Ranolazine adalah obat untuk mencegah atau mengurangi terjadinya serangan angina (nyeri dada). Ranolazine mungkin akan dikombinasikan dengan obat lain. Obat ini hanya boleh digunakan berdasarkan resep dokter.
Angina terjadi ketika otot jantung tidak mendapatkan cukup oksigen akibat penyempitan pembuluh darah koroner. Ranolazine bekerja dengan memaksimalkan penggunaan oksigen di jantung sehingga jantung tetap dapat bekerja dengan baik meski pasokan oksigen tidak tersedia sebagaimana normalnya.
Cara kerja tersebut membuat ranolazine dapat mengurangi frekuensi terjadinya nyeri dada atau angina, serta membantu meningkatkan kemampuan pasien dalam beraktivitas fisik. Namun, perlu diingat bahwa obat ini tidak dapat digunakan untuk mengatasi serangan angina pektoris yang sedang terjadi.
Merk dagang ranolazine: Ranexa
Apa Itu Ranolazine
Golongan | Obat resep |
Kategori | Obat antiangina |
Manfaat | Mencegah atau mengurangi terjadinya angina pektoris |
Digunakan oleh | Dewasa |
Ranolazine untuk ibu hamil dan menyusui |
Kategori B: Studi pada binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi hal ini tidak terkonfirmasi dengan data yang didapatkan dari studi terkontrol pada ibu hamil.
Jika Anda sedang hamil, sebaiknya konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan obat ini. Ranolazine belum diketahui terserap ke dalam ASI atau tidak. Bila Anda sedang menyusui, sebaiknya konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan obat ini. |
Bentuk Obat | Tablet pelepasan lambat |
Peringatan Sebelum Mengonsumsi Ranolazine
Ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan sebelum menggunakan ranolazine, antara lain:
- Jangan mengonsumsi obat ini jika memiliki alergi terhadap ranolazine. Beri tahu dokter riwayat alergi yang Anda miliki.
- Beri tahu dokter jika Anda menderita sirosis. Pasien dengan kondisi tersebut tidak boleh menggunakan ranolazine.
- Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita gagal jantung, penyakit hati, atau penyakit ginjal.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang menjalani pengobatan untuk epilepsi, tuberkulosis, atau HIV/AIDS.
- Beri tahu dokter jika Anda atau keluarga Anda memiliki riwayat gangguan irama jantung (aritmia), kelainan pada hasil EKG, atau henti jantung mendadak pada usia muda.
- Hindari mengonsumsi minuman beralkohol atau grapefruit maupun produk olahannya selama menggunakan obat ini.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat atau produk herbal tertentu, untuk mengantisipasi terjadinya interaksi obat.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan, sebelum mengonsumsi obat ini.
- Jangan langsung mengemudi atau melakukan kegiatan lain yang memerlukan kewaspadaan setelah mengonsumsi ranolazine, karena obat ini dapat menyebabkan pusing atau kantuk.
- Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat setelah mengonsumsi ranolazine.
Dosis dan Aturan Pakai Ranolazine
Dosis ranolazine untuk mengatasi angina pektoris adalah:
- Dewasa: dosis awal 375 mg 2 kali sehari. Setelah 2–4 minggu, dosis ditingkatkan menjadi 500 mg 2 kali sehari. Dosis maksimal 750 mg 2 kali sehari.
Cara Mengonsumsi Ranolazine dengan Benar
Selalu ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang terdapat pada kemasan obat sebelum mengonsumsi ranolazine. Jangan menambah, mengurangi, atau menghentikan konsumsi ranolazine, tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Ranolazine dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan. Telan tablet ranolazine secara utuh dengan bantuan air putih. Jangan membelah, mengunyah, atau menghancurkan obat, karena dapat memengaruhi efektivitasnya.
Konsumsi ranolazine pada waktu yang sama setiap harinya. Jika Anda lupa mengonsumsi ranolazine, segera konsumsi obat ini jika bila mendekati jadwal selanjutnya. Apabila sudah dekat, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis selanjutnya.
Lakukan pemeriksaan ke dokter secara rutin untuk mengetahui kondisi dan respons tubuh Anda terhadap pengobatan. Segera konsultasikan dengan dokter jika nyeri dada muncul lebih sering meskipun sudah mengonsumsi ranolazine secara rutin.
Simpan ranolazine di tempat bersuhu ruangan, kering, dan terhindar dari sinar matahari langsung, serta jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
Interaksi Ranolazine dengan Obat Lain
Berikut ini adalah beberapa efek samping yang bisa terjadi jika ranolazine digunakan bersamaan dengan obat-obatan lain:
- Peningkatan risiko terjadinya overdosis dan efek samping ranolazine jika digunakan dengan itraconazole, ketoconazole, antivirus untuk infeksi HIV, atau clarithromycin
- Penurunan drastis pada efektivitas ranolazine jika digunakan dengan rifampicin, phenytoin, phenobarbital, atau carbamazepine
- Peningkatan risiko terjadinya gangguan irama jantung (aritmia) yang dapat berakibat fatal jika digunakan dengan quinidine
- Peningkatan risiko terjadinya efek samping ranolazine jika digunakan dengan diltiazem, fluconazole, erythromycin, verapamil, atau ciclosporin
- Peningkatan risiko terjadinya efek samping dari digoxin
- Peningkatan risiko terjadinya rhabdomyolysis jika digunakan dengan simvastatin
- Peningkatan kadar dan risiko terjadinya efek samping atorvastatin, lovastatin, tacrolimus, atau everolimus
- Peningkatan risiko terjadinya efek samping dari metformin
- Peningkatan risiko terjadinya aritmia ventrikular jika digunakan dengan terfenadine
Efek Samping dan Bahaya Ranolazine
Efek samping yang mungkin muncul jika ranolazine digunakan bersamaan dengan obat lain adalah:
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping tersebut tidak kunjung reda atau bertambah parah. Segera temui dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius, seperti:
- Pusing atau pening seperti akan pingsan
- Detak jantung cepat atau tidak teratur
- Gangguan ginjal, yang bisa ditandai dengan volume urine berkurang atau malah tidak buang air kecil, nyeri saat buang air kecil, bengkak di kaki atau pergelangan kaki, serta sesak napas