Rifampicin atau rifampin adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati dan mencegah beberapa penyakit akibat infeksi bakteri, seperti tuberkulosis. Untuk pengobatan, rifampicin biasanya harus dikombinasikan dengan obat antibiotik lain.

Rifampicin bekerja dengan cara membunuh bakteri penyebab infeksi. Selain tuberkulosis, obat ini juga digunakan untuk mengobati kusta, brucellosis, penyakit Legionnaire, dan infeksi Staphyloccus aureus yang berat.

Rifampicin - Alodokter

Selain untuk pengobatan, rifampicin juga dapat digunakan untuk mencegah terjadinya meningitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria meningitidis atau Haemophilus influenza pada orang yang kontak erat dengan penderita.

Merek dagang Rifampicin: Corifam 450, Curtube 3 FDC Paed, Merimac 450, Pro TB 2 Kid, Pro TB 4, RIF 450, Rifabiotic, Rifanh, Rifastar, Rimactane, Rimactazid, Rifampicin, Rifampicin 150 mg/Isoniazid 150 mg, Rifamtibi, Rimcure Paed, TB RIF

Apa Itu Rifampicin

Golongan Obat resep
Kategori Antibiotik
Manfaat Mencegah dan mengobati infeksi bakteri
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Rifampicin untuk ibu hamil dan menyusui Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.Rifampicin dapat terserap ke dalam ASI. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.
Bentuk obat Kapsul, kaplet, tablet, tablet kunyah, sirop

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Rifampicin

Rifampicin tidak boleh dikonsumsi sembarangan. Perhatikanlah beberapa hal berikut:

  • Jangan mengonsumsi rifampicin jika Anda memiliki alergi terhadap obat ini.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita diabetes, penyakit liver, infeksi HIV, porfiria, penyakit ginjal, penyakit kelenjar adrenal, gangguan perdarahan, malnutrisi, kekurangan vitamin K, atau kecanduan alkohol.
  • Beri tahu dokter jika anak Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal, untuk mengantisipasi interaksi obat.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan pil KB sebelum mengonsumsi rifampicin, karena rifampicin dapat menurunkan efektivitas pil KB untuk menunda kehamilan.
  • Jika Anda direncanakan untuk menjalani tindakan medis tertentu, seperti operasi atau operasi gigi, beri tahu dokter bahwa Anda sedang mengonsumsi
  • Beri tahu dokter jika Anda berencana melakukan imunisasi dengan vaksin bakteri hidup, seperti vaksin tifoid, karena rifampicin dapat menurunkan efektivitas vaksin.
  • Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis setelah mengonsumsi rifampicin.

Dosis dan Aturan Pakai Rifampicin

Berikut adalah dosis umum penggunaan rifampicin untuk beberapa kondisi:

Kondisi: Tuberkulosis

  • Dewasa: 8–12 mg/kgBB, 1 kali sehari. Dosis maksimal untuk pasien dengan berat badan <50 kg adalah 450 mg per hari, sedangkan untuk pasien dengan berat badan ≥50 kg adalah 600 mg per hari.
  • Anak-anak: 10–20 mg/kgBB per hari. Dosis maksimal 600 mg per hari.

Pengobatan tuberkulosis dengan rifampicin harus dikombinasikan dengan obat antituberkulosis lainnya.

Kondisi: Kusta

  • Dewasa: 600 mg, 1 bulan sekali. Dosis alternatif 10 mg/kgBB, 1 kali sebulan. Dosis maksimal untuk pasien dengan berat badan <50 kg adalah 450 mg, sedangkan untuk pasien dengan berat badan 50 kg adalah 600 mg.

Pengobatan kusta (lepra) dengan rifampicin harus dikombinasikan dengan obat antilepra lainnya.

Kondisi: Brucellosis, penyakit Legionnaire, infeksi Staphyloccus aureus yang berat

  • Dewasa: 600–1.200 mg, 2–4 kali sehari.

Kondisi: Pencegahan Infeksi Neisseria meningitidis

  • Dewasa: 600 mg, 2 kali sehari, selama 2 hari.
  • Anak-anak usia <1 bulan: 5 mg/kgBB, 2 kali sehari, selama 2 hari.
  • Anak-anak usia 1 bulan: 10 mg/kgBB per hari, selama 2 hari.

Kondisi: Pencegahan infeksi Haemophilus influenza

  • Dewasa: 20 mg/kgBB, 1 kali sehari, selama 4 hari. Dosis maksimal 600 mg.
  • Anak-anak usia <1 bulan: 10 mg/kgBB per hari, selama 4 hari.

Cara Mengonsumsi Rifampicin dengan Benar

Gunakan rifampicin sesuai dengan anjuran dokter atau informasi yang tertera pada kemasan. Rifampicin sebaiknya dikonsumsi saat perut kosong, yaitu 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.

Jika muncul rasa tidak nyaman pada perut atau sakit maag setelah mengonsumsi obat, rifampicin boleh dikonsumsi bersama makanan atau antasida. Namun, jangan mengonsumsi antasida yang mengandung aluminium dalam kurun waktu 1 jam setelah mengonsumsi rifampicin.

Minumlah rifampicin bersama dengan segelas air. Jika sulit mengonsumsi rifampicin kapsul, buka kapsul dan campurkan isi kapsul ke 1 sendok madu atau puding. Segera konsumsi campuran tersebut, kemudian minum air.

Jika Anda mengonsumsi rifampicin dalam bentuk sirop, kocok botol terlebih dahulu. Gunakan sendok takar yang tersedia di dalam kemasan agar dosis yang dikonsumsi tepat.

Bagi Anda yang mengonsumsi rifampicin bentuk tablet kunyah, tablet harus dikunyah terlebih dahulu dan tidak ditelan secara utuh.

Agar pengobatan efektif, konsumsilah rifampicin pada jam yang sama setiap harinya. Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Jangan menghentikan pengobatan sebelum waktunya, meskipun keluhan atau gejala sudah dirasa membaik.

Jika lupa mengonsumsi rifampicin, segera minum begitu Anda ingat. Namun, bila sudah mendekati waktu dosis berikutnya, abaikan dosis yang terlewat. Jangan menggandakan dosis rifampicin untuk menggantikan dosis yang terlewat, kecuali atas petunjuk dokter.

Selama menjalani pengobatan dengan rifampicin, Anda mungkin akan diminta untuk melakukan pemeriksaan medis, seperti tes darah lengkap, secara rutin. Ikuti jadwal kontrol yang ditentukan oleh dokter agar hasil pengobatan maksimal.

Simpan rifampicin pada suhu ruangan, tempat yang kering, dan hindarkan dari paparan sinar matahari langsung. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Rifampicin dengan Obat Lain

Berikut adalah interaksi yang dapat terjadi jika rifampicin digunakan bersama dengan obat-obatan tertentu:

  • Peningkatan risiko terjadinya kerusakan hati berat jika digunakan bersama saquinavir atau ritonavir
  • Penurunan kadar dan efektivitas atazanavir, darunavir, fosamprenavir, atau tipranavir dalam mengatasi infeksi HIV
  • Penurunan kadar dan efektivitas praziquantel
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping, terutama perdarahan, jika digunakan bersama cefazolin dan antibiotik golongan sefalosporin lainnya
  • Penurunan efektivitas pil KB dalam mencegah kehamilan
  • Penurunan efektivitas obat golongan antiaritmia, antijamur, antikonvulsan, kortikosteroid, antidiabetes, imunosupresan, obat tidur/obat penenang, antipsikotik, dan penghambat beta
  • Penurunan efektivitas digoxin, ondasetron, simvastatin, enalapril, teofilin, losartan, dan kina
  • Penurunan efektivitas rifampicin jika dikonsumsi bersama antasida yang mengandung aluminium
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping rifampicin jika digunakan dengan probenesid atau kotrimoksazol

Efek Samping dan Bahaya Rifampicin

Efek samping yang mungkin timbul setelah mengonsumsi rifampicin adalah:

  • Warna urine, air liur, keringat, air mata, dan gigi menjadi kemerahan
  • Sakit atau rasa panas di perut bagian atas (heartburn), kembung, atau hilang nafsu makan
  • Mual, muntah, atau diare
  • Demam
  • Sakit kepala atau pusing
  • Kantuk
  • Kelemahan atau nyeri di lengan atau kaki
  • Gangguan keseimbangan
  • Mati rasa
  • Kebingungan
  • Sulit konsentrasi
  • Perubahan jadwal menstruasi

Konsultasikan pada dokter jika efek samping di atas tidak kunjung mereda atau malah memburuk. Segera termui dokter jika muncul reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti:

  • Sakit perut parah disertai diare berdarah
  • Nyeri dada, batuk, atau sesak napas
  • Pusing hingga ingin pingsan
  • Mudah memar atau perdarahan, seperti mimisan atau gusi berdarah
  • Jantung berdebar atau terasa seperti bergetar
  • Gejala flu, seperti demam, menggigil, nyeri tubuh, sakit kepala, lemas, mual, dan muntah
  • Gangguan hati, yang ditandai dengan sakit perut bagian atas, kelelahan, hilang nafsu makan, penyakit kuning, urine berwarna gelap, atau feses berwarna putih pucat