Aptor adalah obat yang mengandung aspirin atau asam asetilsalisilat. Obat ini digunakan untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah pada penderita penyakit jantung dan pembuluh darah. Dengan begitu, risiko terjadinya stroke atau serangan jantung bisa menurun. Obat berbentuk tablet ini hanya boleh digunakan sesuai petunjuk dokter.

Aspirin atau asetilsalisilat dalam Aptor termasuk dalam obat golongan analgetik, antipiretik, dan antiplatelet. Sebagai obat antiplatelet, obat ini bekerja dengan cara mencegah keping darah saling menyatu dan membentuk gumpalan yang bisa menyumbat pembuluh darah.

Aptor - Alodokter

Apa Itu Aptor

Golongan Obat resep
Kategori Antiplatelet
Manfaat Mencegah terbentuknya gumpalan darah
Dikonsumsi oleh Dewasa
Aptor untuk ibu hamil dan menyusui Pada trimester 1 dan 2 kehamilan
Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada ibu hamil.
Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Pada trimester 3 dan menjelang persalinan
Kategori D: Ada bukti bahwa kandungan obat berisiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar daripada risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam nyawa.
Aptor  dapat terserap ke dalam ASI. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa persetujuan dokter.
Bentuk obat Tablet

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Aptor

Aptor tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mengonsumsi obat ini, yaitu:

  • Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Aptor tidak boleh dikonsumsi oleh orang yang alergi terhadap asam asetilsalisilat atau kandungan lain yang terdapat di dalam produk ini.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit asam urat, tukak lambung, tiroid, polip hidung, asma, liver, atau ginjal.
  • Informasikan kepada dokter jika Anda pernah atau sedang mengalami penyakit jantung, gagal jantung, tekanan darah tinggi, atau penyakit pembuluh darah.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau sedang merencanakan kehamilan.
  • Beri tahu dokter bahwa Anda sedang mengonsumsi Aptor jika direncanakan untuk menjalani tindakan medis apa pun, termasuk operasi gigi.
  • Informasikan kepada dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal, untuk menghindari efek interaksi obat yang tidak diinginkan.
  • Segera ke dokter jika mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius setelah mengonsumsi Aptor.

Dosis dan Aturan Pakai Aptor

Aptor mengandung 100 mg asam asetilsalisilat. Dosis dan durasi penggunaan obat ini akan ditentukan oleh dokter sesuai kondisi pasien.

Secara umum, dosis asam asetilsalisilat di dalam Aptor untuk mencegah stroke, angina pektoris, serangan jantung, atau penyakit jantung yang disebabkan oleh penggumpalan darah pada orang dewasa adalah 75–150 mg 1 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga 300 mg per hari, tergantung pada kondisi dan respons tubuh pasien.

Cara Mengonsumsi Aptor dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca petunjuk pada kemasan sebelum mengonsumsi Aptor. Jangan menambah atau mengurangi dosis tanpa persetujuan dokter.

Telan tablet Aptor bersama air putih tanpa dikunyah, dibelah, atau dihancurkan terlebih dahulu. Agar terhindar dari sakit perut, Aptor bisa diminum bersama makanan atau susu. Selain itu, jangan berbaring setidaknya 10 menit sesudah mengonsumsi Aptor.

Berkonsultasilah dengan dokter jika setelah 10 hari menjalani pengobatan dengan Aptor keluhan nyeri tidak kunjung mereda. Periksakan juga ke dokter jika sesudah 3 hari mengonsumsi Aptor gejala demam tidak kunjung membaik.

Lakukan kontrol sesuai jadwal yang diberikan dokter selama menggunakan Aptor untuk mencegah penggumpalan darah. Tujuannya adalah agar kondisi dan respons terapi dapat terpantau.

Jika lupa mengonsumsi Aptor, segera minum obat ini begitu teringat. Namun, bila sudah mendekati jadwal konsumsi berikutnya, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis.

Simpan Aptor di tempat bersuhu ruangan, kering, dan terhindar dari sinar matahari langsung, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Aptor dengan Obat Lain

Konsumsi Aptor bersama obat-obatan tertentu dapat menimbulkan interaksi obat, seperti:

  • Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan dengan obat antiplatelet lain, seperti clopidogrel atau dipyridamole, serta obat antikoagulan, contohnya warfarin atau heparin
  • Peningkatan risiko terjadinya pendarahan pada saluran cerna jika digunakan bersama obat kortikosteroid, misalnya betametason, obat golongan OAINS, contohnya diclofenac, atau obat antidepresan golongan SSRIs, seperti vortioxetine
  • Peningkatan risiko terjadinya tekanan darah tinggi jika digunakan bersama felodipine, isradipine, atau amlodipine
  • Peningkatan risiko terjadinya kelainan darah yang fatal jika digunakan dengan methotrexate
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping berupa kadar gula darah yang terlalu rendah jika digunakan bersama obat antidiabetes, misalnya linagliptin
  • Peningkatan efektivitas thiopental jika digunakan bersama Aptor
  • Penurunan efektivitas obat diuretik, antihipertensi golongan ACE Inhibitor atau penghambat beta, serta obat asam urat golongan uricosuric jika digunakan bersama Aptor
  • Penurunan efektivitas obat jika digunakan bersama obat golongan antasida
  • Peningkatan risiko kadar asam sangat tinggi (asidosis) dan gangguan sistem saraf pusat jika digunakan dengan acetazolamide
  • Peningkatan risiko terjadinya kerusakan ginjal jika digunakan bersama dengan ciclosporin atau tacrolimus

Untuk mencegah efek interaksi yang tidak diinginkan, selalu konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi Aptor bersama obat lain.

Efek Samping dan Bahaya Aptor

Beberapa efek samping yang mungkin Anda alami sesudah mengonsumsi Aptor adalah:

Periksakan diri ke dokter jika efek samping tersebut tidak kunjung membaik atau malah memburuk. Segera cari pertolongan medis jika mengalami reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti:

  • Penurunan kemampuan mendengar atau telinga berdenging
  • Memar atau gusi berdarah
  • Jarang berkemih
  • Penyakit kuning
  • Sakit perut yang disertai dengan BAB hitam seperti aspal, muntah seperti kopi
  • Sakit kepala berat disertai turunnya ketajaman penglihatan dan lemah pada salah satu sisi tubuh