Prediabetes adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah sudah melebihi batas normal, tetapi tidak setinggi pada penderita diabetes tipe 2. Namun, kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2 jika penderita tidak segera mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat.

Prediabetes umumnya tidak menimbulkan gejala dan biasanya baru terdeteksi ketika penderitanya menjalani pemeriksaan kesehatan rutin (medical check-up). Akan tetapi, kondisi ini justru tergolong penyakit yang serius, karena dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2 jika tidak segera ditangani.

Prediabetes - alodokter

Penyebab Prediabetes

Glukosa adalah karbohidrat sederhana yang dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi. Sebagian besar glukosa di dalam tubuh berasal dari makanan.

Agar glukosa bisa diolah menjadi energi, tubuh membutuhkan bantuan hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas. Namun, pada penderita prediabetes, proses tersebut terganggu. Gangguan ini bisa terjadi karena pankreas tidak menghasikan insulin dalam jumlah yang cukup, atau akibat resistensi insulin.

Kondisi di atas membuat glukosa yang seharusnya masuk ke sel tubuh untuk diolah menjadi energi justru menumpuk di aliran darah. Jika kondisi ini terus berlanjut, kadar gula dalam darah akan meningkat sehingga penderita prediabetes dapat terserang diabetes tipe 2.

Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan kondisi tersebut. Namun, ada dugaan bahwa prediabetes merupakan penyakit yang diturunkan dari orang tua. Selain itu, jarang beraktivitas fisik dan memiliki berat badan berlebih juga diduga terkait dengan munculnya prediabetes.

Faktor risiko prediabetes

Prediabetes dapat dialami oleh siapa saja. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang menderita prediabetes, yaitu:

  • Berusia di atas 45 tahun
  • Memiliki keluarga dengan riwayat prediabetes atau diabetes
  • Menderita berat badan berlebih, hipertensi, kolesterol tinggi, sleep apnea, atau PCOS
  • Menderita diabetes saat kehamilan (diabetes gestasional)
  • Mengonsumsi terlalu banyak minuman manis dan bersoda, makanan kemasan, serta daging merah
  • Memiliki kebiasaan merokok
  • Tidak banyak berolahraga atau melakukan aktivitas fisik

Gejala Prediabetes

Prediabetes umumnya tidak menunjukkan gejala tertentu. Namun, agar lebih waspada, orang yang kadar gula darahnya melebihi batas normal harus mengetahui gejala diabetes tipe 2, yaitu:

  • Mudah lelah
  • Penglihatan kabur
  • Lebih sering buang air kecil
  • Sering merasa haus dan lapar
  • Luka tidak kunjung sembuh
  • Sering kesemutan di telapak tangan atau kaki

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan gula darah secara rutin ke dokter jika Anda termasuk orang yang berisiko tinggi mengalami prediabetes. Pemeriksaan sejak dini perlu dilakukan agar penanganan bisa segera diberikan. Dengan begitu, risiko terjadinya diabetes tipe 2 dapat dicegah.

Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar gula darah puasa Anda mencapai 100 mg/dL atau lebih, terlebih setelah beberapa kali pemeriksaan, segera ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan.

Diagnosis Prediabetes

Untuk mendiagnosis prediabetes, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala yang dialami, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

Ada tiga tes darah yang dapat dilakukan oleh dokter untuk mengetahui apakah pasien menderita prediabetes atau diabetes tipe 2. Tes darah tersebut meliputi:

Tes gula darah puasa (GDP)

Tes ini bertujuan untuk memeriksa kadar gula darah dalam keadaan perut kosong. Sebelum tes dilakukan, pasien akan diminta untuk puasa terlebih dahulu selama 8 jam.

Kadar gula darah pasien dinilai normal jika hasil tes menunjukkan angka di bawah 100 mg/dL Sedangkan bila kadarnya berkisar antara 100–125 mg/dL, maka pasien dianggap sudah mengalami prediabetes. Sementara jika kadar gula darah mencapai 126 mg/dL atau lebih, berarti pasien sudah menderita diabetes tipe 2.

Tes toleransi glukosa oral

Setelah pasien menjalani tes gula darah puasa, pasien akan diminta untuk mengonsumsi minuman gula khusus dan kembali menjalani tes gula darah setelah 2 jam meminum larutan gula tersebut.

Kadar gula darah dapat dikatakan normal jika hasil tes menunjukkan kurang dari 140 mg/dL. Pasien baru dianggap mengalami prediabetes jika hasil tes menunjukkan angka 140–199 mg/dL. Sedangkan bila hasil tes menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih, maka pasien sudah menderita diabetes tipe 2.

Tes hemoglobin A1c (HbA1c)

Tes darah ini bertujuan untuk mengetahui kadar rata-rata gula darah dalam 3 bulan terakhir. Tes ini dilakukan dengan mengukur persentase gula darah yang melekat pada hemoglobin, yaitu protein pembawa oksigen yang ada dalam sel darah merah.

Hasil tes dapat dikatakan normal jika kadar HbA1c berada di bawah 5,7%. Pasien baru dianggap memasuki kondisi prediabetes jika kadar HbA1c berada pada kisaran 5,7–6,4%, dan dianggap menderita diabetes tipe 2 jika kadar HbA1c mencapai 6,5% atau lebih.

Tes estimasi glukosa rata-rata

Tes estimasi glukosa rata-rata (eAG) juga bisa dilakukan guna mengetahui nilai rata-rata gula darah dengan lebih akurat. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah seseorang menderita prediabetes atau tidak.

Pengobatan Prediabetes

Jika penderita prediabetes berisiko tinggi mengalami diabetes tipe 2, dokter dapat meresepkan obat metformin untuk menurunkan kadar gula dalam darah. Dokter juga dapat meresepkan obat untuk mengontrol tekanan darah atau kolesterol jika terdapat penyakit penyerta, seperti hipertensi atau kolesterol tinggi.

Selain pemberian obat, dokter akan menyarankan pasien untuk mengubah gaya hidupnya, seperti menjalani pola makan yang sehat, mengikuti program penurunan berat badan, menghentikan kebiasaan merokok, dan meningkatkan aktivitas fisik.

Komplikasi Prediabetes

Jika tidak segera ditangani, prediabetes bisa berkembang menjadi diabetes tipe 2 dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan lain, seperti:

Pencegahan Prediabetes

Prediabetes dapat dicegah dengan menjalani gaya hidup yang sehat. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah: