Voltaren adalah obat berbahan aktif diclofenac untuk meringankan keluhan nyeri, kaku, dan bengkak di persendian. Obat radang sendi ini biasanya ditujukan bagi penderita osteoarthritis, rheumatoid arthritis, penyakit asam urat, atau ankylosing spondylitis.

Kandungan diclofenac pada Voltaren bekerja dengan cara menghambat produksi zat pemicu timbulnya peradangan saat jaringan tubuh rusak atau cedera. Dengan begitu, keluhan nyeri, kaku, atau bengkak akibat radang sendi dapat mereda.

Voltaren

Voltaren juga digunakan untuk meringankan keluhan nyeri ringan hingga sedang, termasuk sakit gigi, sakit pinggang, nyeri haid, migrain, nyeri akibat terkilir atau cedera, dan nyeri pascaoperasi

Produk Voltaren

Voltaren tersedia dalam 4 varian produk, yaitu:

Apa Itu Voltaren

Bahan aktif Diclofenac sodium
Golongan Obat resep
Kategori Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
Manfaat Meredakan nyeri dan peradangan, seperti radang sendi
Digunakan oleh Dewasa
Voltaren untuk ibu hamil Usia kehamilan <20 minggu
Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping diclofenac terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil.
Obat ini hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Usia kehamilan ≥20 minggu
Kategori D: Ada bukti bahwa diclofenac berisiko terhadap janin manusia. Namun, obat dalam kategori ini masih mungkin digunakan ketika manfaat yang diperoleh lebih besar daripada risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam nyawa.
Voltaren untuk ibu menyusui Produk diclofenac, seperti Voltaren, umumnya aman untuk ibu menyusui selama digunakan sesuai anjuran dokter. Namun, tanyakan kepada dokter mengenai pilihan obat lain jika Anda sedang menyusui bayi baru lahir atau bayi prematur.
Bentuk obat Tablet dan suntik

Peringatan sebelum Menggunakan Voltaren

Berikut ini beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum menggunakan Voltaren:

  • Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Voltaren tidak boleh digunakan oleh orang yang alergi terhadap diclofenac.
  • Hindari penggunaan Voltaren jika Anda pernah mengalami serangan asma atau reaksi alergi berat setelah menggunakan aspirin atau obat lain dari kelompok OAINS, seperti ibuprofen, atau naproxen.
  • Jangan mengonsumsi obat nyeri berbahan diclofenac jika Anda menderita tukak lambung, gagal ginjal, perdarahan saluran pencernaan, atau gagal hati.
  • Pastikan untuk memberitahu dokter jika Anda berencana atau baru-baru ini menjalani operasi bypass jantung. Voltaren tidak boleh digunakan oleh pasien dengan kondisi tersebut.
  • Beri tahu dokter jika Anda menderita maupun penyakit jantung maupun stroke, atau kondisi lain yang bisa menyebabkan penyakit tersebut, termasuk hiperlipidemia, kebiasaan merokok, diabetes, atau hipertensi. Informasikan juga dokter jika Anda baru-baru ini mengalami serangan jantung.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita heartburn berulang, penyakit liver, penyakit ginjal, lupus, polip hidung, edema, epilepsi, porfiria, penyakit jantung, kelainan darah, atau gangguan pembekuan darah, seperti hemofilia.
  • Informasikan kepada dokter jika Anda sedang menderita radang usus, seperti Crohn's disease atau kolitis ulseratif.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau sedang merencanakan kehamilan.
  • Mintalah saran dokter mengenai penggunaan Voltaren jika Anda sedang menjalani terapi dengan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal. Tujuannya adalah untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan.
  • Hindari konsumsi minuman beralkohol selama menggunakan Voltaren agar tidak terjadi perdarahan saluran cerna.
  • Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius setelah menggunakan Voltaren.

Dosis dan Aturan Pakai Voltaren

Berikut ini adalah dosis Voltaren berdasarkan varian obatnya:

Voltaren tablet

Kondisi: Nyeri dan peradangan

  • Dosis: 25 mg (1 tablet), 3 kali sehari atau 50 mg (2 tablet), 2–3 kali sehari. Dosis maksimal 150 mg per hari. 

Kondisi: Nyeri haid

  • Dosis: 50–100 mg (2–4 tablet) dikonsumsi saat nyeri haid pertama muncul. Dosis perawatan maksimal 200 mg per hari, dapat dibagi menjadi 2–3 kali pemberian.

Voltaren SR

Kondisi: Nyeri dan peradangan

  • Dosis: 75 mg (1 tablet), 1 kali sehari.

Voltaren Retard

Kondisi: Nyeri dan peradangan

  • Dosis: 100 mg (1 tablet), 1 kali sehari.

Voltaren suntik

Dosis Voltaren suntik akan ditentukan oleh dokter sesuai dengan kondisi pasien.

Cara Menggunakan Voltaren dengan Benar

Gunakanlah Voltaren tablet sesuai anjuran dokter dan petunjuk pada kemasannya. Jangan mengubah dosis yang dianjurkan tanpa sepengetahuan dokter.

Perhatikan cara menggunakan Voltaren sediaan tablet berikut agar manfaat obat bisa dirasakan maksimal:

  • Konsumsilah Voltaren sediaan tablet pada waktu makan atau segera setelah makan guna mencegah timbulnya sakit perut. Voltaren tablet juga bisa dikonsumsi kapan saja sebelum makan. 
  • Telan Voltaren dengan air putih.
  • Jangan membelah, mengunyah, atau menggerus tablet, kecuali jika dianjurkan dokter.
  • Jangan langsung berbaring setelah mengonsumsi Voltaren tablet. Tunggu setidaknya 10 menit jika Anda ingin berbaring setelah minum obat ini.
  • Jika Anda lupa menggunakan Voltaren tablet, segera minum obat ini begitu teringat. Namun, bila jadwal konsumsi berikutnya sudah dekat, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis.
  • Hentikan konsumsi Voltaren tablet jika keluhan nyeri sudah membaik. Jangan menggunakan Voltaren dalam jangka panjang, kecuali jika disarankan oleh dokter.
  • Simpan Voltaren di tempat bersuhu ruangan, kering, dan terhindar dari sinar matahari langsung. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.
  • Jangan konsumsi Voltaren tablet yang sudah melewati tanggal kedaluwarsa.

Voltaren sediaan suntik hanya boleh diberikan oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter. Voltaren suntik akan diberikan melalui suntikan ke dalam pembuluh darah (intravena/IV) atau otot (intramuskular/IM). Ikuti instruksi dokter selama menjalani pengobatan dengan Voltaren suntik.

Interaksi Voltaren dengan Obat Lain

Mengingat Voltaren mengandung diclofenac sodium, interaksi yang bisa terjadi jika produk ini digunakan secara bersamaan dengan obat lain adalah:

  • Peningkatan risiko terjadinya perdarahan, termasuk perdarahan di saluran pencernaan, jika digunakan bersama dengan OAINS lain, obat antikoagulan, kortikosteroid, atau antidepresan SSRI
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping dari lithium, digoxin, methorexate, atau fenitoin
  • Penurunan efektivitas diuretik dan obat antihipertensi, seperti captopril, amlodipine, dan candesartan, dalam menurunkan tekanan darah.
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping pada ginjal jika digunakan dengan diuretik atau ACE inhibitor
  • Peningkatan risiko terjadinya hiperkalemia jika digunakan dengan diuretik hemat kalium, tacrolimus, atau trimethoprim
  • Peningkatan risiko terjadinya kejang jika digunakan bersama dengan antibiotik quinolone

Agar terhindar dari efek interaksi yang tidak diinginkan, beri tahu dokter jika hendak menggunakan obat lain bersama Voltaren.

Efek Samping dan Bahaya Voltaren

Berdasarkan kandungannya, efek samping yang bisa muncul akibat penggunaan Voltaren sediaan tablet atau suntik adalah:

  • Mual atau muntah
  • Perut kembung
  • Sakit maag
  • Sakit perut
  • Diare atau malah sembelit
  • Kantuk
  • Pusing atau sakit kepala
  • Gatal-gatal
  • Hidung tersumbat
  • Berkeringat lebih banyak
  • Tekanan darah meningkat
  • Nyeri atau bengkak di tangan atau kaki

Beri tahu dokter jika efek samping yang muncul tidak mereda atau justru bertambah berat. Untuk memastikan kondisi dan mendapatkan penanganan awal yang cepat, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter melalui Chat Bersama Dokter.

Segera ke IGD rumah sakit terdekat jika penggunaan Voltaren menimbulkan reaksi alergi obat atau efek samping serius, termasuk:

  • Perdarahan saluran cerna, yang gejalanya meliputi muntah darah, muntah hitam seperti ampas kopi, batuk darah, BAB berdarah, atau tinja berwarna hitam
  • Mudah memar atau mimisan
  • Pusing berat seperti akan pingsan
  • Sakit kepala parah yang muncul mendadak, lumpuh sebelah badan
  • Nyeri dada sebelah kiri seperti tertekan atau tertindih, yang dapat menjalar ke daerah leher, rahang, lengan, atau punggung
  • Tubuh bengkak (edema), berat badan naik drastis, sesak napas atau kesulitan bernapas meski sedang berbaring
  • Gejala krisis hipertensi, antara lain sakit kepala yang sangat berat, nyeri dada, linglung, cemas yang parah, telinga berdenging (tinnitus), atau penglihatan kabur
  • Gejala gangguan liver, seperti nyeri berat di perut sebelah kanan atas, urine berwarna gelap, tinja berwana pucat seperti dempul, atau warna kulit dan bagian putih mata menguning (penyakit kuning)
  • Gejala gangguan ginjal, antara lain urine yang keluar makin sedikit, tidak bisa buang air kecil sama sekali, atau bengkak di tungkai maupun kaki