Itraconazole adalah obat untuk mengatasi infeksi jamur di berbagai bagian dan area tubuh. Obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah infeksi jamur pada seseorang dengan sistem imun yang lemah, misalnya akibat HIV/AIDS atau proses kemoterapi.

Itraconazole bekerja dengan cara menghambat pembentukan membran dinding sel jamur dan memperlambat pertumbuhannya. Cara kerja ini membuat itraconazole bisa digunakan untuk mengatasi beragam penyakit akibat infeksi jamur, termasuk blastomycosis, histoplasmosis, atau aspergillosis.

itraconazole - Alodokter

Merek dagang Itraconazole: Fungitrazol, Forcanox, Itzol, Itraconazole, Nufatrac, Sporacid, Sporanox, Spyrocon, Trachon, Tracor.

Apa Itu Itraconazole

Golongan Obat resep
Kategori Obat antijamur jenis azole
Manfaat Mengobati infeksi jamur
Dikonsumsi oleh Dewasa
 

Itraconazole untuk ibu hamil dan menyusui

Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Itraconazole terserap ke dalam ASI. Konsultasikan ke dokter perihal penggunaan itraconazole jika Anda sedang menyusui.

Bentuk obat Kapsul

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Itraconazole

Itraconazole hanya boleh digunakan berdasarkan resep dokter. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mengonsumsi obat ini, antara lain:

  • Jangan mengonsumsi itraconazole bila Anda alergi terhadap obat ini, atau obat antijamur golongan azole lainnya, seperti fluconazole atau ketoconazole.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang menderita gagal jantung atau gagal ginjal. Itraconazole sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan kondisi tersebut.
  • Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan dengan itraconazole karena dapat meningkatkan risiko terjadinya kerusakan hati.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit liver, penyakit ginjal, cystic fibrosis, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), penyakit jantung, HIV/AIDS, gangguan produksi asam lambung, porfiria, atau pernah menjalani transplantasi organ.
  • Jangan langsung melakukan aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan setelah mengonsumsi itraconazole, seperti mengemudikan kendaraan, jika obat ini menyebabkan Anda pusing.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui. Gunakan alat kontrasepsi yang paling efektif bagi Anda untuk mencegah kehamilan, selama mengonsumsi itraconazole sampai 2 bulan setelah pengobatan selesai.
  • Beri tahu dokter bahwa Anda sedang mengonsumsi itraconazole sebelum menjalani perawatan gigi atau operasi.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal, untuk mengantisipasi interaksi obat yang tidak diinginkan.
  • Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat atau overdosis setelah mengonsumsi itraconazole.

Dosis dan Aturan Pakai Itraconazole

Berikut ini adalah dosis umum penggunaan itraconazole pada orang dewasa yang dikelompokkan berdasarkan infeksi jamur yang diderita pasien:

  • Kondisi: Infeksi jamur yang memengaruhi beberapa organ tubuh (sistemik)
    Dosisnya adalah 100–200 mg, 1 kali sehari, selama 3 minggu hingga 7 bulan. Dosis dapat ditingkatkan sampai 200 mg, 2 kali sehari, untuk infeksi jamur yang berat hingga mengancam nyawa.
  • Kondisi: Histoplasmosis
    Dosisnya adalah 200 mg, 1 kali sehari, selama 8 bulan. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap hingga maksimal 400 mg per hari jika kondisi pasien tidak membaik atau terbukti ada infeksi jamur yang berat. Dosis >200 mg per hari harus dibagi ke dalam 2 kali jadwal konsumsi.
    Pada pasien AIDS dosis yang diberikan adalah 200 mg, 1–2 kali sehari, sampai kondisi sistem imun pasien membaik.
  • Kondisi: Aspergillosis
    Dosisnya adalah 200 mg per hari, selama 2–5 bulan. Dosis dapat ditingkatkan sampai 200 mg, 2 kali sehari, untuk infeksi jamur yang berat hingga mengancam nyawa.
  • Kondisi: Blastomycosis
    Dosisnya adalah 100 mg, 1 kali sehari, selama 6 bulan. Dosis dapat dinaikkan hingga 200 mg, 2 kali sehari.
  • Kondisi: Cryptococcosis
    Dosisnya adalah 200 mg, 1 kali sehari, selama 2–12 bulan.
  • Kondisi: Candidiasis mulut
    Dosisnya adalah 100 mg per hari selama 15 hari. Pada pasien AIDS atau pasien dengan kondisi sistem imun yang lemah, dosis dinaikkan menjadi 200 mg, 1 kali sehari, selama 15 hari.
  • Kondisi: Kandidiasis vagina atau infeksi jamur vagina
    Dosisnya adalah 200 mg, 2 kali sehari, hanya dikonsumsi untuk satu hari; atau 200 mg, 1 kali sehari, untuk dikonsumsi selama 3 hari.
  • Kondisi: Panu
    Dosisnya adalah 200 mg per hari selama 5–7 hari. Dosis bisa dibagi ke dalam 1–2 jadwal minum.
  • Kondisi: Kurap (tinea corporis) atau kurap di lipatan paha (tinea cruris)
    Dosisnya adalah 100 mg per hari selama 15 hari atau 200 mg per hari selama 7 hari.
  • Kondisi: Infeksi jamur pada tangan (tinea manum) atau kaki (tinea pedis)
    Dosisnya adalah 100 mg, 1 kali sehari, selama 30 hari.
  • Kondisi: Infeksi jamur kuku
    Dosisnya adalah 200 mg per hari selama 3 bulan. Dosis alternatif 200 mg, 2 kali sehari, selama 7 hari. Pemberian obat harus diulang setelah 21 hari bebas konsumsi obat. Untuk pengobatan kuku tangan, pemberian obat diulangi 1 kali. Untuk pengobatan kuku kaki, pemberian obat diulang 2 kali.
  • Kondisi: Pencegahan infeksi jamur pada pasien HIV/AIDS atau pasien dengan sel darah putih rendah (neutropenia)
    Dosisnya adalah 200 mg per hari. Bila diperlukan, dosis bisa ditingkatkan menjadi 200 mg, 2 kali sehari.
  • Kondisi: Meningitis cryptococcus
    Dosisnya adalah 200 mg, 2 kali sehari, selama 2–12 bulan

Cara Mengonsumsi Itraconazole dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca petunjuk penggunaan yang terdapat pada kemasan itraconazole sebelum mulai mengonsumsinya. Jangan menghentikan pengobatan sebelum waktu yang ditentukan oleh dokter, karena bisa menyebabkan infeksi kambuh.

Konsumsi itraconazole segera setelah makan. Telan kapsul dalam kondisi utuh dengan air, tanpa membuka atau mengunyahnya terlebih dahulu. Jika Anda juga sedang mengonsumsi obat antasida, sebaiknya beri jeda waktu setidaknya 2 jam sebelum atau sesudah mengonsumsi itraconazole.

Jika lupa mengonsumsi itraconazole, segera minum obat ini jika belum mendekati jadwal konsumsi berikutnya. Apabila sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.

Simpan itraconazole dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan terhindari dari sinar matahari secara langsung. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Itraconazole dengan Obat Lain

Interaksi yang dapat terjadi jika itraconazole digunakan bersama obat-obatan tertentu adalah:

  • Peningkatan risiko terjadinya aritmia jika digunakan bersama cisapride, halofantrine, dofetilide, quinidine, methadone, mizolastine, pimozide, domperidone, atau terfenadine
  • Peningkatan risiko terjadinya keracunan ergotamine (ergotismus) jika digunakan dengan obat yang mengandung alkaloid ergot, seperti methylergometrine atau ergotamine
  • Peningkatan risiko efek samping dari itraconazole jika digunakan bersama clarithromycin, ciprofloxacin, erythromycin, ritonavir, ritonavir-darunavir, atau ritonavir-fosamprenavir
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping serius dari obat midazolam, felodipine, lercanidipine, ivabradine, ranolazine, lovastatin, simvastatin, atorvastatin, avanafil, ticagrelor, colchicine, atau solifenacin, terutama pada pasien penyakit liver atau penyakit ginjal
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping dari obat tamsulosin, fentanyl, digoxin, repaglinide, docetaxel, imatinib, busulfan, risperidone, alprazolam, haloperidol, verapamil, nadolol, aliskiren, budesonide, fluticasone, methylprednisolone, ciclosporin, tacrolimus, tadalafil, sildenafil, atau darifenacin
  • Penurunan efektivitas itraconazole jika digunakan dengan rifampicin, rifabutin, isoniazid, carbamazepine, phenytoin, phenobarbital, nevirapine, atau efavirenz
  • Penurunan penyerapan itraconazole jika dikonsumsi secara bersamaan atau dalam waktu yang dekat dengan antasida; obat golongan penghambat pompa proton, seperti omeprazole; atau obat golongan H2 receptor antagonist, seperti ranitidin

Selain obat-obatan, mengonsumsi itraconazole bersama produk herbal atau makanan dan minuman tertentu juga bisa menyebabkan interaksi. Efek interaksi yang dapat terjadi adalah:

  • Penurunan efektivitas itraconazole jika dikonsumsi bersama produk herbal John’s wort
  • Penurunan risiko terjadinya efek samping jika dikonsumsi bersama grapefruit atau minuman jus yang mengandung buah tersebut
  • Peningkatan penyerapan itraconazole jika dikonsumsi bersama makanan atau minuman yang bersifat asam

Efek Samping dan Bahaya Itraconazole

Efek samping yang mungkin timbul setelah mengonsumsi itraconazole adalah:

  • Mual, muntah, sakit perut, kembung, atau heartburn
  • Sakit kepala, pusing, kantuk, lemas
  • Diare atau justru sembelit
  • Nyeri otot atau nyeri sendi
  • Gusi berdarah
  • Pusing
  • Hidung meler dan gejala pilek lainnya
  • Gairah seks menurun

Periksakan ke dokter jika efek samping yang disebutkan di atas tidak kunjung reda atau justru makin parah. Segera ke dokter bila terjadi reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti:

  • Demam
  • Penglihatan kabur atau ganda
  • Telinga berdenging
  • Tuli mendadak
  • Tubuh terasa makin lemas atau sangat lelah
  • Tidak nafsu makan
  • Urine berwarna gelap
  • Kesemutan, mati rasa, atau rasa terbakar di kulit
  • Tinja berwarna pucat
  • Warna kulit dan mata menguning (penyakit kuning)
  • Depresi
  • Linglung, atau pusing seperti akan pingsan
  • Jarang buang air kecil atau nyeri saat buang air kecil
  • Jantung berdebar
  • Impotensi atau disfungsi ereksi