pada bayi yang lahir dengan ASD berukuran besar dan mengalami gejala, dokter akan melakukan operasi untuk menutup lubang di septum. Untuk menghindari komplikasi, operasi disarankan dilakukan sebelum anak mencapai usia 25 tahun.

Beberapa metode operasi yang dapat dilakukan adalah:

Kateterisasi jantung (percutaneous transcatheter closure)

Pada kateterisasi jantung, dokter akan membuat sayatan kecil di selangkangan untuk memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah dan mengarah ke jantung. Setelah itu, dokter akan memasang tambalan untuk menutup lubang septum secara permanen.

Operasi jantung dengan laparoskopi

Teknik operasi ini menggunakan sayatan kecil dan selang berkamera. Pasien yang menjalani operasi jantung dengan laparoskopi biasanya lebih cepat pulih dan waktu rawat inapnya lebih pendek.

Operasi jantung terbuka

Operasi ini dilakukan dengan membuat sayatan pada rongga dada. Setelah itu, dokter akan menjahit lubang secara langsung atau menambalnya dengan menggunakan tambalan dari bagian tubuh yang lain. Bagian tubuh yang digunakan sebagai tambalan biasanya dari lapisan pelindung jantung itu sendiri (perikardium).

Setelah operasi, dokter akan memberikan beberapa obat-obatan, seperti paracetamol atau ibuprofen, untuk meredakan nyeri yang dapat timbul akibat tindakan operasi.

Selama 6 bulan setelah operasi, pasien akan diberikan obat antibiotik oleh dokter jika akan menjalani pemeriksaan gigi atau tindakan medis lainnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah pasien terkena peradangan di lapisan jantung (endokarditis).

Komplikasi Atrial Septal Defect

Atrial septal defect tidak menimbulkan komplikasi jika ukurannya kecil. Namun, jika ukurannya sedang hingga besar, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi yang serius, seperti:

Meski jarang terjadi, atrial septal defect yang berlangsung selama bertahun-tahun dan tidak diobati juga dapat menimbulkan komplikasi berupa sindrom Eisenmenger.

Selain itu, anak dengan atrial septal defect rentan mengalami gizi buruk atau stunting.

Pencegahan Atrial Septal Defect

Risiko terjadinya atrial septal defect dapat dihindari dengan selalu menjaga kesehatan ibu dan janin. Adapun beberapa upaya yang dapat dilakukan calon ibu dan ibu hamil yaitu:

  • Menjalani pemeriksaan TORCH sebelum merencanakan kehamilan agar bisa segera diobati jika terinfeksi TORCH
  • Menjalani vaksinasi MMR, maksimal 1 bulan sebelum hamil
  • Melakukan kontrol kehamilan secara rutin
  • Tidak merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol
  • Tidak menggunakan narkoba
  • Berkonsultasi dengan dokter mengenai seberapa besar risiko anak dapat menderita ASD jika ada keluarga yang menderita