Remifentanil adalah obat antinyeri yang digunakan untuk memulai dan memelihara proses anestesi (pembiusan). Sebagai bagian dari proses anestesi, obat ini akan digunakan bersama obat-obatan lain, seperti propofol, midazolam, atau thiopenthal.

Remifentanil merupakan obat antinyeri golongan opioid yang bekerja dengan cara menghambat aliran sinyal rasa sakit di otak yang selanjutnya akan memengaruhi respons tubuh terhadap rasa nyeri.  Remifentanil akan diberikan oleh dokter atau petugas medis di rumah sakit. Obat ini tersedia dalam bentuk sediaan suntik 1 mg, 2 mg, dan 5 mg.

Remifentanil - Alodokter

Merek dagang remifentanil: Remikaf

Apa Itu Remifentanil

Golongan Obat resep
Kategori Antinyeri golongan opioid
Manfaat Sebagai obat antinyeri dalam proses anestesi (bius)
Digunakan oleh Dewasa dan lansia
Remifentanil untuk ibu hamil dan menyusui Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Remifentanil belum diketahui terserap ke dalam ASI atau tidak. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.

Bentuk obat Suntik

Peringatan sebelum Menggunakan Remifentanil

Remifentanil hanya boleh digunakan di rumah sakit dan akan diberikan langsung oleh dokter. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum penggunaan remifentanil:

  • Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Remifentanil tidak boleh diberikan kepada pasien yang alergi terhadap obat ini atau fentanil.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang atau baru saja menjalani pengobatan dengan obat monoamine oxidase inhibitors (MAOI), seperti selegiline. Remifentanil tidak boleh diberikan kepada pasien yang sedang atau baru saja menjalani pengobatan dengan obat tersebut.
  • Remifentanil akan diberikan di rumah sakit, ikuti anjuran dokter sebelum, selama, dan sesudah penyuntikan. Pemantauan terhadap kondisi pasien akan dilakukan secara berkala.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah menyalahgunakan NAPZA atau kecanduan alkohol.
  • Beri tahu dokter jika Anda menderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, sleep apnea, penyakit jantung, bradikardia, tekanan darah rendah, pembesaran kelenjar prostat jinak (BPH), radang pankreas, penyakit tiroid, kejang, penyakit liver, atau penyakit ginjal.
  • Beri tahu dokter jika Anda menderita kondisi yang bisa meningkatkan tekanan intrakranial, seperti tumor otak atau cedera kepala.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat, suplemen, atau produk herbal tertentu.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
  • Segera beri tahu dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat, efek samping yang lebih serius, atau overdosis setelah penyuntikan remifentanil.

Dosis dan Aturan Pakai Remifentanil

Remifentanil akan diberikan oleh dokter. Dosisnya akan ditentukan sesuai kondisi dan tujuan penggunaan obat. Secara umum, berikut ini adalah dosis remifentanil sebagai obat antinyeri untuk induksi dan pemeliharaan anestesi umum:

  • Dosis awal sebelum intubasi 1mcg/kg/BB. Dosis untuk induksi anestesi sebanyak 0,5–1 mcg/kgBB per menit.
  • Dosis pemeliharaan selama anestesi umum 0,25–0,5 mcg/kgBB per menit.
  • Dosis tambahan untuk menambah efek antinyeri selama anestesi bisa diberikan 0,5–1 mcg/kgBB setiap 2–5 menit.

Untuk pasien lansia, remifentanil akan diberikan mulai dosis terendah, kemudian dosis dapat ditambahkan jika diperlukan.

Cara Menggunakan Remifentanil dengan Benar

Remifentanil suntik akan diberikan oleh dokter atau tenaga medis di bawah pengawasan dokter di rumah sakit. Remifentanil akan disuntikkan secara langsung melalui pembuluh darah vena (intravena/IV).

Dokter akan memantau pernapasan, tekanan darah, kadar oksigen, dan fungsi ginjal pasien selama penggunaan remifentanil.  Ikuti semua anjuran dokter sebelum, selama, atau sesudah penyuntikan remifentanil agar efektivitas pengobatan maksimal.

Interaksi Remifentanil dengan Obat Lain

Berikut ini adalah sejumlah interaksi yang mungkin terjadi apabila menggunakan remifentanil bersamaan dengan obat lain:

  • Peningkatan risiko terjadinya hipotensi, sedasi berat, depresi pernapasan, koma, bahkan kematian jika digunakan bersama benzodiazepine, obat penenang, antipsikotik, obat penghambat neuromuskular, atau antisiolitik
  • Peningkatan risiko terjadinya sindrom serotonin jika digunakan dengan obat golongan antidepresan, seperti monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) atau selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)
  • Penurunan efektivitas remifentanil, bahkan memicu gejala putus obat jika digunakan bersama obat antinyeri golongan opioid lainnya, seperti butorphanol, nalbuphine, atau buprenorphine.

Efek Samping dan Bahaya Remifentanil

Beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah menggunakan remifentanil adalah:

  • Napas melambat
  • Detak jantung melambat atau tidak teratur
  • Mual atau muntah
  • Tekanan darah rendah atau justru meningkat
  • Gemetar
  • Pusing atau lelah yang berat
  • Otot terasa kaku
  • Tekanan darah rendah
  • Gangguan pada saluran empedu

Dokter akan memantau kondisi Anda sebelum, selama, dan sesudah penyuntikan remifentanil. Laporkan ke dokter jika efek samping masih terus berlanjut atau terjadi reaksi alergi obat setelah penggunaan remifentanil.