Osteopenia adalah kondisi berkurangnya kepadatan tulang yang menyebabkan tulang keropos, tetapi belum separah osteoporosis. Osteopenia terjadi secara perlahan dan bertambah parah tanpa disadari. Sebab, osteopenia sering kali tanpa gejala dan baru diketahui ketika tulang retak atau patah akibat cedera.
Osteopenia merupakan tahap awal dari pengeroposan tulang. Kondisi ini terjadi ketika tulang mulai kehilangan mineral sehingga tulang menjadi kurang padat. Seiring waktu, osteopenia bisa berkembang ke tahap lebih berat yang disebut osteoporosis.
Osteopenia lebih sering terjadi pada orang lanjut usia. Alasannya, karena tingkat kepadatan tulang mulai berkurang secara alami pada usia 35 tahun ke atas. Meski demikian, osteopenia bisa terjadi karena faktor lain. Agar tidak berlanjut ke tahap osteoporosis dan patah tulang, langkah-langkah pencegahan perlu dilakukan sejak dini.
Penyebab Osteopenia
Sel tulang akan selalu mengalami regenerasi, yaitu proses penggantian sel tulang yang sudah tua dan rapuh dengan sel tulang yang baru. Terjadinya osteopenia dipengaruhi oleh kemampuan tubuh untuk melakukan regenerasi tulang.
Di masa pertumbuhan, kemampuan regenerasi tulang masih sangat baik sehingga sel tulang baru cepat terbentuk. Hasilnya, tulang menjadi padat dan kuat. Namun, seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh meregenerasi tulang akan terus menurun. Alhasil, kepadatan tulang pun berkurang.
Osteopenia umumnya terjadi pada orang usia ≥50 tahun. Namun, osteopenia bisa lebih cepat terjadi bila kepadatan tulang tidak terjaga dengan baik sejak usia muda.
Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya osteopenia. Sebagian faktor risiko ini dapat dicegah atau ditangani, sedangkan sebagian lagi tidak bisa dicegah atau dikendalikan.
Faktor risiko osteopenia yang tidak dapat dicegah atau dikendalikan antara lain:
- Bertambahnya usia, terutama usia lebih dari 50 tahun
- Berjenis kelamin wanita, terutama yang sudah mengalami menopause
- Memiliki riwayat osteopenia atau osteoporosis dalam keluarga
Sementara itu, faktor risiko osteopenia yang dapat dicegah atau ditangani meliputi:
- Menderita gangguan hormonal akibat sindrom Cushing, hiperparatiroidisme, atau hipertiroidisme
- Menderita penyakit ginjal kronis, diabetes, atau sindrom Ehlers-Danlos
- Menderita gangguan makan, seperti anorexia nervosa atau bulimia
- Mengalami defisiensi (kekurangan) vitamin D dan kalsium
- Menderita malabsorbsi atau malnutrisi (kurang gizi)
- Menderita penyakit autoimun yang merusak tulang atau kolagen, seperti rheumatoid arthritis, lupus, atau scleroderma
- Mengalami penurunan hormon estrogen atau testosterone
- Menjalani pengobatan kanker dengan kemoterapi atau radioterapi
- Menggunakan obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid, antikejang, antikoagulan, diuretik, atau obat penurun asam lambung jenis penghambat pompa proton, terutama dalam jangka panjang
- Memiliki kebiasaan merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol
- Menjalani sedentary lifestyle atau gaya hidup yang kurang aktif bergerak, misalnya jarang olahraga
Gejala Osteopenia
Osteopenia seringkali tidak menunjukkan gejala apa pun, bahkan sampai berkembang ke tahap osteoporosis. Meski demikian, sebagian orang dengan osteopenia dilaporkan sering mengalami nyeri tulang, tetapi ini sangat jarang terjadi.
Biasanya keluhan baru muncul ketika penderita osteopenia mengalami patah tulang, misalnya akibat terjatuh atau terbentur benda keras. Gejala patah tulang yang utama adalah nyeri hebat, memar, dan bengkak di area yang cedera. Selain itu, orang yang mengalaminya akan sulit menggerakkan bagian tubuh tersebut.
Dalam beberapa kasus, tulang retak atau patah tidak selalu menimbulkan nyeri hebat. Patah tulang belakang pada penderita osteopenia bisa saja hanya menimbulkan keluhan:
- Nyeri punggung, yang memberat saat berjalan atau berdiri, tetapi membaik setelah berbaring
- Tinggi badan menyusut dan postur tubuh membungkuk
Kapan harus ke dokter
Segera ke dokter bila Anda terjatuh atau cedera dan merasakan gejala patah tulang yang telah disebutkan di atas. Penanganan patah tulang harus segera dilakukan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi.
Apabila terdapat faktor risiko osteopenia, seperti berusia lanjut, sudah menopause, atau memiliki gangguan hormonal, beri tahu dokter agar diberikan penanganan yang tepat untuk mencegah terjadinya patah tulang. Untuk mendapat respons yang cepat, berkonsultasilah secara online melalui Chat Bersama Dokter.
Diagnosis Osteopenia
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, osteopenia tidak menimbulkan gejala. Penderita osteopenia biasanya datang ke dokter dengan keluhan patah tulang akibat cedera.
Sebagai langkah awal diagnosa, dokter akan melakukan tanya jawab dengan pasien seputar:
- Gejala yang dialami
- Penyakit yang pernah atau sedang dialami baik pada pasien maupun pada keluarganya
- Pengobatan yang sedang dijalani
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan pada bagian tubuh yang mengalami cedera. Saat pemeriksaan, dokter akan melihat area tubuh yang cedera, menyentuh dan menggerakkan area atau bagian tubuh yang dicurigai mengalami patah tulang.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa:
- Rontgen, CT scan, atau MRI, untuk melihat lebih jelas kondisi tulang yang patah
- Tes bone mineral density atau bone mineral densitometry (BMD), untuk mengevaluasi tingkat kepadatan tulang dan menentukan risiko terjadinya patah tulang
Tes BMD dilakukan dengan dual energy X-Ray absorptiometry (DXA) atau dengan quantitative computed tomography (QCT). Selain itu, bisa dengan peripheral QCT (pQCT), atau dengan quantitative ultrasound densitometry (QUS).
Pemeriksaan DXA lebih sering dilakukan untuk mendiagnosis osteopenia maupun osteoporosis. Berikut adalah penjelasan skor dari hasil pemeriksaan BMD:
- Lebih dari -1 : Normal
- -1 sampai -2,5 : Kepadatan tulang rendah (osteopenia)
- Kurang dari -2,5 : Kemungkinan besar osteoporosis
Pengobatan Osteopenia
Penanganan osteopenia bertujuan untuk mencegah osteoporosis dan tulang patah atau retak, terutama akibat cedera atau benturan. Dokter juga dapat memberikan pengobatan untuk menghambat pengeroposan tulang dan menguatkan jaringan tulang, tergantung hasil skor tes BMD atau risiko terjadinya patah tulang.
Beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan oleh dokter adalah:
Perubahan pola hidup
Penderita osteopenia dianjurkan untuk menjalani pola hidup sehat guna mencegah tulang makin keropos dengan cara:
- Berolahraga secara rutin, termasuk, yoga, pilates, dan olahraga angkat beban, untuk meningkatkan kekuatan tulang dan otot serta untuk meningkatkan keseimbangan tubuh
- Mengonsumsi makanan tinggi kalsium dan vitamin D, contohnya bayam, brokoli, kacang-kacangan, ikan salmon, telur, serta berbagai produk olahan susu seperti yogurt dan keju
- Tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan berhenti merokok
Pemberian suplemen
Kalsium dan vitamin D berfungsi menjaga tulang tetap padat dan mencegah keretakan tulang. Dokter akan meresepkan dosis suplemen kalsium dan suplemen vitamin D sesuai dengan kebutuhan pasien.
Pemberian obat-obatan
Apabila osteopenia sudah mendekati level osteoporosis dan berisiko tinggi terjadi patah tulang, dokter dapat memberikan obat di bawah ini:
-
Bisfosfonat
Bisfosfonat berfungsi menjaga kepadatan tulang dengan memperlambat pemecahan jaringan tulang. Beberapa obat yang dapat diberikan adalah alendronate, risedronate, ibandronate, dan zoledronic acid. -
Denosumab
Denosumab berfungsi untuk menjaga kepadatan tulang. Obat ini hanya diberikan pada orang yang berisiko tinggi terkena patah tulang. -
Selective estrogen receptor modulators (SERMs)
Salah satu jenis SERMs yang digunakan adalah raloxifene. Obat ini hanya diberikan kepada wanita yang sudah menopause dan berisiko lebih tinggi untuk mengalami osteoporosis dan patah tulang. -
Hormon testosteron
Terapi hormon testosteron berguna untuk menjaga kepadatan tulang serta mencegah osteoporosis dan patah tulang pada pria yang mengalami hipogonadisme. -
Terapi penggantian hormon
Terapi penggantian hormon adalah pemberian obat hormon yang berisi estrogen dan progesteron buatan. Obat ini berguna untuk mencegah osteoporosis pascamenopause. -
Calcitonin
Calcitonin dapat menghambat proses pengeroposan tulang. Obat dalam sediaan suntik dan semprot hidung ini digunakan untuk mengobati osteopenia maupun osteoporosis pascamenopause.
Selain obat-obatan, penderita osteopenia dianjurkan untuk melakukan langkah-langkah pencegahan agar tidak terjadi patah tulang, seperti:
- Mengatur letak perabotan rumah dengan baik untuk mengurangi risiko terjatuh akibat menabrak perabotan
- Memasang pegangan dinding, memasang karpet, atau menggunakan sandal khusus untuk mencegah terjatuh di kamar mandi
- Menghindari penggunaan alas kaki yang licin ketika berjalan di luar rumah
Komplikasi Osteopenia
Osteopenia dapat berkembang menjadi osteoporosis, yang jika tidak ditangani bisa menimbulkan komplikasi berupa:
- Patah tulang, seperti patah tulang rusuk, patah tulang belakang, atau patah tulang pinggul
- Gangguan dalam bergerak dan penurunan produktivitas akibat patah tulang
- Postur tubuh bungkuk dan tinggi badan yang berkurang
Pencegahan Osteopenia
Osteopenia merupakan tahap awal pengeroposan tulang yang bisa terjadi secara alami. Namun, beberapa hal bisa dilakukan untuk memperlambat proses ini guna mencegah osteoporosis.
Pada dasarnya, cara untuk mencegah osteopenia maupun osteoporosis adalah dengan melakukan berbagai hal untuk menjaga kepadatan dan kekuatan tulang, seperti:
- Mengonsumsi makanan tinggi kalsium dan vitamin D, atau mengonsumsi suplemen bila perlu
- Berjemur di bawah sinar matahari selama 15–20 menit, paling tidak 3 kali dalam seminggu
- Berolahraga secara rutin, termasuk latihan beban
- Menjalani kontrol kesehatan secara berkala, jika sedang menderita penyakit atau menggunakan obat yang berisiko menyebabkan tulang keropos
- Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan berhenti merokok
- Tidak mengonsumsi obat tanpa saran dokter, terutama obat kortikosteroid
Khusus untuk lansia, disarankan untuk berolahraga secara rutin untuk memperkuat otot serta menjaga keseimbangan tubuh. Beberapa jenis olahraga yang cocok untuk lansia adalah berjalan, berenang, bersepeda, dan yoga.
Selain itu, untuk wanita yang sudah menopause, pencegahan bisa dilakukan dengan menjalani kontrol kesehatan secara berkala ke dokter. Bila diperlukan, dokter dapat menyarankan terapi penggantian hormon untuk mencegah osteoporosis pada penderita osteopenia.