Koma adalah tingkatan paling dalam ketika seseorang tidak sadarkan diri. Orang yang mengalami koma tidak dapat merespons terhadap situasi di sekitarnya sama sekali.  

Penderita koma tidak akan melakukan gerakan, mengeluarkan suara, apalagi membuka mata, meskipun sudah dicubit. Berbeda dengan pingsan yang hanya terjadi sementara, hilang kesadaran pada penderita koma terjadi dalam waktu yang lama.

koma-alodokter

Koma terjadi akibat kerusakan di salah satu bagian otak, baik sementara maupun permanen. Penyebab kerusakan otak ini sangat beragam, seperti stroke, cedera berat di kepala, infeksi, atau tumor. Penyebab ini harus diketahui agar dokter bisa menentukan langkah pengobatannya.

Penyebab Koma

Koma terjadi akibat kerusakan di salah satu bagian otak yang mengatur kesadaran. Kerusakan tersebut dapat terjadi dalam jangka pendek atau jangka panjang.

Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan di otak dan memicu terjadinya koma, di antaranya:

Gejala Koma

Gejala utama koma adalah penurunan kesadaran yang ditandai dengan kehilangan kemampuan berpikir dan ketidakmampuan penderitanya dalam merespons situasi di sekitarnya.

Penderita koma tidak bisa bergerak, mengeluarkan suara, bahkan membuka mata, meski sudah diberi rangsangan, misalnya dicubit dengan keras. Kalaupun muncul respons, maka respons tersebut minimal, misalnya mengerang kecil ketika dicubit.

Seseorang yang mengalami koma terkadang masih dapat bernapas dan memiliki denyut jantung yang teratur. Namun, pada sebagian besar kasus, penderita koma sudah menggunakan alat bantu napas atau diberikan obat-obatan penopang denyut jantung.

Kapan harus ke dokter

Koma merupakan kondisi gawat darurat yang perlu segera ditangani oleh dokter. Kondisi ini dapat terjadi dengan seketika atau bertahap. Oleh sebab itu, segera ke dokter jika Anda mengalami kecelakaan, terutama bila ada benturan di kepala.

Selain itu, periksakan diri secara rutin ke dokter jika Anda menderita penyakit yang berisiko menimbulkan koma, misalnya diabetes.

Jika Anda melihat orang yang kesadarannya menurun atau malah tidak sadar, segera cari bantuan sambil memberikan pertolongan pertama. Beberapa langkah pertolongan pertama yang dapat dilakukan sebelum bantuan medis tiba adalah:

  • Periksa pernapasan dan denyut nadi di leher orang tersebut dan lakukan resusitasi jantung paru jika ia tidak bernapas atau denyut nadinya tidak terasa
  • Longgarkan pakaiannya
  • Jika orang tersebut mengalami perdarahan parah, tutup dan tekan area yang mengalami perdarahan agar ia tidak kehilangan banyak

Diagnosis Koma

Pada pasien yang dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri, dokter akan melakukan tindakan untuk memastikan keadaannya stabil. Setelah itu, dokter akan menilai tingkat kesadaran pasien dengan melihat apakah pasien dapat membuka mata, mengeluarkan suara, atau melakukan gerakan

Pada saat pemeriksaan, dokter akan memberikan berbagai rangsangan, seperti menyorotkan cahaya ke mata, mengetuk dan menekan bagian tubuh tertentu untuk menilai respons, serta merangsang nyeri dengan mencubit pasien.

Selanjutnya, dokter akan menilai tingkat kesadaran pasien dengan Skala Koma Glasgow (GCS). Berdasarkan skala ini, koma adalah nilai terendah dari tingkat kesadaran.

Setelah itu, dokter akan mencari tahu penyebab dari koma dan kelainan lain yang dialami pasien. Faktor yang diperiksa oleh dokter antara lain:

  • Pola napas
  • Suhu tubuh
  • Denyut jantung
  • Tekanan darah
  • Tanda-tanda cedera di kepala
  • Kondisi kulit, seperti ada tidaknya ruam dan warna kulit yang kuning, pucat, atau kebiruan

Dokter juga akan meminta keterangan dari keluarga atau orang di sekitar pasien yang mengetahui kondisinya sebelum mengalami koma. Beberapa hal yang akan ditanyakan dokter adalah:

  • Riwayat kesehatan pasien, misalnya apakah pasien pernah menderita diabetes
  • Bagaimana pasien kehilangan kesadarannya, apakah secara perlahan atau tiba-tiba
  • Gejala sebelum pasien mengalami koma, misalnya sakit kepala, kejang, atau muntah-muntah
  • Obat-obatan yang digunakan sebelum pasien koma
  • Perilaku pasien sebelum mengalami koma

Untuk memastikan penyebab koma dan menentukan metode pengobatan yang tepat, dokter perlu melakukan pemeriksaan lebih detail, antara lain:

MRI dan CT scan

Melalui pemindaian, dokter dapat melihat dengan jelas gambaran otak pasien, termasuk batang otak. Pemeriksaan melalui MRI dan CT scan dilakukan untuk mengetahui penyebab koma pada pasien.

Tes darah

Tes darah bertujuan untuk memeriksa kadar hormon tiroid, gula darah, dan elektrolit. Tujuannya adalah untuk mengetahui pemicu koma, seperti overdosis alkohol atau obat-obatan, gangguan elektrolit, keracunan karbon monoksida, gangguan metabolik (seperti diabetes), dan gangguan pada organ hati.

Elektroensefalografi (EEG)

EEG dilakukan dengan mengukur aktivitas listrik dalam otak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah koma dipicu oleh gangguan listrik di otak.

Pungsi lumbal

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengambil sampel cairan saraf tulang belakang, dengan menusuk celah di antara ruas tulang belakang. Dari sampel cairan tersebut, dokter dapat mengetahui bila ada infeksi di saraf tulang belakang atau otak yang bisa menjadi penyebab koma.

Pengobatan Koma

Penderita koma akan dirawat di ruang ICU agar kondisinya dapat terpantau secara intensif. Selama dirawat di ruang ICU, pasien akan dipasangkan alat bantu napas untuk menjaga laju pernapasannya.

Pasien juga akan dipasangkan selang makan dan infus sebagai jalan untuk memasukkan nutrisi dan obat-obatan. Selain itu, dokter juga akan memasang monitor denyut jantung dan kateter urine.

Selain terapi yang sifatnya pendukung seperti di atas, dokter juga akan melakukan tindakan untuk mengatasi penyebabnya. Dokter akan memberikan antibiotik jika koma terjadi akibat infeksi di otak. Infus gula juga bisa diberikan untuk mengatasi hipoglikemia.

Guna mengurangi pembengkakan di otak, dokter akan melakukan prosedur operasi. Sedangkan jika terjadi kejang, dokter akan memberikan obat antikejang.

Peluang kesembuhan pasien tergantung pada keparahan penyebab dan respons pasien terhadap pengobatan. Dokter tidak dapat memprediksi kapan pasien sadar dari koma. Namun, makin lama koma berlangsung, peluang pasien untuk sadar umumnya juga makin kecil.

Pulih dari koma

Pulihnya kesadaran orang yang mengalami koma biasanya terjadi secara bertahap. Ada sebagian penderita yang dapat sembuh total dari koma tanpa mengalami cacat sedikit pun. Sebagian lainnya tersadar, tetapi dengan penurunan pada fungsi otak atau bagian tubuh tertentu. Bahkan, ada juga pulih tetapi mengalami kelumpuhan.

Penderita yang mengalami cacat setelah koma harus mendapatkan penanganan lebih lanjut melalui beragam terapi, mencakup fisioterapi, psikoterapi, dan terapi okupasi.

Komplikasi Koma

Akibat berbaring terlalu lama, penderita koma dapat mengalami berbagai komplikasi, seperti:

Pencegahan Koma

Cara utama untuk mencegah koma adalah dengan mengatasi penyakit yang berisiko menyebabkan koma. Orang yang menderita penyakit dengan risiko koma, misalnya diabetes atau penyakit liver, perlu rutin memeriksakan diri ke dokter agar kondisinya selalu terpantau.

Untuk mencegah koma akibat cedera kepala, berhati-hatilah saat berjalan, bekerja, dan berkendara. Jika Anda melakukan aktivitas atau pekerjaan yang berisiko menyebabkan jatuh atau terbentur, gunakanlah alat pelindung diri sesuai anjuran keselamatan kerja.

Penting untuk diingat, gunakan sabuk pengaman atau helm dan patuhi aturan keselamatan saat berkendara. Jika mengalami benturan pada kepala, segera periksakan diri ke dokter untuk memastikan tidak terjadi gangguan pada otak.