Ethambutol bermanfaat untuk mengatasi tuberkulosis (TBC). Obat ini biasanya dikombinasikan dengan beberapa antibiotik lain, seperti rifampicin dan isoniazid, untuk menghentikan pertumbuhan bakteri penyebab tuberkulosis.

Ethambutol perlu dikonsumsi secara rutin untuk mencegah terjadinya kekebalan bakteri Mycobacterium tuberculosis terhadap obat ini.

ethambutol-alodokter

Merek dagang ethambutol: Arsitam, Ethambutol HCl, Ethambutol, Ethambutol Hydrochloride, Erabutol Plus, Kalbutol, Lilung 500, Metham, Rizatol, Pro TB 4, Pulna Forte, Rifastar, Santibi, Santibi Plus, Tibitol

Apa Itu Ethambutol

Golongan Obat resep
Kategori Antibiotik, antituberkulosis
Manfaat Mengobati tuberkulosis
Dikonsumsi oleh Anak-anak dan dewasa
Ethambutol untuk ibu hamil dan Menyusui Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.

Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Ethambutol dapat terserap ke dalam ASI. Bila Anda sedang menyusui, konsultasikan penggunaan ethambutol dengan dokter untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan.

Bentuk obat Tablet dan kaplet

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Ethambutol

Ethambutol tidak boleh dikonsumsi sembarangan. Perhatikan beberapa hal berikut sebelum mengonsumsi ethambutol:

  • Jangan mengonsumsi ethambutol jika Anda alergi terhadap obat ini.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit ginjal, penyakit asam urat (gout), penyakit liver, atau gangguan penglihatan, seperti retinopati diabetik, katarak, uveitis, dan neuritis optik.
  • Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan dengan ethambutol, karena bisa meningkatkan risiko terjadinya efek samping pada hati.
  • Beri tahu dokter jika Anda kecanduan minuman beralkohol atau merasa kesulitan untuk menghentikan kebiasaan minum alkohol.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang menjalani pengobatan dengan ethambutol sebelum menjalani vaksinasi, karena obat ini dapat mengurangi efektivitas vaksin bakteri hidup.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen, atau produk herbal, untuk mengantisipasi interaksi antarobat.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
  • Segera ke dokter jika Anda mengalami efek samping serius atau reaksi alergi obat setelah mengonsumsi

Dosis dan Aturan Pakai Ethambutol

Ethambutol yang digunakan untuk pengobatan dan pencegahan tuberkulosis akan dikombinasikan dengan antituberkulosis lain, misalnya isoniazid, pyrazinamide, atau rifampicin. Kombinasi obat ini dapat diberikan dalam bentuk terpisah per obatnya atau dicampur.

Untuk ethambutol sendiri, dosis umum yang biasa diberikan adalah:

  • Dewasa: 15 mg/kg berat badan (BB) 1 kali sehari, setiap hari selama 2 bulan. Dosis alternatif: 30 mg/kgBB, 3 kali per minggu selama 2 bulan.
  • Anak-anak: 20 mg/kgBB 1 kali sehari, setiap hari selama 2 bulan. Dosis untuk pencegahan tuberkulosis adalah 15-25 mg/kgBB 1 kali sehari, dikombinasikan dengan levofloxacin, selama 6 bulan.

Cara Menggunakan Ethambutol dengan Benar

Selalu ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang terdapat pada kemasan obat sebelum mengonsumsi ethambutol. Jangan mengurangi atau menambah dosis yang dikonsumsi kecuali atas petunjuk dari dokter.

Dosis pengobatan pasien ditentukan berdasarkan kondisi, umur, berat badan, dan respons tubuh terhadap obat. Ethambutol sebaiknya dikonsumsi bersama makanan atau segera sesudah makan.  Pastikan Anda selalu mengonsumsi ethambutol secara teratur sesuai dengan instruksi yang diberikan.

Jika Anda mengonsumsi ethambutol setiap hari, konsumsi obat ini pada waktu yang sama setiap harinya agar pengobatan lebih efektif. Jika Anda mengonsumsi ethambutol 3 kali per minggu, disarankan untuk mengonsumsinya pada hari dan waktu yang sama pula per minggunya.

Jika Anda lupa mengonsumsi ethambutol, segera konsumsi dosis yang terlupa apabila jeda dengan waktu konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis selanjutnya. Beri tahu dokter jika Anda sering lupa mengonsumsi obat ini.

Jangan berhenti menggunakan ethambutol lebih cepat dari waktu yang ditentukan dokter walaupun keluhan yang Anda rasakan sudah hilang sepenuhnya. Penghentian obat tuberkulosis secara dini dapat menyebabkan bakteri tuberkulosis kebal terhadap obat. Akibatnya, tuberkulosis bisa kambuh dan lebih sulit diobati.

Selama menjalani pengobatan tuberkulosis, lakukan pemeriksakan ke dokter sesuai jadwal yang ditentukan. Pada saat kontrol, dokter akan memantau perkembangan kondisi Anda dan mungkin menyesuaikan dosis obat yang tepat.

Selain itu, Anda juga masih bisa menularkan tuberkulosis meskipun sudah dalam masa pengobatan. Oleh karena itu, tetaplah disiplin dalam menerapkan protokol pencegahan tuberkulosis, baik di rumah maupun di luar rumah.

Simpan ethambutol di dalam wadah tertutup pada suhu ruangan, di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari, serta jauhkan ethambutol dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Ethambutol dengan Obat Lain

Beberapa efek interaksi yang dapat terjadi jika ethambutol digunakan bersamaan dengan obat-obatan tertentu, antara lain:

Jika Anda perlu mengonsumsi antasida selama masa pengobatan dengan ethambutol, pastikan beri jarak setidaknya 4 jam antarkonsumsi obat guna menghindari penurunan efektivitas ethambutol.

Efek Samping dan Bahaya Ethambutol

Beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah mengonsumsi ethambutol antara lain:

Hubungi dokter jika efek samping tersebut tidak kunjung membaik atau makin parah.

Ethambutol dapat menimbulkan efek samping serius berupa gangguan penglihatan. Hentikan penggunaan ethambutol dan segera ke dokter jika mengalami gangguan penglihatan, seperti:

  • Buta mendadak
  • Buta pada salah satu mata selama 1 jam atau lebih
  • Kesulitan melihat warna (buta warna)
  • Penglihatan buram atau sulit memfokuskan penglihatan
  • Mata lebih sensitif terhadap cahaya
  • Mata terasa nyeri saat digerakkan
  • Nyeri di belakang mata

Anda juga harus segera ke dokter jika mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius, seperti:

  • Linglung atau halusinasi
  • Tubuh mudah memar atau berdarah
  • Nyeri dada atau sesak napas
  • Jumlah urine berkurang
  • Muncul gejala batuk yang baru atau perburukan batuk yang sudah ada, disertai dengan demam dan sesak napas
  • Demam, sariawan, luka di kulit, pembengkakan kelenjar getah bening, gejala flu, dan rasa tidak enak badan
  • Kerusakan saraf, yang dapat ditandai dengan kebas atau kesemutan di tangan atau kaki
  • Gangguan hati, yang bisa ditandai dengan penyakit kuning, urine berwarna gelap, feses berwarna pucat seperti tanah liat, dan sakit di perut bagian atas