Risperidone adalah obat antipsikotik untuk meredakan gejala skizofrenia dan gangguan bipolar. Obat ini juga bisa digunakan untuk mengatasi gangguan perilaku, termasuk gangguan perilaku pada penderita Alzheimer, atau anak yang menderita autis.

Risperidone bekerja dengan cara memblokir beberapa reseptor di otak, seperti reseptor dopamin, serotonin, dan alpha adrenergic. Cara kerja ini dapat mengurangi gejala kelainan psikotik yang dipercaya berasal dari aktivitas berlebihan antar saraf otak melalui reseptor ini.

alodokter-risperidone

Obat ini dapat membantu menstabilkan emosi, menjernihkan pikiran penderita, dan mengurangi gejala psikosis. Dengan begitu, penderita gangguan jiwa bisa menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih baik, tanpa gangguan dari gejalanya.

Merek dagang risperidone: Neripros, Noprenia, Nupedral, Persidal, Respirex, Risperdal Consta, Risperidone, dan Rizodal.

Apa Itu Risperidone

Golongan Obat resep
Kategori Antipsikotik jenis atipikal
Manfaat Mengatasi gejala skizofrenia, gangguan bipolar, atau gangguan perilaku
Digunakan oleh Dewasa dan anak usia ≥5 tahun
Risperidone untuk ibu hamil dan menyusui Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.Risperidone terserap ke dalam ASI, sehingga tidak boleh digunakan selama menyusui.
Bentuk obat Tablet, tablet hisap, larutan untuk diminum, dan cairan suntik

Peringatan Sebelum Menggunakan Risperidone

Risperidone merupakan obat resep yang tidak boleh digunakan sembarangan. Ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum menjalani pengobatan dengan risperidone, antara lain:

  • Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Risperidone tidak boleh digunakan pada pasien yang alergi terhadap obat ini, atau obat paliperidone.
  • Beri tahu dokter jika gangguan perilaku atau psikosis yang terjadi terkait dengan demensia. Risperidone tidak boleh digunakan pada orang dengan kondisi tersebut.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang atau pernah menderita penyakit liver, penyakit ginjal, penyakit Parkinson, kolesterol tinggi, sleep apnea, kejang, neutropenia, katarak, glaukoma, penyakit jantung, diabetes, hipertensi, stroke, kanker payudara, osteopenia, atau hipotensi ortostatik.
  • Beri tahu dokter apabila Anda memiliki fenilketonuria jika Anda akan diberikan risperidone yang larut di mulut.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang memakai obat-obatan terlarang atau kecanduan alkohol.
  • Jangan melakukan aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan, seperti mengemudikan kendaraan setelah mengonsumsi risperidone, karena obat ini dapat menyebabkan kantuk dan kesulitan berkonsentrasi.
  • Sebisa mungkin hindari beraktivitas di tempat yang sangat panas atau konsumsi banyak air jika Anda harus berada di tempat seperti itu, karena obat ini dapat mengurangi kemampuan Anda untuk berkeringat, sehingga bisa memicu terjadinya heatstroke.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal, untuk mengantisipasi interaksi obat yang tidak diinginkan.
  • Segera ke dokter jika terjadi reaksi alergi obat, efek samping yang serius, atau overdosis setelah mengonsumsi

Dosis dan Aturan Pakai Risperidone

Dosis risperidone bisa berbeda-beda pada tiap pasien, tergantung pada bentuk obat, usia dan berat badan pasien, serta kondisi yang ditangani. Berikut ini adalah dosis umum risperidone bagi pasien dewasa dan anak-anak:

Risperidone tablet atau larutan

Kondisi: Skizofrenia

  • Dewasa: Dosis awal 2 mg per hari, bisa dikonsumsi sebagai dosis tunggal atau dibagi ke dalam 2 dosis. Dosis bisa ditingkatkan menjadi 4 mg per hari sejak hari kedua. Dosis perawatan biasanya adalah 4–8 mg per hari. Dosis maksimal adalah 16 mg per hari.
  • Anak usia 13–17 tahun: Dosis awal 0,5 mg, 1 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai dosis 3 mg per hari. Dosis maksimal 6 mg per hari.
  • Lansia: Dosis awal 0,5 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai dosis 1–2 mg, 2 kali sehari.

Kondisi: Gangguan bipolar saat episode manik akut atau saat episode mixed

  • Dewasa: Dosis awal 2–3 mg sekali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap sampai 6 mg per hari.
  • Anak usia 10–17 tahun: Dosis awal 0,5 mg, 1 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap hingga 1–2,5 mg per hari. Dosis maksimal 6 mg per hari.
  • Lansia: Dosis awal 0,5 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap hingga 1–2 mg, 2 kali sehari.

Kondisi: Gangguan perilaku pada anak

  • Anak usia 5–18 tahun dengan BB ≥50 kg: Dosis awal 0,5 mg per hari. Jika diperlukan dosis dapat ditingkatkan secara bertahap menjadi 1–1,5 mg per hari.
  • Anak usia 5–18 tahun dengan BB <50 kg: Dosis awal 0,25 mg per hari. Jika diperlukan dosis dapat ditingkatkan secara bertahap menjadi 0,5–0,75 mg per hari.

Kondisi: Perilaku mudah marah pada anak dengan autisme

  • Anak-anak usia 5–17 tahun dengan BB ≥20 kg: Dosis awal 0,5 mg per hari sebagai dosis tunggal atau dibagi ke dalam 2 kali jadwal konsumsi. Dosis dapat ditingkatkan setidaknya setelah 4 hari menjadi 1 mg per hari, selama 14 hari ke depan. Dosis maksimal 3 mg per hari.
  • Anak-anak usia 5–17 tahun dengan BB 15–19 kg: Dosis awal 0,25 mg per hari sebagai dosis tunggal atau dibagi ke dalam 2 kali jadwal konsumsi. Dosis dapat ditingkatkan setidaknya setelah 4 hari menjadi 0,5 mg per hari. Dosis ini perlu dipertahankan hingga 14 hari sebelum bisa ditingkatkan lagi. Dosis maksimal 3 mg per hari.

Risperidone juga tersedia dalam bentuk suntik. Dosis untuk bentuk sediaan ini akan disesuaikan dengan kondisi dan usia pasien. Risperidone suntik dapat diberikan melalui suntikan ke otot (intramuskular) atau ke bawah kulit (subkutan)

Cara Menggunakan Risperidone dengan Benar

Risperidone bentuk suntik hanya boleh diberikan oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter.

Jika Anda diresepkan risperidone tablet atau larutan yang diminum, ikuti anjuran dokter dan baca petunjuk yang tertera pada kemasan obat sebelum mulai mengonsumsinya. Jangan menambah atau mengurangi dosis tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Jangan menghentikan pengobatan secara tiba-tiba, karena berisiko menyebabkan gejala memburuk dan penyakit lebih sulit ditangani. Dokter akan mengurangi dosis secara bertahap apabila penggunaan obat perlu dihentikan.

Risperidone tablet atau larutan dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Telan tablet dalam keadaan utuh, tanpa membelah, mengunyah, atau menghancurkannya terlebih dahulu.

Jika Anda diresepkan risperidone bentuk orally disintegrating tablet (ODT), buka kemasan obat dengan hati-hati. Setelah itu, gunakan tangan yang kering untuk mengambil dan meletakkan obat di atas lidah. Tunggu hingga obat meleleh lalu telan, dengan atau tanpa bantuan air minum.

Untuk risperidone cair, kocok botol sebelum obat dikonsumsi. Jika ada, gunakan sendok takar atau alat takar yang sudah disertakan dalam kemasan obat. Risperidone cair dapat dicampurkan ke dalam air putih, kopi, jus jeruk, atau susu rendah lemak. Jangan mencampur obat dengan minuman bersoda atau teh.

Konsumsi risperidone tablet atau cair pada waktu yang sama tiap harinya agar efek pengobatan optimal. Jika lupa mengonsumsi obat ini, segera konsumsi jika belum mendekati jadwal konsumsi obat berikutnya. Apabila sudah dekat, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis pada jadwal konsumsi selanjutnya.

Simpan risperidone tablet atau cair di tempat sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung. Jangan menyimpan obat ini di dalam freezer. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Risperidone dengan Obat Lain

Berikut adalah interaksi yang dapat terjadi jika risperidone digunakan bersamaan dengan obat lain:

Efek Samping dan Bahaya Risperidone

Efek samping yang mungkin timbul setelah menggunakan risperidone antara lain:

  • Pusing
  • Kantuk
  • Sakit kepala
  • Mulut terasa kering
  • Mual, muntah, sakit maag, diare, atau justru sembelit
  • Ngiler atau ngeces
  • Peningkatan berat badan
  • Gangguan tidur

Periksakan ke dokter bila efek samping yang disebutkan di atas tidak membaik atau justru bertambah parah. Segera ke dokter dokter jika terjadi reaksi alergi obat, atau efek yang lebih serius, seperti:

  • Kesulitan menelan
  • Gelisah dan tidak bisa diam
  • Sleep apnea
  • Kejang
  • Denyut jantung tidak teratur
  • Tremor atau kaku otot
  • Gerakan yang tidak terkontrol (tardive dyskinesia)
  • Perubahan suasana hati, seperti lebih cemas atau gelisah
  • Ereksi yang berlangsung lebih lama dan menyebabkan rasa sakit
  • Peningkatan kadar prolaktin pada wanita yang ditandai dengan keluarnya ASI diluar masa menyusui atau amenorrhea, juga pada pria yang ditandai dengan ginekomastia
  • Neuroleptic malignant syndrome, yang ditandai dengan demam, keringat berlebih, kaku, nyeri, atau kelemahan pada otot, linglung berat, denyut jantung tidak teratur, atau urine berwarna gelap