Leishmaniasis adalah penyakit infeksi akibat parasit yang menular melalui gigitan serangga agas atau lalat pasir. Penyakit ini bisa menyebabkan kerusakan pada kulit hingga organ dalam, seperti limpa, hati, dan sumsum tulang. Leishmaniasis perlu segera diobati untuk mencegah komplikasi serius yang mengancam nyawa.

Leishmaniasis banyak ditemukan di negara-negara beriklim tropis atau subtropis, terutama wilayah terpencil dan permukiman kumuh. Leishmaniasis disebut-sebut sebagai penyakit parasit dengan angka kematian tertinggi kedua setelah malaria.

Leishmaniasis

Hingga kini, lebih dari 90 negara telah melaporkan kasus leishmaniasis, terutama di wilayah Asia, Afrika, Timur Tengah, Eropa Selatan, dan Amerika Tengah. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), sebanyak 95% kasus leishmaniasis berat ditemukan di India, Brazil, dan Afrika Timur.

Sampai saat ini belum ada laporan resmi mengenai kasus leishmaniasis di Indonesia. Meski demikian, penelitian dan pengawasan masih terus dilakukan mengingat Indonesia merupakan wilayah tropis yang cocok sebagai habitat lalat pasir pembawa parasit penyebab leishmaniasis.

Penyebab Leishmaniasis 

Leishmaniasis disebabkan oleh parasit Leishmania yang hidup dan berkembang biak di dalam tubuh lalat pasir. Serangga kecil ini kerap muncul dan menggigit manusia pada malam hari, terutama saat musim panas dengan kelembapan tinggi. 

Manusia bisa terjangkit leishmaniasis setelah digigit agas betina yang membawa parasit Leishmania. Meskipun jarang, penularan juga bisa terjadi melalui kontak langsung dengan darah penderita leishmaniasis. Sebagai contoh, ibu hamil yang menderita leishmaniasis dapat menularkan penyakit ini ke janin yang dikandungnya.

Kondisi lain yang dapat menyebabkan seseorang tertular leishmaniasis adalah:

  • Menerima transfusi darah dari penderita leishmaniasis
  • Berbagi pemakaian jarum suntik dengan penderita leishmaniasis
  • Menerima donor organ penderita leishmaniasis

Faktor risiko Leishmaniasis

Siapa saja bisa terjangkit penyakit ini, terutama jika berada di daerah endemis atau wilayah yang banyak kasus leishmaniasis. Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi Leishmania adalah

  • Anak-anak atau lansia
  • Memiliki daya tahan tubuh lemah atau imunodefisiensi, misalnya karena menderita HIV dan AIDS
  • Sedang mengalami malnutrisi atau gizi buruk, misalnya karena kekurangan protein dan zat besi
  • Bertempat tinggal di lingkungan padat penduduk, kumuh, atau tidak layak huni
  • Tidur di luar ruangan
  • Pernah menderita leishmaniasis

Faktor lingkungan juga berperan dalam memicu penyebaran leishmaniasis. Faktor tersebut meliputi:

  • Deforestasi (penggundulan hutan) yang dapat memperluas habitat lalat pasir
  • Migrasi (perpindahan) penduduk ke wilayah endemis, termasuk akibat bencana alam
  • Perubahan iklim, seperti kenaikan suhu dan curah hujan, yang meningkatkan populasi agas

Gejala Leishmaniasis

Gejala leishmaniasis tergantung pada jenisnya. Masing-masing jenis memiliki tingkat keparahan dan lokasi infeksi yang berbeda.

Tiga bentuk utama leishmaniasis meliputi:

1. Leishmaniasis kutaneus (cutaneous leishmaniasis)

Leishmaniasis kutaneus merupakan jenis leishmaniasis yang paling umum terjadi. Infeksi Leishmania ini menyerang kulit di sekitar lokasi gigitan agas. Gejalanya berupa benjolan mirip bisul yang muncul beberapa minggu atau bulan setelah terkena gigitan lalat pasir. Lambat laun, bisul berkembang menjadi borok yang membesar. 

Luka akibat gigitan lalat pasir biasanya tidak terasa nyeri, kecuali jika terinfeksi bakteri. Meski jarang terjadi, borok akibat leishmaniasis kutaneus bisa menyebar ke seluruh tubuh, terutama pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah.

Meski bisa sembuh dalam beberapa bulan hingga tahun, borok akibat leishmaniasis kutaneus sering meninggalkan bekas yang mengganggu penampilan. Leishmaniasis kutaneus juga bisa kambuh meski sudah diobati.

2. Leishmaniasis mukokutaneus (mucocutaneous leishmaniasis)

Leishmaniasis mukokutaneus merupakan bentuk leishmaniasis yang jarang terjadi. Leishmaniasis jenis ini bermula dari kulit yang menyebar ke rongga hidung, mulut, dan tenggorokan.

Gejala leishmaniasis mukokutaneus adalah luka yang terasa nyeri di rongga hidung, mulut, atau tenggorokan. Penderita juga bisa mengalami keluhan hidung meler atau malah tersumbat, mimisan, radang gusi, suara serak, bahkan sulit bernapas.

Keluhan akibat leishmaniasis mukokutaneus dapat muncul bersamaan dengan gejala leishmaniasis kutaneus. Pada sejumlah kasus, gejala leishmaniasis mukokutaneus baru terlihat beberapa bulan atau tahun setelah gejala leishmaniasis kutaneus sembuh.

Luka akibat leishmaniasis mukokutaneus bisa sampai merusak bentuk hidung. Pada beberapa orang, bentuk hidung bisa tampak seperti hidung unta atau paruh burung beo. Tanpa pengobatan yang tepat, penyakit ini bisa menyebabkan cacat pada wajah.

3. Leishmaniasis sistemik (visceral leishmaniasis)

Visceral leishmaniasis disebut juga kala-azar. Leishmaniasis jenis ini paling berat dan berbahaya. Sebab, kala-azar tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga organ dalam, seperti limpa, hati, dan sumsum tulang.

Gejala visceral leishmaniasis dapat muncul 2–8 bulan setelah terkena gigitan lalat pasir pembawa parasit Leishmania. Bila tidak segera diobati, infeksi ini dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan kematian.

Tanda dan gejala yang timbul pada penderita visceral leishmaniasis antara lain:

Infeksi parasit Leishmania ini juga bisa menimbulkan anemia, trombositopenia, atau leukopenia. Hal ini membuat penderita visceral leishmaniasis lebih mudah mengalami penyakit infeksi lain.

Kapan harus ke dokter

Bila Anda sedang berada atau baru kembali dari daerah endemis, hubungi dokter jika timbul gejala leishmaniasis. Guna mendapatkan respons yang cepat, Anda dapat berkonsultasi melalui Chat Bersama Dokter.

Jangan ragu untuk langsung periksakan diri ke dokter jika terdapat kondisi berikut:

  • Luka di kulit yang tidak kunjung sembuh
  • Demam tinggi (>39°C)
  • Perut membengkak
  • Kulit dan mata menguning (penyakit kuning)
  • Sesak napas
  • Kulit, bibir, dan kuku membiru karena kurangnya oksigen dalam darah (sianosis)

Diagnosis Leishmaniasis

Dokter akan melakukan tanya jawab seputar gejala yang dialami dan kapan gejala muncul. Dokter juga akan menanyakan apakah pasien tinggal di daerah yang banyak kasus leishmaniasis, atau baru saja bepergian ke daerah tersebut.

Setelah sesi tanya jawab, dokter akan melakukan pemeriksaan awal pada kulit pasien. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi tanda-tanda luka leishmaniasis secara langsung.

Beberapa pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis. Pemeriksaan tersebut meliputi:

Biopsi kulit

Prosedur ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan dari luka di kulit atau bagian dalam hidung dan mulut. Selanjutnya, sampel jaringan akan diperiksa menggunakan mikroskop. Biopsi kulit umumnya digunakan untuk mendiagnosis leishmaniasis jenis kutaneus atau mukokutaneus.

Biopsi jarum

Biopsi jarum merupakan metode terbaik untuk mendiagnosis visceral leishmaniasis. Teknik biopsi ini menggunakan jarum untuk mengambil sampel jaringan dari limpa, kelenjar getah bening, atau sumsum tulang. Sampel jaringan akan diperiksa di laboratorium untuk menemukan parasit Leishmania.

Pemeriksaan darah atau serologi

Tes darah berguna untuk mendeteksi protein (antigen) yang menjadi tanda keberadaan parasit Leishmania. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pembuluh vena.

Pengobatan Leishmaniasis

Penanganan leishmaniasis dilakukan dengan pemberian obat-obatan hingga terapi tertentu. Metode pengobatan yang dilakukan dokter bisa berbeda tergantung pada jenis leishmaniasis serta tingkat keparahan gejala dan kondisi pasien.

Pemberian obat-obatan

Obat resep yang digunakan dalam penanganan leishmaniasis antara lain:

Terapi Tambahan

Berikut adalah terapi khusus untuk menangani leishmaniasis kutaneus: 

1. Termoterapi

Termoterapi merupakan metode pengobatan dengan menggunakan suhu panas yang diarahkan langsung ke area tubuh tertentu. Salah satu tujuan dari prosedur ini adalah untuk membunuh kuman, termasuk parasit penyebab leishmaniasis di jaringan kulit.

Termoterapi dilakukan dengan cara mengarahkan alat pemanas bersuhu tinggi (berkisar 50–52°C) pada area luka yang terkena leishmaniasis. Prosedur ini berlangsung cepat dalam hitungan menit. Untuk hasil pengobatan yang maksimal, termoterapi perlu dilakukan setiap hari selama 7 hari.  

2. Krioterapi

Krioterapi dilakukan dengan membekukan luka dan menghancurkan jaringan kulit yang terinfeksi parasit Leishmania menggunakan cairan khusus yang mengandung nitrogen. Tujuan dari terapi ini adalah untuk membunuh parasit tersebut dan mempercepat penyembuhan luka di kulit akibat leishmaniasis.

Dokter akan menyeka area luka yang terkena leishmaniasis dengan nitrogen cair. Proses ini bisa menimbulkan nyeri, tetapi biasanya berlangsung singkat dalam beberapa menit.

3. Terapi laser

Terapi sinar laser bertujuan untuk mempercepat penyembuhan luka pada kulit yang terkena leishmaniasis serta menyamarkan bekas lukanya. Jenis laser yang digunakan bisa berupa laser CO₂, laser argon, atau laser Nd:YAG (Neodymium: Yttrium Aluminum Garnet). Dokter akan mengarahkan sinar laser pada luka yang terkena leishmaniasis.

Operasi

Pengobatan leishmaniasis dengan metode operasi dilakukan jika luka menyebabkan kerusakan bentuk wajah, misalnya hidung atau bibir. Prosedur yang dilakukan bisa berupa cangkok kulit atau operasi rekonstruksi wajah. 

Komplikasi Leishmaniasis

Komplikasi akibat infeksi Leishmania tergantung pada jenis dan keparahan penyakit tersebut. Secara umum, komplikasi yang bisa terjadi meliputi:

  • Infeksi bakteri sekunder, yaitu infeksi bakteri yang terjadi setelah leishmaniasis
  • Bekas luka yang mengganggu penampilan
  • Kerusakan bentuk wajah, termasuk hidung dan bibir
  • Pneumonia
  • Kekambuhan gejala leishmaniasis
  • Infeksi saluran pencernaan
  • Perdarahan hebat yang bisa menyebabkan kematian
  • Hemophagocytic lymphohistiocytosis, yaitu gangguan sistem imun yang menyebabkan peradangan parah dan kerusakan organ
  • Sepsis

Pencegahan Leishmaniasis

Cara terbaik untuk mencegah infeksi parasit Leishmania adalah dengan menghindari gigitan agas atau lalat pasir, terutama di wilayah endemis leishmaniasis.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah:

  • Mengenakan celana panjang dan baju berlengan panjang, terutama saat di luar rumah
  • Tidur di ruangan dengan jendela yang tertutup rapat
  • Tidur di tempat tidur yang berkelambu
  • Menggunakan losion antinyamuk yang mengandung DEET atau diethyltoluamide
  • Menyemprotkan insektisida di lingkungan tempat tinggal
  • Sebisa mungkin tidak beraktivitas di luar rumah setelah matahari terbenam
  • Tidak berkemah di dekat habitat lalat pasir