Cervicogenic headache adalah sakit kepala yang disebabkan oleh gangguan pada tulang belakang di bagian leher. Sakit kepala jenis ini bisa bersifat ringan hingga berat dan perlu diatasi dengan baik agar tidak mengganggu aktivitas.
Cervicogenic headache ditandai dengan nyeri leher yang menjalar ke area kepala sehingga memicu sakit kepala sebelah. Sakit kepala akibat kondisi ini dapat membuat area sekitar mata menjadi nyeri. Nyeri ini bisa makin terasa ketika penderita batuk atau menggerakkan kepala maupun leher. Selain itu, leher juga akan terasa kaku.
Cervicogenic headache berbeda dengan migrain. Migrain lebih dipicu oleh gangguan pada sinyal saraf dan pembuluh darah di otak. Sementara itu, cervicogenic headache disebabkan oleh masalah pada saraf, tulang, dan otot leher. Cedera tulang belakang juga mungkin menyebabkan cervicogenic headache.
Penyebab Cervicogenic Headache
Penyebab cervicogenic headache umumnya terkait dengan gangguan pada saraf, tulang, dan otot leher. Beberapa kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan cervicogenic headache terjadi adalah:
1. Postur tubuh yang buruk
Postur tubuh yang buruk, seperti menunduk ke bawah saat menggunakan atau bermain gadget, bisa menyebabkan leher dan bahu menjadi kaku. Hal ini dapat membuat otot leher tegang sehingga memicu cervicogenic headache.
2. Cedera leher
Cedera leher yang mengakibatkan terjadinya fraktur atau patah tulang leher bisa menyebabkan cervicogenic headache. Cedera lainnya yang bisa menyebabkan cervicogenic headache adalah saraf kejepit pada leher.
3. Whiplash injury
Whiplash injury merupakan cedera leher yang disebabkan oleh gerakan leher atau kepala secara cepat dan mendadak dari depan ke belakang. Kondisi tersebut dapat merusak otot dan jaringan di leher sehingga memicu terjadinya cervicogenic headache. Whiplash injury umumnya diderita oleh orang yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor.
4. Radang sendi leher
Cervicogenic headache pada radang sendi di tulang belakang bagian leher (spondilosis servikal) terjadi ketika cakram dan sendi di leher mengalami pengikisan (degenerasi). Selain itu, peradangan pada saraf, pembuluh darah, dan otot di leher juga bisa memicu radang sendi leher.
5. Tumor di leher
Cervicogenic headache karena tumor jinak di leher bisa ditandai dengan munculnya benjolan di leher yang dapat bergerak dan terasa lembek ketika dipegang.
Sementara untuk benjolan di leher yang bersifat ganas (kanker), gejalanya berupa benjolan yang disertai dengan luka atau sakit tenggorokan yang sulit sembuh, sulit menelan, atau suara serak.
Gejala Cervicogenic Headache
Cervicogenic headache bisa bersifat ringan hingga berat. Gejala dari cervicogenic di antaranya adalah:
- Sakit kepala sebelah yang menjalar dari leher ke kepala sampai ke belakang mata.
- Sakit kepala yang terjadi secara terus-menerus dan tidak berdenyut.
- Sakit kepala semakin parah ketika kepala atau leher digerakkan.
- Sakit kepala yang semakin terasa ketika penderitanya batuk, bersin atau menarik napas dalam.
- Leher kaku dan nyeri leher. Sisi leher yang nyeri biasanya sama dengan nyeri sakit kepala.
Selain itu, gejala migrain, seperti mual, muntah, penglihatan kabur pada mata di sisi yang sama dengan sakit di kepala, pusing, dan kepekaan terhadap cahaya dan suara, juga bisa terjadi ketika seseorang mengalami cervicogenic headache.
Kapan harus ke dokter
Segera konsultasikan diri ke dokter jika mengalami gejala cervicogenic headache, terutama jika tidak kunjung membaik meski sudah mengkonsumsi obat pereda nyeri. Begitu juga jika cervicogenic headache yang diderita terjadi secara terus- menerus atau telah mengganggu aktivitas.
Diagnosis Cervicogenic Headache
Gejala cervicogenic headache memiliki kemiripan dengan sakit kepala jenis lain, seperti migrain dan sakit kepala tegang. Oleh karena itu, dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien untuk mendiagnosis penyakit ini dengan pasti.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti meminta Anda menggerakan kepala dan leher atau menekan area tertentu di leher, guna mengetahui dari mana asal sakit kepala yang Anda keluhkan.
Dokter juga akan merekomendasikan sejumlah pemeriksaan berikut ini:
- X-Ray, untuk mengambil gambar kondisi tulang belakang bagian leher.
- CT scan, untuk melihat kondisi tulang belakang bagian leher. Pemeriksaan ini menghasilkan gambar yang lebih jelas daripada X-Ray.
- MRI, untuk menghasilkan gambar terperinci mengenai kondisi kepala, leher, dan tulang belakang.
- Tes darah, untuk mendeteksi penyakit tertentu yang menyebabkan cervicogenic headache.
Pengobatan Cervicogenic Headache
Pengobatan atau penanganan cervicogenic headache akan disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala dan kondisi kesehatan pasien. Berikut adalah beberapa pengobatan cervicogenic headache beserta penjelasannya:
Pengobatan mandiri
Pengobatan mandiri yang dapat dilakukan oleh penderita cervicogenic headache antara lain:
- Memijat kepala atau leher yang sakit untuk meredakan tegang otot yang memicu cervicogenic headache
- Mengompres leher bagian belakang dengan kompres dingin jika penyebab cervicogenic headache disebabkan oleh whiplash injury. Sementara jika leher terasa kaku dan tegang, kompres hangat lebih direkomendasikan. Kompres dapat dilakukan selama 20 menit.
- Beristirahat yang cukup, setidaknya 7 jam sehari, karena kurang tidur dapat memperparah sakit kepala yang diderita.
- Melakukan meditasi atau yoga. Yoga dapat membantu meredakan cervicogenic headache sekaligus mengurangi kaku di leher.
Obat-obatan
Apabila penanganan mandiri belum bisa meredakan cervicogenic headache, penderita bisa meminum obat pereda nyeri atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti paracetamol dan ibuprofen. Obat pereda nyeri tersebut bisa dibeli secara bebas tetapi penggunaannya harus sesuai aturan yang tertera pada kemasan.
Jangan mengonsumsi obat pereda nyeri lebih dari 10 hari tanpa anjuran dari dokter. Konsumsi obat pereda nyeri dalam jangka panjang bisa menyebabkan iritasi dan tukak lambung, perdarahan saluran pencernaan, serta meningkatkan risiko terkena penyakit stroke, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Jadi, konsumsilah obat sesuai aturan.
Jika obat di atas belum meredakan keluhan, berkonsultasilah ke dokter. Dokter dapat meresepkan obat antikonvulsan atau antikejang, seperti gabapentin dan pregabalin. Obat antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), seperti duloxetine, juga mungkin diresepkan oleh dokter.
Pastikan untuk minum obat-obat tersebut sesuai saran dokter agar efektivitasnya dalam mengatasi cervicogenic headache bekerja dengan baik. Penting untuk diingat, jangan menambah atau mengurangi dosis obat tanpa berkonsultasi dengan dokter.
Terapi blok saraf
Terapi blok saraf dilakukan dengan menyuntikkan obat bius di dekat saraf oksipital yang terletak di leher. Terapi ini dapat meredakan cervicogenic headache sementara. Dokter juga dapat menyuntikkan steroid. Obat ini bisa mengurangi peradangan yang memicu terjadinya cervicogenic headache.
Ablasi radio frekuensi
Ablasi radiofrekuensi memanfaatkan gelombang radio untuk mematikan saraf leher yang menimbulkan sakit. Pengobatan ini bisa mencegah saraf tersebut mengirimkan sinyal rasa sakit ke otak. Dengan demikian, cervicogenic headache teredakan.
Operasi
Jika ragam pengobatan di atas tidak juga mampu mengatasi cervicogenic headache, dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani operasi, seperti operasi dekompresi saraf oksipital. Tujuan dari operasi ini adalah untuk mengurangi tekanan pada saraf di leher yang memunculkan cervicogenic headache.
Komplikasi Cervicogenic Headache
Cervicogenic headache dapat menyebabkan komplikasi berupa sakit atau nyeri yang berkepanjangan maupun sering kambuh. Jika hal tersebut terjadi, jangan tunda untuk berkonsultasi lewat Chat Bersama Dokter.
Pencegahan Cervicogenic Headache
Cervicogenic headache bisa dicegah dengan beberapa cara, yaitu:
- Membiasakan diri untuk duduk dalam posisi yang benar
- Tidak duduk dalam waktu yang lama karena bisa menyebabkan tulang, sendi, otot punggung, dan leher tegang
- Menggunakan kasur dan bantal tidur yang nyaman agar terhindar dari nyeri leher
- Membatasi pemakaian gadget agar kebiasaan menunduk terlalu lama berkurang
- Beristirahat yang cukup agar tidak mengalami kelelahan
- Memastikan tubuh tetap terhidrasi sepanjang hari dengan minum air putih sebanyak 8 gelas per hari atau sesuai kebutuhan
- Berolahraga secara rutin agar sirkulasi darah lancar dan fleksibilitas tubuh terjaga
- Tidak tidur secara tengkurap karena bisa menyebabkan tekanan berlebih pada leher