Primadex Forte adalah obat berbahan aktif cotrimoxazole, yaitu antibiotik kombinasi yang terdiri dari trimethoprim dan sulfamethoxazole. Primadex Forte bermanfaat untuk mengobati infeksi bakteri di beberapa bagian tubuh. 

Primadex Forte mengandung 160 mg trimethoprim dan 800 mg sulfamethoxazole per kaplet. Obat ini bekerja dengan cara mengganggu pembentukan asam folat yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menyusun materi genetik dan berkembang biak. Alhasil, bakteri tidak bisa memperbanyak diri dan lebih mudah dilawan oleh sistem kekebalan tubuh.

Primadex Forte

Produk cotrimoxazole, seperti Primadex Forte, umumnya digunakan untuk mengobati infeksi bakteri di telinga bagian tengah, saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan saluran kemih. Contoh penyakit yang bisa diatasi dengan Primadex Forte meliputi:

Selain itu, Primadex Forte bisa untuk mengobati toksoplasmosis. Obat antibiotik ini juga digunakan dalam penanganan pneumocystis pneumonia (PCP), yakni infeksi paru akibat jamur Pneumocystis jirovecii. Kondisi ini umumnya terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pengidap HIV/AIDS.

Apa Itu Primadex Forte

Bahan aktif Cotrimoxazole
Golongan Obat resep
Kategori Antibiotik golongan sulfonamida
Manfaat Mengatasi penyakit akibat infeksi bakteri
Digunakan oleh Dewasa dan anak usia >12 tahun
Primadex Forte untuk ibu hamil Kategori D: Ada bukti bahwa kandungan cotrimoxazole berisiko terhadap janin manusia. Namun, obat dalam kategori ini masih mungkin digunakan ketika manfaat yang diperoleh lebih besar daripada risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam nyawa.
Primadex Forte untuk ibu menyusui Produk cotrimoxazole, termasuk Primadex Forte, dapat digunakan oleh ibu menyusui jika bayinya sehat dan sudah berusia di atas 3 bulan. Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan obat ini selama masa menyusui.
Cotrimoxazole pada Primadex Forte dapat memicu kernikterus pada bayi yang menyusu. Primadex Forte tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ibu menyusui yang bayinya berusia kurang dari 1 bulan, lahir prematur atau mengalami defisiensi G6PD.
Bentuk obat Kaplet

Peringatan sebelum Menggunakan Primadex Forte

Penggunaan Primadex Forte tidak boleh asal-asalan. Sebelum mengonsumsinya, simak terlebih dahulu beberapa hal penting berikut ini:

  • Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Primadex Forte tidak boleh digunakan oleh orang yang alergi terhadap kotrimoksazole.
  • Jangan menggunakan Primadex Forte jika Anda pernah mengalami trombositopenia setelah menggunakan produk cotrimoxazole maupun obat lain yang termasuk sulfonamida.
  • Informasikan kepada dokter jika Anda memiliki anemia megaloblastik, gagal ginjal, porfiria, atau gagal hati. Primadex Forte tidak boleh digunakan pada kondisi tersebut.
  • Mintalah saran dokter mengenai penggunaan Primadex Forte jika Anda pernah atau sedang mengalami defisiensi G6PD, alergi berat, penyakit tiroid, radang usus, fenilketonuria, penyakit liver, asma, penyakit ginjal, HIV dan AIDS, kecanduan alkohol, atau gangguan elektrolit.
  • Sampaikan kepada dokter jika Anda sedang mengalami anemia defisiensi vitamin B12 dan folat, atau terdapat kondisi yang menyebabkan kekurangan asam folat, seperti malnutrisi atau sedang menjalani terapi dengan antikonvulsan dalam waktu yang lama.
  • Pastikan Anda memberi tahu dokter jika sedang hamil, mungkin sedang hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui.
  • Bicarakan terlebih dahulu dengan dokter mengenai penggunaan Primadex Forte jika Anda sedang menjalani terapi dengan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya interaksi obat yang tidak diinginkan.
  • Jangan langsung mengemudi atau melakukan aktivitas lain yang memerlukan kewaspadaan setelah minum Primadex Forte. Kandungan obat ini dapat menyebabkan kantuk dan menurunkan konsentrasi. Pastikan kondisi Anda sudah benar-benar prima sebelum melakukan kegiatan tersebut.
  • Jangan terlalu lama terpapar sinar matahari selama menggunakan Primadex Forte. Kandungan obat ini dapat menyebabkan kulit lebih mudah terbakar sinar matahari atau sunburn. Gunakan tabir surya dan pakaian yang tertutup jika hendak beraktivitas di luar ruangan pada siang hari. 
  • Segera ke dokter jika timbul reaksi alergi obat atau efek samping serius setelah menggunakan Primadex Forte.

Dosis dan Aturan Pakai Primadex Forte

Rekomendasi dosis Primadex Forte untuk dewasa dan anak usia >12 tahun adalah 1 kaplet, 2 kali sehari. Dosis maksimal 1 kaplet, 3 kali sehari.

Cara Menggunakan Primadex Forte dengan Benar

Gunakanlah Primadex Forte sesuai dengan anjuran dokter dan petunjuk yang tertera pada kemasan. Jangan mengubah dosis yang dikonsumsi tanpa sepengetahuan dokter.

Berikut adalah panduan penggunaan Primadex Forte:

  • Konsumsilah Primadex Forte pada waktu makan.
  • Telan kaplet Primadex Forte dengan air putih.
  • Perbanyaklah minum air putih selama menjalani pengobatan dengan Primadex Forte. Tujuannya adalah untuk mencegah timbulnya gangguan ginjal.
  • Jika Anda lupa menggunakan Primadex Forte, segera konsumsi obat ini begitu teringat. Namun, bila waktu minum obat berikutnya sudah dekat, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis.
  • Tetap konsumsi Primadex Forte hingga waktu yang dianjurkan dokter, meski gejala infeksi sudah mereda di tengah masa terapi. Menghentikan pengobatan lebih awal dapat meningkatkan risiko terjadinya resistensi antibiotik sehingga mengakibatkan infeksi kambuh dan lebih sulit diobati.
  • Lakukan kontrol sesuai jadwal yang diberikan dokter agar kondisi dan respons terapi dapat terpantau. Selama menjalani pengobatan dengan Primadex Forte, Anda mungkin akan diminta untuk menjalani pemeriksaan darah secara berkala.
  • Simpan Primadex Forte dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan terhindar dari sinar matahari. Jauhkan obat dari jangkauan anak.
  • Jangan konsumsi Primadex Forte yang sudah melewati tanggal kedaluwarsa.

Interaksi Primadex Forte dengan Obat Lain

Efek interaksi yang bisa terjadi jika produk cotrimoxazole, seperti Primadex Forte, digunakan bersama obat lain adalah:

  • Peningkatan kadar dofetilide dalam darah yang bisa menyebabkan gangguan jantung, termasuk torsades de pointes yang bisa berakibat fatal
  • Peningkatan risiko terjadinya trombositopenia jika digunakan dengan diuretik jenis thiazide, khususnya pada lansia
  • Peningkatan risiko terjadinya kegagalan pengobatan jika digunakan dengan leucovorin pada penderita HIV dengan pneumonia akibat P.  jirovecii
  • Peningkatan risiko terjadinya kerusakan ginjal jika digunakan dengan ciclosporin
  • Peningkatan risiko terjadinya anemia megaloblastik jika digunakan dengan methotrexate atau penghambat folat seperti pyrimethamine
  • Peningkatan risiko timbulnya efek samping dari phenytoin, obat diabetes sulfonilurea, atau antikoagulan oral, seperti warfarin
  • Peningkatan risiko terjadinya hiperkalemia jika digunakan bersama ACE inhibitor
  • Peningkatan risiko timbulnya efek samping dari obat repaglinide, digoxin, atau zidovudine, procainamide, atau lamivudine 

Agar terhindar dari efek interaksi yang tidak diinginkan, mintalah saran dokter jika hendak menggunakan Primadex Forte bersama obat, suplemen, atau produk herbal apa pun.

Efek Samping dan Bahaya Primadex Forte

Konsumsi obat berbahan cotrimoxazole, seperti Primadex Forte, dapat menimbulkan efek samping berupa:

  • Kantuk
  • Ruam kulit
  • Mual dan muntah
  • Tidak selera makan

Laporkan kepada dokter jika keluhan tersebut tidak berkurang atau malah memberat. Guna memastikan kondisi dan mendapat penanganan yang cepat, Anda bisa berkonsultasi melalui Chat Bersama Dokter. Melalui layanan ini, dokter akan memberikan saran pengobatan untuk mengatasi efek samping yang muncul.

Hentikan penggunaan Primadex Forte dan segera ke IGD rumah sakit terdekat jika timbul reaksi alergi setelahnya atau efek samping yang berat, termasuk:

  • Mudah memar tanpa sebab yang jelas, mimisan, atau perdarahan yang sulit berhenti
  • Diare lebih dari 3 kali sehari, yang disertai dengan kram perut, serta darah dan lendir pada feses
  • Demam, menggigil, sakit tenggorokan yang tidak kunjung membaik, batuk, atau sesak napas
  • Ruam kemerahan atau keunguan yang menyebar luas, luka lepuh di kulit sekitar hidung atau mulut, kulit mengelupas beberapa hari setelah luka lepuh terbentuk, rasa perih yang menyebar di kulit
  • Gangguan liver, yang gejalanya adalah nyeri perut, tinja berwarna pucat seperti dempul, warna urine menjadi gelap, kulit dan mata menjadi kuning atau penyakit kuning
  • Keputihan yang bau dan gatal di vagina
  • Kulit pucat, tangan dan kaki terasa dingin, kliyengan, sesak napas
  • Gejala hiponatremia, seperti sakit kepala, sulit berkonsentrasi, linglung, lemas
  • Gejala hipoglikemia, seperti gemetar, lapar, keringat dingin, detak jantung cepat
  • Gejala hiperkalemia, seperti lemas atau lemah otot, kesemutan dan mati rasa, nyeri dada, jantung berdebar, lumpuh