Everolimus adalah obat untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh setelah transplantasi organ. Selain itu, obat ini juga digunakan untuk menangani berbagai jenis kanker, termasuk kanker payudara, kanker ginjal, advanced neuroendocrine tumors, atau subependymal giant cell astrocytoma.

Everolimus bekerja dengan cara menghambat mammalian target of rapamycin (mTOR), yaitu enzim yang berperan penting dalam mengontrol pertumbuhan dan perkembangan sel. Oleh karena itu, obat ini bisa bekerja sebagai imunosupresan untuk mencegah reaksi penolakan setelah proses tranplantasi organ dan menghambat perkembangan sel kanker.

Everolimus - Alodokter

Sebagai obat untuk mencegah reaksi penolakan organ pascatransplantasi, everolimus bisa dikombinasikan dengan obat imunosupresan lain, seperti ciclosporin atau tacrolimus.

Merek dagang everolimus: Afinitor, Certican

Apa Itu Everolimus

Golongan Obat resep
Kategori Obat imunosupresan
Manfaat Mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh setelah transplantasi organ dan mengobati kanker
Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak
Everolimus untuk ibu hamil dan menyusui Kategori D: Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam nyawa.

Belum diketahui apakah everolimus bisa terserap ke dalam ASI atau tidak. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.

Bentuk obat Tablet

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Everolimus

Everolimus hanya boleh dikonsumsi sesuai resep dokter. Berikut adalah beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum mengonsumsi everolimus:

  • Jangan menggunakan everolimus jika Anda alergi terhadap obat ini. Beri tahu dokter jika Anda alergi terhadapt sirolimus atau temsirolimus.
  • Beri tahu dokter jika Anda menderita diabetes, kolesterol tinggi, atau penyakit infeksi.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita intoleransi laktosa, penyakit hati, penyakit ginjal, atau pernah menjalani transplantasi jantung.
  • Hindari kontak erat dengan penderita penyakit infeksi yang mudah menular, seperti flu atau campak, selama menjalani pengobatan dengan everolimus, karena obat ini bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh.
  • Beri tahu dokter jika Anda berencana untuk melakukan vaksinasi selama menjalani pengobatan dengan everolimus. Obat ini dapat memengaruhi efektivitas vaksin.
  • Sebisa mungkin, batasi atau hindari paparan sinar matahari secara langsung dan selalu gunakan tabir surya saat beraktivitas di luar ruangan, karena everolimus dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker kulit.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan. Gunakan alat kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan selama menjalani pengobatan dengan everolimus.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat, suplemen, atau produk herbal tertentu.
  • Beri tahu dokter bahwa Anda sedang mengonsumsi everolimus jika Anda berencana untuk menjalani tindakan medis tertentu, seperti operasi atau operasi gigi.
  • Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat, efek samping serius, atau overdosis setelah mengonsumsi everolimus.

Dosis dan Aturan Pakai Everolimus

Dokter akan menentukan dosis everolimus berdasarkan kondisi, usia, dan respons tubuh pasien terhadap obat. Berikut adalah dosis everolimus berdasarkan tujuan penggunaannya:

Tujuan: Mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh setelah transplantasi ginjal atau jantung

  • Dewasa: Dosis awal 0,75 mg, 2 kali sehari. Pengobatan diberikan segera setelah transplantasi.

Tujuan: Mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh setelah transplantasi hati

  • Dewasa: Dosis awal 1 mg, 2 kali sehari selama 12 bulan. Pengobatan diberikan 30 hari setelah transplantasi.

Tujuan: Mengobati kanker ginjal, kanker payudara, advanced neuroendocrine tumors, atau angiomyolipoma ginjal terkait dengan tuberous sclerosis complex (TSC)

  • Dewasa: 10 mg, 1 kali sehari.

Tujuan: Mengobati subependymal giant cell astrocytoma (SEGA) terkait dengan tuberous sclerosis complex (TSC)

  • Dewasa: 4,5 mg/m2, 1 kali sehari.
  • Anak-anak usia 1tahun: 4,5 mg/m2, 1 kali sehari.

Tujuan: Mengobati kejang onset parsial yang terkait dengan tuberous sclerosis complex (TSC)

  • Dewasa: 5 mg/m2, 1 kali sehari.
  • Anak-anak usia 2 tahun: 5 mg/m2, 1 kali sehari.

Cara Mengonsumsi Everolimus dengan Benar

Konsumsi everolimus sesuai anjuran dokter dan baca petunjuk penggunaan yang ada di kemasan obat sebelum mengonsumsi obat. Jangan mengubah dosis tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.

Konsumsi everolimus secara teratur pada waktu yang sama tiap harinya. Everolimus dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Telan obat secara utuh dengan bantuan segelas air putih. Jangan mengunyah atau menghancurkannya.

Jika Anda mengalami kesulitan menelan tablet, Anda bisa mencampurkan tablet dispersible everolimus ke dalam segelas air sebelum dikonsumsi.

Jika lupa mengonsumsi everolimus, segera konsumsi jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya belum terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.

Pastikan untuk melakukan kontrol sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh dokter. Selama menjalani pengobatan dengan everolimus, Anda mungkin akan diminta untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah, darah lengkap, atau pemeriksaan indikator faktor pembekuan darah, seperti INR, secara rutin.

Hindari makan atau minum jus grapefruit selama mengonsumsi everolimus, karena bisa meningkatkan risiko terjadinya efek samping.

Simpan everolimus pada suhu ruangan dan letakkan di dalam wadah tertutup. Hindarkan obat dari paparan sinar matahari langsung dan jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Everolimus dengan Obat Lain

Ada beberapa efek interaksi obat yang dapat terjadi bila everolimus digunakan bersama obat tertentu, yaitu:

  • Penurunan efektivitas vaksin atau justru peningkatan risiko terjadinya infeksi jika digunakan bersama vaksin BCG, vaksin influenza, atau vaksin campak
  • Peningkatan risiko terjadinya angioedema jika digunakan bersama ACE inhibitor, seperti ramipril
  • Peningkatan risiko terjadinya sindrom rhabdomyolysis pada pasien transplantasi jika digunakan bersama simvastatin, lovastatin, atau fibrat
  • Peningkatan kadar everolimus di dalam darah jika digunakan dengan ketoconazole, erythromycin, ritonavir, nefazodone, imatinib, verapamil, diltiazem, atau dronedarone
  • Penurunan efektivitas everolimus jika digunakan bersama rifampicin, dexamethason, carbamazepine, phenobarbital, phenytoin, efavirenz, atau nevirapine
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping jika digunakan bersama pimoxide, erfenadine, astemizole, cisapride, quinidine, atau obat golongan ergot alkaloids
  • Peningkatan kadar midazolam atau octreotide dalam darah
  • Peningkatan risiko terjadinya gangguan ginjal, sindrom uremik hemolitik, atau thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP) jika digunakan dengan ciclosporin atau tacrolimus
  • Peningkatan risiko terjadinya infeksi serius jika digunakan bersama thymoglobulin

Efek Samping dan Bahaya Everolimus

Beberapa efek samping yang umum terjadi setelah mengonsumsi everolimus adalah:

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping di atas tidak kunjung mereda. Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat yang ditandai dengan munculnya ruam yang gatal dan bengkak, mata dan bibir yang membengkak, atau kesulitan bernapas.

Selain itu, Anda juga harus segera ke dokter jika mengalami efek samping yang lebih serius, seperti:

  • Penyakit paru, yang bisa ditandai dengan gejala berupa batuk, sesak atau sulit bernapas, mengi, atau rasa nyeri di dada
  • Penyakit infeksi, yang bisa ditandai dengan gejala berupa demam, menggigil, atau muncul ruam di kulit
  • Pembengkakan pada tangan, pergelangan kaki, atau kaki
  • Luka sulit sembuh
  • Penurunan gairah seksual pada pria
  • Mudah memar atau perdarahan yang tidak biasa